Incoherent Feelings

3.4K 336 7
                                    

Dian's POV

"Dian..." gue ngerasain kalo badan gue digoyangin secara kasar sama seseorang.

Gue ngegumam sebagai respon.

"Dian..." kali ini badan gue digoyangin dengan lebih kenceng, tapi gue masih belom bisa ngebuka mata.

"Dian!" teriak suara paling berat yang pernah gue denger bersamaan sama rasa sakit di paha kanan gue yang bikin gue refleks bangun.

Sayangnya, karena posisi tidur gue itu agak kepinggir kasur, gue nyungsep ke lantai yang dingin dengan posisi tangan masih megangin kasur.

Gue ngeluarin erangan sembari ngegerutu sebelum ngedongakin wajah buat ngeliat siapa yang tega banget ngisengin gue yang lagi asik tidur. Sialnya, ternyata Ethan-lah yang lagi berdiri di sisi kasur lainnya sambil melototin gue, tapi gue yang abis jatoh gak mau kalah dan balik melototin dia dengan galak.

"Gosh! What's your problem?! {Astaga! Apa sih masalahmu?!}" bentak gue.

"You better get up now or I'll kick your ass. {Lebih baik kau segera bangun atau aku akan menendangmu.}" ancam Ethan.

"Why? {Kenapa?}" keluh gue, "It's still dark outside. {Di luar 'kan masih gelap.}"

"That's because you keep the goddamn curtains shut! It's already 11 now. {Itu karena kau menutup rapat gordennya! Sekarang sudah pukul sebelas.}" sungut Ethan.

Emang bener. Gorden jendela kamar yang gue tempatin masih ketutup rapet. Dan jam sebelas katanya? Wow, gue nggak nyangka bisa tidur selama itu.

"Go take a shower! You stink. Oh, and Rafe is waiting for you downstairs. {Pergilah mandi! Kau bau. Oh, dan Rafe menunggumu di bawah.}" kata Ethan lagi.

Gue cuma ngedumel dan masuk kamar mandi.

Setelah gue selesai mandi dan ganti baju, gue turun ke bawah. Saat nggak ngeliat siapapun sewaktu gue sampe di ruang keluarga, gue pun jalan ke dapur dan ngeliat om lagi minum susu.

SUSU!

Gue berusaha untuk nahan ketawa. Si om yang sadar gue ada di sana, ngedongak ke gue. Hari ini gak seperti biasanya, dia pake pakaian semi formal. Gak seperti pakaian-pakaian kasual yang biasa dia pake selama di sini.

"Ada apa?" tanyanya.

"Nggak, bukan apa-apa." jawab gue.

Si om cuma ngangkat alis tanda nggak percaya.

"Katanya lu nungguin gue, sekarang gue udah cakep nih. Ada apaan sih? Tumben juga lu rapi banget, ada urusan soal gawean hari ini?" tanya gue.

"Kamu memang selalu cakep kok." katanya kalem.

Mata gue ngebelalak dan pipi gue sedikit memerah.

"Iya gue tau kalo gue cakep." bales gue berusaha untuk stay cool.

"Jadi ada apaan?"

"Bukan hal yang mendesak. Bukan urusan pekerjaan juga. Aku cuma mau ngenalin kamu ke beberapa orang kenalanku."

"Buat apa?" tanya gue yang sedikit heran.

"Kamu 'kan calon pengantinku Dian." dia ngehela napas, "Sudahlah, ayo kita berangkat." ajaknya.

Apa orang-orang yang mau dikenalin ke gue itu kolega bisnis? Kalo iya, apa gak masalah ngenalin gue yang notabene bakal jadi calon suaminya om? Apakah gak bakal berpengaruh ke reputasi bisnis dia?

Teach Me How to be Gay! [Revised Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang