3

63 12 2
                                    

Author pov

Seperti biasa pada istirahat di sekolah, dua pasangan mesra itu selalu menghabiskan waktunya di kantin. Membeli banyak makanan tapi pada akhirnya di berikan kepada orang lain. Untungnya Juna sedang sibuk, jadi tidak bisa mengawasi mereka berdua.

Saat melewati lapangan sekolah, tiba-tiba sebuah bola basket melayang dan akan menghantam mereka. Segera Jean membalikkan dirinya sehingga ia yang terkena bola tersebut.

"HEI SIAPA! SIAPA YANG MELEMPARKAN BOLA!" teriak Jean begitu keras sehingga semua orang terkejut.

"Oh hei! itu aku!." Salah seorang pemain basket menghampiri mereka berdua.

"Maafkan kami, apa kau terluka?" Tanyanya.

Nasha yang melihatnya langsung terkejut, matanya terbelalak dengan lebar namun mulutnya menyuruhnya untuk diam dan tidak bergerak. Ia menenggak ludahnya, lalu pergi meninggalkan Jean.

"He-hei! Nasha!" Teriak Jean dari arah belakang.

Dengan tergesa-gesa ia berlari menuju Nasha yang sudah lebih dulu pergi sedari tadi. Laki-laki itu hanya tersenyum miring dan mengambil kembali bola basketnya.

"Aneh."

"Siapa yang kau bilang aneh?" Tanya Juna.

Juna tak sengaja lewat ketika Nasha berlari meninggalkan Jean, mereka berdua menarik mata orang lain begitu juga dengan Juna. Tapi setelah ia melihat laki-laki itu, dengan sigap ia menghampirinya.

Juna memicingkan matanya tepat ke arah mata Marviel. Marviel pangestu merupakan laki-laki yang cukup populer di sekolah, bahkan banyak guru yang memihak kepadanya karena kepintarannya juga.

"Tidak ada." Marviel tersenyum.

Tangan Juna memegang pundak Marviel.

"Awasi bolamu lain kali." suara Juna terdengar begitu dalam.

Setelah berkata begitu Juna pergi meninggalkan Marviel dengan yang lainnya. Tetap saja, Marviel tidak peduli dengan ucapan Juna. Toh para OSIS membenci dirinya termasuk Juna.

"Awasi matamu lain kali." ucap Marviel

***

Nasha berlari ke kamar mandi, lalu ia masuk dengan nafas terengah-engah. Sesekali ia menghela nafas dan mencuci mukanya agar lebih tenang.
Ingatannya mulai kembali kepada dirinya dengan Marviel saat dulu, ketika mereka sedang dekat.

Perasaan teman bermetamorfosis menjadi cinta, itulah perasaan Nasha setiap kali bersama dengan Marviel. Walau begitu, popularitas Marviel yang sedang naik-naiknya membuat Nasha jatuh sedalam-dalamnya.

Semua orang tidak menyukai Nasha yang selalu dekat dengan Marviel Pangestu. Namanya menjadi begitu buruk di mata orang lain, sampai-sampai Juna harus mendengar hal ini dari orang lain.

Karena pertemanan ini bukanlah hal yang baik, Juna menyuruh Nasha untuk menjauhi Marviel. Tapi perasaan tidak mudah seperti membalikkan tangan. Nasha mencoba memikirkan hal ini dan membutuhkan waktu yang lama.

Yang tadinya pertengkaran kecil kini mulai membesar. Akhirnya Marviel meminta maaf dan menghilang setelahnya. Tidak ada sapaan, tidak ada notifikasi darinya, tidak ada suara tertawanya lagi. Kehilangan orang yang sudah menjadi 24/7 dalam hidup kita adalah hal yang sulit.

My weird boyfriend | JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang