When You Start ....

346 46 11
                                    

Ni-ki terus berlari memasuki hutan menghindari lemparan panah api dari 2 elf yang mengejarnya.

Secepat itu dia berlari, secepat itu juga panah disekelilingnya membakar sekitarnya. Ni-ki mulai lelah.

Ni-ki ingin membalas serangan itu. Tapi itu percuma, setaunya bangsa  elf sangat lincah. Telat dalam beberapa detik saja mungkin dia akan terjebak didalam kobaran api abadi para elf.

Tongkat Ni-ki sangat tak berguna saat ini. Sihirnya memang cukup untuk sekedar menjatuhkan lawan tapi elf tidak akan semudah itu terkena sihir. Mereka sangat lincah.

Ni-ki mengerang dalam batin. Lincah, lincah, lincah. Dantara semua hal yang ada, apa kecepatan sesuatu tolak ukur yang membuatnya akan kalah dalam bertarung? Pikirannya sudah teraduk.

Fokus yang kurang membuat sebelah sepatunya terlepas akibat tak meniti sebuah akar besar pohon mencekal sebelah kakinya.

Ni-ki terus menarik kakinya untuk berlari tak mempedulikan sepatu yang terlepas. Merasakan duri-duri dari rumput liar menusuk kakinya. Ini sakit. Sangat sakit. Tapi dia tidak bisa berhenti.

'Ayo berpikir Ni-ki. Ayo berpikir Ni-ki,' batin Ni-ki terus mengulanginya.

Elf yang mengejarnya tiba-tiba tertawa sambil menyahut satu sama lain. Tertawaan yang sama sekali tidak menyenangkan.

Ni-ki tidak punya pilihan lain. Sihir pesan udara adalah salah satu cara untuk mencoba menyelamatkan diri. Tidak peduli dengan energi yang akan terbagi dan memperlambat langkahnya.

Anak itu segera melepaskan pesan udara kepada Jake secepat mungkin. Langkah kakinya turut melambat secepat dia melepaskan pesan. Berharap pesan dan energinya tidak terkirim sia-sia.

Terus berlari selama hampir setengah jam lamanya membuat Ni-ki hampir berputus asa akan tidak ada nya balasan dari Jake sedikitpun.

"Astaga, air ini! Apa tidak bisa berhenti!" kesal Ni-ki saat merasakan pandangan buram akibat air matanya yang terjatuh.

Ni-ki mengusap pipinya yang basah. Berbelok terus memperhatikan jalan hutan. Terus mengarah pada tempat pertama kali anak itu ditemukan.

Lemari yang menjadi tempatnya bergerak pertama kali.

Ni-ki bergerak menuju lemari kayu itu dengan cepat. Sadar lemparan panah api mendekati kepalanya. Ni-ki merunduk cepat dan saat itu juga hal buruk benar-benar terjadi padanya.

Dia tidak mampu lagi untuk berdiri. Badannya kaku secara tiba-tiba. Melirik pada jarum tertancap pada kaki kirinya  yang mungkin merupakan penyebab kelumpuhan cepat itu.

Anak itu mengerang, "racun adonesquella!"

Bunga beracun dengan efek samping itu benar-benar membuat Ni-ki jengah.

Tawa ringan sudah memenuhi pendengaran Ni-ki. Anak itu mendongakkan kepala melihat para Elf yang sudah tersenyum bersiap mengangkat panah mereka lagi.

Berusaha terus merangkak, mengalirkan sisa energinya pada tangan kanan nya untuk terus bergerak menuju lemari tua itu.

Seperti ingin benar-benar menyiksa mangsa nya, para Elf justru melepaskan anak panah tanpa api mereka mengenai lengan Ni-ki lalu kembali tertawa dengan senang.

Anak bersurai coklat itu hanya menangis pelan menahan rasa sakit, masih tak berpikir untuk berhenti. Ni-ki justru menggerakan tangan kirinya berganti memegang akar.

Dan kembali lagi, salah satu Elf melepaskan anak panahnya. Tidak tangisan, teriakan menyakitkan terdengar gema di bagian hutan. Racun yang menyebar dan panah yang akan berdatangan. Dia pikir semuanya akan berakhir.

Two Times (ENHYPEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang