chapter 9 - ego

1 0 0
                                    

Getaran dari pesawat landing sudah mulai terasa. Satu jam tiga puluh menit berhasil mereka lewati dan telah sampai di Bandara Sultan Muhammad Salahudin, di Bima NTB setelah melewati transit di Bandara Internasional Lombok. 

Untuk ke tempat yang dituju akan butuh waktu satu jam atau dua jam lebih perjalanan dengan mobil lagi.

Doyoung tersadar lebih dulu, ia menatap ke sampingnya, Raya dengan earphone yang sudah terlepas dari telinganya dan di kursi sampingnya ada Ara dan Jungwoo yang saling tertidur dengan Ara tertidur di pundak Jungwoo.

"Ray, udah nyampe." Doyoung sedikit menggerakkan badan Raya. Raya akhirnya bangun, dan melihat di luar jendela pesawatnya.

"Wu, bangun." Jungwoo juga tersadar dengan mengusap sesuatu di mulutnya, kalian tahu itu apa. Ara juga ikut terbangun.

Mereka semua meregangkan badan setelah keluar dari pesawat. Lalu segera mengambil koper, Ara dan Jungwoo paling rempong karena membawa dua koper sekaligus. Entah apa isinya, tapi itu sangat merepotkan.

Mereka mencari kepala desa yang menjemput mereka, saat mereka melihat papan dengan tulisan Mas Doyoung, dkk dari Jakarta, mereka berempat langsung berjalan mendekat setelah banyak drama dengan koper Jungwoo dan Ara.

"Pak Ibrahim." Panggil Doyoung, memberi senyum dan salam pada bapak yang sudah sedikit berumur itu. Kira-kira usianya sudah 50 tahun. Diikuti oleh ketiga orang di belakang Doyoung.

"Mas Doyoung?" Tanya Pak Ibrahim lagi.

"Iya, pak." Jawab Doyoung.

"Tidak usah panggil Pak. Panggil saya Ua Boa. Saya di sini sering dipanggil seperti itu." Ujar Ua Boa. Mereka berempat mengangguk mengerti. Ua berarti Paman/Bibi tergantung laki-laki atau wanita dalam bahasa Bima, yang juga bahasa itu digunakan oleh masyarakat Dompu.

"Kalian mau makan apa hari ini?" Tanya Ua Boa sembari mereka berjalan mendekati mobil yang akan membawa mereka ke Dompu.

"Saya tadi searching, Ua. Di Dompu katanya ada makanan yang namanya Timbu, ya?" Tanya Jungwoo, yang kesusahan membawa dua kopernya. Raya tidak fokus pada pembicaraan itu, hanya menatap room chatnya dengan Jaehyun, yang sampai saat ini belum dibalas Jaehyun.

"Benar sekali. Di Dompu ada yang namanya Timbu. Itu adalah nasi dengan campuran santan yang dibakar dengan bambu. Rasanya gurih. Istri Ua sudah membuatkannya untuk kalian." Jawab Ua Boa. Lalu mereka semua masuk ke dalam mobil, kecuali Raya.

Raya agak terkejut melihat Jaehyun meneleponnya, lalu segera ia meminta izin untuk ke mengangkat teleponnya

"Ua, saya ngangkat telepon bentar, ya." Ucap Raya.

"Mau gue anterin?" Tanya Ara.

"Nggak usah." Jawab Raya. Lalu melangkah menuju tempat yang sedikit sepi. Ia segera mengangkat telepon itu.

"Kak Jae-"

"Kamu jadi pergi?" Jaehyun lebih dulu memotong pembicaraan Raya. Nada bicaranya kesal.

"Aku kan udah bilang sama kamu, aku harus berangkat. Aku udah bilang dari lama kan. Kali ini aja, kak. Aku janji, aku nggak akan-"

"Aku udah kosongin schedule aku buat kamu lho, Ray. Supaya aku bisa terus sama kamu. Trus kamu pergi gitu aja." Jaehyun lagi-lagi memotong ucapan Raya.

"Aku kan udah bilang sama kamu, kak. Kalau aku harus berangkat hari ini." Raya masih menahan ucapannya agar tidak lewat batas.

"Kamu egois, ya." Ucap Jaehyun.

"Iya... Iya... aku egois..."

"Iya, emang berarti di mata kamu aku ini bukan siapa-siapa." Balas Jaehyun lagi.

"Kamu jangan ngomong kayak gitu dong, kak. Aku baru aja nyampe." Ujar Raya.

Raya melihat Ara sudah melambaikan tangannya agar menyuruh Raya untuk kembali ke mobil.

"Udah ya, kak." Lanjutnya.

"Ray-" Sebelum Jaehyun berbicara, Raya sudah mematikan telepon itu. Dan gadis itu melangkah masuk ke dalam mobil, bersebelahan dengan Jungwoo dan Ara, Doyoung duduk di depan.

🌻🌻🌻

Jaehyun langsung melempar HP-nya di dekat susunan proposal program kerja BEM. Anak-anak yang melihat perlakuan Jaehyun kini menganga, soalnya lemparan HP tadi terdengar sedikit keras.

"Gue tau lo anak sultan, tapi jangan gitu juga dong sama hp sendiri." Ucap Johnny, mengambil HP Jaehyun di lantai dan mengecek apakah ada yang pecah atau rusak.

"Lo barusan ngomong sama pacar lo?" Haechan menambahi.

Jaehyun masih memijit pelipisnya, merasa bahwa hatinya kecewa.

"Si doi lagi galau, pacarnya nugas ke Dompu." Ucap Rose dan menjawab semua rasa penasaran teman-teman se-BEMnya itu.

"Dompu di mana dah?"

"NTB."

"Yang ada komodonya?"

"Itu mah NTT, dodol."

Haechan dan Rose membuat seisi Sekret BEM tertawa. – kecuali Jaehyun.

"Besok kita rapat besar soal prokernya Yuta lho, Jae. Jangan sampe lo campurin itu sama perasaan pribadi lo." Johnny mengingatkan.

"Kenapa si lo galau mulu, bang? Si Raya kan cuma pergi bentar." Ucap Haechan yang sibuk dengan tabel keuangannya.

"Lo semua nggak ngerti." Jawab Jaehyun.

"Iya-iya, gue jomblo gini emang nggak ngerti, bang. Tapi setidaknya gue udah coba buat nenangin lo." Balas Haechan, sedikit kesal dengan ketuanya itu.

"chill..."Johnny menengahi.

"Tenang dong, nyet. Lo bisa percayain Doyoung sama Jungwoo. Mereka ahli urusan begituan." Ucap Rose lagi.

"Doyoung anak Komunikasi?" Johnny semangat menanyakan.

Rose mengangguk.

"Lo jangan kebanyakan kesel sama Raya, kasian tuh anak pasti mikirin lo terus."

"Bodo amat. Pusing gue." Jaehyun dengan kesalnya langsung keluar dari Sekre BEMnya itu, entah menuju ke mana.


🌻🌻🌻

Two SidesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang