Attitude in Your Curiosity

273 40 2
                                    


Sekolah mungkin adalah hal yang baik untuknya, tapi tetap saja tidak sebaik itu. Entahlah siapa sangka?

"Cih, kau penyihir lemah! Lihat dia.., menurut rumor organisasi, dia ditemukan didalam hutan dalam keadaan tak sadar. Ayahku bilang dia hanya sampah yang dipungut," ejek salah satu diantaranya yang mengejek kemudian tertawa bersama.

Beberapa menatap anak yang diejek kasihan ada juga yang menatap kesal. Tapi tidak ada yang berani bertindak apalagi lawan nya adalah anak salah satu bagian penting organisasi penyihir.

"Berhenti menganggunya," pisah Taki.

Sedang anak yang diejek itu hanya terdiam fokus menulis rumus. Dia cukup aman dengan pelajaran yang ternyata sudah dipelajari didunia sebelumnya.

Yeah, meski dalam praktek pertama melayangkan apel gagal dan menjadi bulanan siswa yang mengganggunya selama dua minggu ini.

Sebenarnya Jungwon dan Sunoo beberapa kali mendapati hal tersebut lalu menatap tajam dan membuat orang yang mengatainya pergi. Lalu saat bersama kakak trio nya atau Heeseung mereka bahkan tidak mendekat.

Hanya berani kandang saja!

Tidak masalah, lagipula semuanya benar, tidak ada yang salah dengan itu. Selagi tidak menghina orang mansion yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri saja, itu bukan masalah!

Anak itu tidak terlalu mempedulikannya dan lanjut membalikkan halaman bukunya.

Hingga sebuah tangan menghalanginya untuk menulis dengan menutup bukunya.

"Wah, dia terus mengabaikanku, sok sekali, kau ingin melawan Zen ternyata," sikap Zen setelah dua minggu yang hanya terus mengeluarkan ejekan.

Zen iri. Dia iri dengan orang-orang di mansion Ni-ki yang dikenal baik oleh banyak penyihir, mungkin ia ingin tahu seberapa hebat anak itu. Karena Ni-ki juga tak meladeninya.

Namun, rasa penasaran Zen itu baik, tapi dalam konteks ketika dia benar-benar menggunakan sikapnya untuk tidak memancing keributan. Dan sepertinya itu tidak berlaku kali ini. Begitu juga rasa kasihan Ni-ki.

Taki yang melihat itu lantas memegang tangan Zen, "jangan mengganggunya, Zen!"

"Tidak usah ikut campur! Bukankah kau juga sangat lemah?" Zen mendorong Taki mengenai meja lain.

Semua diruangan berteriak kaget, tidak ada yang menduga cacian semata itu akan lebih buruk. Apalagi sampai menggunakan kekerasan.

Ni-ki mengepalkan tangan masih menunduk melihat materi perhitungan. Selama dua minggu ini dia tidak berniat melawan manusia ini, tapi sekarang dia malah menyerang yang lain!

Mencoba menenangkan diri, Ni-ki berdiri dari tempat duduknya membantu Taki berdiri. Meski wajah yang masih datar, kesan netranya berubah menjadi lebih tajam. Lalu, menatap kearah Zen. Atmosfer mencekam datang secara cepat.

"Si pungut datang membantu. Haha, menyenangkan sekali!" cerca Zen yang disambut tawa temannya yang ikut mengejeknya.

Padahal dihari pertama, dia tidak mendapat hal begini. Ekspetasi memang menghancurkan minat seseorang.

Ni-ki membantu Taki duduk, lalu tersenyum tipis berterimakasih.

Seperti tidak puas, Zen memegang pundak Ni-ki, lalu mencerca kasar, "kakak-kakak mu juga bukannya dibuang keluarga nya ya? Haha, satu mansion yang menyedihkan!"

Ni-ki geram dengan pegangan itu berbalik membalas dengan dorongan yang lebih kuat dari yang dilakukan Zen pada Taki. Sekelas berteriak kembali saat Zen mengenai meja.

Ni-ki kesal, Zen mulai berulah mengenai kakaknya.

Ni-ki mendekati Zen dengan netra gelap merendahkan, "Im..-- pas kan?"

Two Times (ENHYPEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang