chapter 6 - change

2 1 0
                                    

"Raya sama Ara, kalian jadi tim jurnalistik di prokernya Doyoung. Kalian berangkat seminggu lagi, siapin perlengkapan kalian. Tak ada penolakan. Untuk surat perizinan sekaligus minta izin sama orang tua kalian, kak Taeil udah ngurus. Semalam kak Taeil ke rumah kalian berdua, dan orang tua kalian setuju banget, karena bisa menambah ilmu dan pengalaman. Sekian." Taeil langsung pergi begitu saja, tanpa menunggu jawaban iya atau tidak Raya dan Ara.

"TAP-TAPI KAK! KAK TAEIL!" Teriak Raya.

Taeil hanya menghiraukan teriakan itu, tak akan pernah ada penolakan.

***

PRANG!

Raya menendang tong sampah dan membuatnya berguling. Untung saja kosong. Ia kesal karena Taeil langsung memilihnya untuk mengikuti proker Doyoung, kakak tingkat yang tak terlalu ia kenal (tapi, yang ia tabrak beberapa waktu yang lalu) tanpa meminta persetujuan dan diwajibkan ikut. Ia pusing, entah bagaimana ia harus memberitahukan ini pada Jaehyun.

Mereka akan berangkat seminggu lagi.

"Kenapa si lo? Sampe segitunya sama tong sampah." Tanya Ara yang sudah terkejut karena bunyi tendangan Raya.

"Gue kesel sama kak Taeil." Raya sampai mengangkat tinjunya, wajahnya sudah merah padam. Ara juga setuju dengan itu, ia juga tak terima sikap bodoamat Taeil yang tidak mendengarkan pendapat orang lain terlebih dahulu.

"Jadi kak Taeil itu tong sampah?"

"Ara... Gue serius."

"Gue harus ngomong apa sama kak Jaehyun, Ra?" Wajahnya kembali tertekuk. Raya menyadari jika ia pergi, acaranya dengan Jaehyun ke Lombok batal total, lagi.

Sampai sekarang Jaehyun belum menemui Raya setelah ucapannya tiga hari yang lalu, chat juga tidak dibalas, telepon juga, Raya tidak berani. Ingin bertemu, tapi takut Jaehyun kesal lagi.

"Ya lo bilang aja, kak aku ada tugas dari kak Taeil buat ikut ke sana, ada proker yang harus aku ikutin dan nulis jurnalnya bla bla bla. Selesai kan?" Ara mempermudah segalanya, sebentar lagi mendapatkan tinju dari Raya.

"Nggak semudah itu, tong. Lo nggak inget tiga hari yang lalu, sampe sekarang dia belom nge-chat gue. Dan seminggu lagi kita pergi, dan gue masih belom berani buat ngomongin ini ke Kak Jaehyun. Gimana kalo dia tambah marah ke gue?" Raya akhirnya duduk di salah satu bangku di taman fakultas. Merasa sangat sakit kepala.

"Bukannya tahun lalu anniv lo sama Kak Jaehyun nggak jadi diadain?" Tanya Ara. Raya masih sangat mengingat itu. Saat itu Ara yang menata Raya untuk tampil cantik dihari istimewa, juga Ara yang menyiapkan makan malam romantis, meminjam rumah mewahnya Ara untuk menyiapkan itu semua. Tiba-tiba, ada chat masuk saat itu dari kak Jaehyun.

Sayang, aku nggak bisa datang buat kamu hari ini. Ketua Himpunan nyuruh aku ke Lombok hari ini juga. Ada konferensi. Aku nggak bisa ngomongin ini ke kamu dari kemarin, aku sibuk banget. love u.

Saat itu Jaehyun menjabat sebagai Kepala Divisi PSDM-Pengembangan Sumber Daya Manusia untuk Himpunan jurusannya, dan ada konferensi tahunan Himpunan di Lombok yang mengharuskan ia untuk mengikuti kegiatan tersebut.

"Iya nggak jadi diadain, lo tahu sendirikan. Nah, masa tahun ini nggak diadain lagi? Kak Jaehyun pasti malah tambah kesel sama gue."

"Lah? Kan itu kak Jaehyun yang salah, kenapa jadi dia yang kesel?" Ucap Ara. "Pasti kak Jaehyun nyuruh lo pergi." Ara masih tak mau kalah.

"Nggak nyuruh matamu! Lo nggak ngerti, Ra."

"Jangan selalu nyalahin diri lo sendiri, Ray. Kak Jaehyun lebih banyak mikirin kerjaannya, daripada mikirin lo. Buat apa lo berdua megang komitmen, padahal komitmen itu cuma topeng hubungan lo berdua." Ara tahu perasaan sahabatnya itu. Raya menghela napas.

Two SidesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang