Raya masih menggeliat di atas kasurnya, lelah karena semalaman mengerjakan proposal proker jurnalistik yang tidak selesai hingga sampai jam 2 malam. Ia meraba-raba mencari benda persegi panjang yang sedari tadi berbunyi. Matanya belum terbuka sempurna, tangannya sampai di atas meja meraih handphonenya.
"RAYA! LO NGGAK KULIAH!?" Sekejap Raya sadar bahwa dia terlambat masuk kuliah.
"SIAL!"
***
Raya berlari sekuat tenaga menuju kelasnya. Peluhnya turun membasahi wajahnya. Deru napasnya naik turun. Raya benar-benar terlam-
BRUK!
Yes! Raya menabrak seseorang hingga kertas-kertas yang dibawa orang itu berterbangan. Yang menabrak pun hanya bisa tersenyum pasrah, memperbaiki posisi kacamata bundarnya lalu merapikan kertas-kertas yang tersebar di lantai.
"Kalo jalan pake mata dong!" Ucap satu orang lagi yang tidak mengenai tabrakan Raya.
"Gue nggak jalan, kak. Gue lagi lari. Oh iya, jalan pake kaki kak bukan pake mata. Maaf ya kak, gue lagi buru-buru, maaf banget." Ucap Raya tanpa rasa bersalah langsung kabur begitu saja.
"Wah, nyolot tu anak!" Geram Jungwoo.
"Ya Allah... Doy, lo gapapa?"
"Dia anak Jurnalistik, kan? Gua aduin Taeil, punya staff kok nggak sopan banget." Lanjutnya.
"Nggak perlu. Yang perlu, lo sekarang bantuin gua."
100% valid no debat, Raya telat masuk kuliah. Mata kuliah hanya tersisa setengah jam lagi. Untung saja dosennya bukan dosen dengan tipe yang killer, jika saja dosennya killer pasti Raya akan mengulang mata kuliah tahun depan.
Saat ini gadis itu hanya memakai baju seadanya, kemeja warna beige, celana jeans, rambut hanya diikat, make up natural, tugas belum dikerjakan, dan mandi sewajarnya atau cuma mandi 5 jari alias cuci muka saja.
Raya dan sahabatnya yang meneleponnya tadi pagi kini sudah duduk santai di kantin fakultas, memakan cilok dengan wajah yang masih ngantuk. Sesekali menguap. Di kantin agak ramai, karena memang sudah jamnya makan siang. Raya lalu mengeluarkan laptopnya, ingin melanjutkan pekerjaannya semalam.
"Lo kerja sampe jam berapa deh? Sampe telat gitu." Tanya Ara sahabatnya.
"Jam 2 malem. Coba lo bayangin, gue kerjain sendirian 4 proposal ini. Mentang-mentang gue asisten sekertaris juga. Kalo sampe si ketua jahannam itu minta revisi, gue tabok juga tuh." Tutur Raya. Memang benar, ia mengerjakan proposal proker itu sendirian, entah apa salahnya harus mengerjakannya.
"Tadi pagi gue nabrak kakak tingkat, Ra. Nggak sengaja gue, lo tau sendiri kalo gue buru-buru banget masuk kelas." Raya sembari membuka laptopnya.
"Siapa?" Ara mencomot cilok di mangkok, menunggu jawaban Raya.
"Kadoy. Sampe jatoh. Gue langsung kabur." Mendengar itu, Ara langsung terbatuk. Ciloknya langsung masuk satu, belum sempat dikunyah.
"Beneran? Wah parah sih, Ray. Nggak lo bantuin?"
"Enggaklah, nggak sempat."
"Mending lo buruan minta maaf, deh."
"Gue udah minta maaf pas di TKP."
Tiba-tiba kantin itu bak hutan di malam hari, satu pun tak ada yang bersuara, sampai ibu dan bibi kantin pun berhenti melakukan aktivitas memasaknya. Bisik-bisik, ada yang menahan napas, ada yang mimisan, ada yang sudah mati pingsan, semua ada.
"Panjang umur, pangeran. Noh, pangeran lo datang." Ucap Ara. Refleks Raya berbalik.
Seseorang bak pangeran datang ke arahnya, cowok yang biasa disebut titisan surga di kalangan mahasiswa, tinggi dan tampan, sosok paling diidamkan di seluruh penjuru kampus ini. salah satu the most handsome boy. Jaehyun, Ketua BEM yang baru di fakultas sebelah, FISIP, sekaligus pacar dari si gadis yang sering tidak mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Sides
FanfictionPeople come and go. Begitu banyak orang bilang. Ini kisah tentang kebimbangan memilih yang lebih lama bersamamu, namun sering membuatmu kecewa atau memilih yang baru yang lebih sayang dan membuatmu nyaman bersamanya. Dua bagian datang bersamaan, me...