Jean 03 (end)

72 9 0
                                    

Author pov

Dierja pun mengantarkan Jean ke rumah sakit milik ayahnya. Dua sahabat itu berbicara tanpa ada rasa canggung di dalam dirinya, karena mereka sudah lega bahwa masalah yang mereka pendam kini telah sirna.

Saat tiba di depan rumah sakit, Dierja berhenti berjalan.

"Jean, kita berpisah disini saja."

"Tidak boleh!, kau masuk sebentar lalu aku akan menelpon supir ku untuk mengantarmu pulang." ucap Jean lalu menarik tangan Dierja untuk masuk ke dalam.

Jean menyuruh Dierja untuk duduk sebentar, sementara Jean meminta ayahnya untuk menelpon supirnya.

Lirikan mata Dierja mengarah di setiap sudut ruangan, ia masih tidak percaya ia mengkhianati sahabatnya. Ia pun tidak bahwa Jean akan memaafkan dia dengan mudah.

"Dierja?" tanya ayahnya Jean yang berdiri tepat di depannya.

"Ah, iya ada apa?" Dierja sedikit terkejut.

"Ayo ikut saya, kita bersihkan lukamu."

"Baiklah.."

Kedua anak itu menceritakan hal-hal yang sudah terjadi di sekolahnya. Namun raut wajah ayahnya Jean hanya datar dengan menatap sedih. Jean tidak menyadari hal itu karena ia terus bercerita, namun lain dengan Dierja. Ia mengerti arti wajah itu, ia sudah terbiasa melihatnya.

Setelah selesai, Jean dan Dierja pergi ke tempat semula sambil menunggu supir.

"Je-"

"Ah itu supirnya! ayo Dierja!"

Dierja hanya tersenyum tipis mendengar suara sahabatnya itu.

"Baiklah."

Saat Dierja melambaikan tangannya, Jean menyadari satu hal.

"Tadi kau ingin berkata apa?" tanya Jean.

"Terimakasih, terimakasih karena kau ternyata tidak meninggalkanku." ucap Dierja dengan pelan.

"Terimakasih juga, hati-hati di jalan." Jean tersenyum.

"Ya, dadah Jean."

"Dadah."

Setelah Dierja sudah cukup jauh, Jean kembali berlari menuju ruangan sang bunda.

"Bundaaa!" teriak Jean lalu memeluknya dengan erat.

Bunda hanya terkekeh dan mengelus rambut Jean. Namun saat ia melihat muka Jean, ia sangat khawatir. Muka anak itu penuh luka, Jean pun menjelaskan semuanya.

"Lain kali hati-hati Jean, melihatmu seperti ini membuat hatiku terluka." jawab bunda sambil mengelus rambut Jean.

"Kenapa?" tanya Jean, "kenapa bunda mengkhawatirkanku? aku kan bukan anakmu." sambungnya.

"Kau ini mirip dengan anak perempuanku, dia selalu bertengkar dengan kakaknya. Ah ya ampun, aku jadi merindukan mereka." tetesan air mata keluar dari matanya perlahan-lahan.

My weird boyfriend | JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang