15: Pergi

73 12 13
                                    

"Pilihan terbaikku adalah pergi dari rasa sakit yang ada." -Zia Nandhira Alodia.
***



Ervin semakin membuat Zia panik, kancing pertama seragamnya sudah berhasil di buka oleh laki-laki itu.

Air mata Zia sudah membanjiri pipinya, ia hanya bisa memejamkan mata pasrah.

Bruk!

Suara itu berhasil membuat Zia terlepas dari cekalan Ervin, tubuh Zia pun sudah terjatuh ke lantai, matanya ia buka, melihat seseorang yang mau menolongnya.

Disana, tepat didepannya ada Bintang yang tengah menghajar Ervin dengan ganas, laki-laki itu tak memberi celah untuk Ervin melawannya.

"DASAR BAJINGAN!"

Bugh!

Zia menatap Bintang tak percaya, bukannya Zia sudah berkali-kali menyakiti Bintang? Tapi kenapa laki-laki itu sangat baik kepadanya, dan juga bukannya Bintang tengah marah kepada gadis itu karena kesalahpahaman kemarin?

Bugh!

Ini adalah pukulan kedua yang Bintang layangkan di wajah Ervin, sungguh benar-benar tak tau diri laki-laki itu, Bintang susah payah untuk mengambil hati Zia, dan Ervin dengan keberuntungannya yang sudah dicintai Zia malah berniat ingin merebut mahkota gadis itu.

"LO SATU-SATUNYA LAKI-LAKI YANG GAK PANTES UNTUK DI CINTAI!!!"

Zia bingung harus berbuat apa, gadis itu memutuskan untuk menarik baju belakang Bintang, berusaha memisahkan keduanya.

"Stop woyy! Stop!!"

Bintang mengakhiri keributan yang ada, tangannya menghempas tubuh Ervin begitu saja. Laki-laki itu langsung membawa Zia pergi dari hadapan Ervin, menarik tangannya secara kencang.

"Lo bisa lembut sedikit? Ini tangan, bukan balok!"

Tanpa berniat ingin merespon ucapan gadis itu, Bintang langsung melepas tangan Zia tanpa menoleh ke gadis itu, Bintang sudah berjalan meninggalkan Zia dengan ekspresi datarnya, mungkin kali ini ucapan Bintang akan ia jalani dengan benar, laki-laki itu ingin benar-benar bisa melupakan Zia.

"Anjir ini kenapa sih gue, bukannya seneng ya tuh cowok gak gangguin hidup gue, lah ini kok kaya sepi amat, ish!" gerutu Zia kesal pada dirinya sendiri.

Zia berjalan kembali menuju kelasnya, ketika sampai didepan pintu, banyak ucapan tajam yang dilontarkan oleh teman-teman sekelasnya.

"Dasar singa jantan!"

"Cantik-cantik tapi kelakuan kaya preman!"

"Bagus deh Bintang udah jauh dari tuh cewek sinting!"

Kebetulan sebelum Zia masuk ke kelasnya ia sudah lebih dulu menyiapkan diri, takut-takut akan terjadi seperti ini. Gadis itu terus melangkah, hingga matanya menatap tajam Kia yang membiarkan bangku miliknya diduduki oleh Ucup, teman sekelas Zia.

"Ki, lo kok biarin si Kang Ucup duduk di bangku gue sih," ujar Zia kesal.

Gadis didepannya sama sekali tak merespon Zia, apa mungkin sahabatnya ikut-ikutan seperti yang lain?

"Lo gak percaya sama gue, Ki? Dimana janji lo?!" Kali ini Zia bertanya dengan sedikit menaikkan suaranya, gadis itu benar-benar tak habis fikir dengan Kia, disini yang sudah menjadi teman lamanya adalah Zia, tapi kenapa gadis itu lebih mempercayai ucapan orang lain.

"JANJI?! BAHKAN GUE GAK SUDI BERTEMAN SAMA GADIS MUNAFIK KAYA LO!! MUKA POLOS, TAPI KELAKUAN BEJAT! DAN LO HARUS INGAT, GUE GAK MAU JADI KORBAN PSYCHOPATH!!" Kia langsung bangkit dari kursinya, tapi dengan gesit Zia menahan tangan gadis itu.

Matanya menatap wajah Kia, membayangi kembali kisah-kisah indah persahabatannya, tapi itu dulu, mungkin setelah ini tak ada lagi kata sahabat diantara keduanya, "Gue yang pergi,"

Zia melenggang pergi, tak memperdulikan bel masuk yang sudah berbunyi, kakinya melangkah membawa Zia keluar dari gerbang sekolah, entah ia akan pergi kemana, yang jelas gadis itu lagi ingin sendiri untuk menenangkan pikirannya.

Zia menunduk, merasa lelah dengan semuanya, entah ini keluhan keberapa kali yang keluar dari bibir gadis itu, semua orang menghakiminya, menyakiti gadis yang sama sekali tak bersalah, kenapa Zia selalu menjadi korban dari orang-orang jahat? Apa segitu tak pantasnya Zia untuk bahagia?

Dulu pasti akan selalu ada Kia dan Bintang yang menghiburnya secara bersamaan lewat chat, tapi sekarang? Mereka pergi, tak ada lagi yang mempercayai Zia.

Tak mau larut dalam kesedihannya, Zia memutuskan untuk pergi ke rumah sakit, tempat Bila dirawat.

***
Tubuh Zia bergetar hebat, gadis itu terisak begitu mengetahui kabar Bila dari suster dirumah sakit, didepannya, gundukkan tanah yang berisi jasad gadis malang.

Hanya gadis kecil itu yang meyakinkannya tentang suatu kebahagiaan, tapi kini tak akan ada lagi sosok malaikat kecil, Bila sudah pergi, bahkan pergi jauh meninggalkannya disaat semua orang juga pergi meninggalkannya karena tak percaya.

Kenapa Zia harus kehilangan semuanya dalam waktu yang sama?

"Malaikat kakak sudah pergi, dunia kita sudah tak lagi sama. Bila sudah tak akan merasakan sakit lagi, sedangkan kakak masih harus berperang dengan kekejaman dunia," Zia hanya bisa menatap kosong gundukkan tanah yang ada dihadapannya.

Rasa berkecamuk luka sangat terasa dihatinya, tak ada Bila si malaikat kecil. Bila adalah alasan Zia untuk bisa bertahan lagi, tapi gadis kecil itu sudah pergi meninggalkannya, kini tak ada lagi alasan Zia untuk bertahan hidup, hidupnya hancur, bahkan ia benar-benar sendiri dikeadaan kejam ini.

Matanya beralih menatap danau yang tak jauh dari tempat pemakaman umum, kakinya membawa Zia lebih dekat dengan danau.

Isaknya semakin hebat, ini kali pertama gadis itu jatuh sejatuh-jatuhnya. Matanya memberanikan diri menatap luas air danau, apa ini terakhir kalinya Zia merasakan sakitnya dunia? Tangannya mengusap kasar wajahnya.

"CUKUP SAMPAI DISINI!!! BILA, JEMPUT KAKAK WAHAI MALAIKAT KECILKU!!"

Byur!

Kakinya benar-benar loncat ke danau, tubuhnya semakin masuk ke dalam danau. Teriakan dari luar sedikit terdengar, mungkin ada beberapa penziarah yang melihatnya.

Ini akhirnya, Zia pergi, menyerah dengan semua keadaannya. Melepaskan semua penderitaannya di detik-detik hidupnya.

"Ini yang terbaik dan akan jadi yang terbaik,"

"Rasa ini datang diwaktu yang salah, Bintang Athalla Nugraha, gue cinta sama lo, mungkin,"

"Selamat tinggal Kia, terimakasih untuk waktu satu tahunnya, gue bahagia pernah memiliki sahabat kaya lo,"

"Ayah, selamat tinggal, Zia sayang ayah, tapi sekarang Zia benci ayah,"

Hidungnya sudah tak bisa menahan nafas, Zia benar-benar memasrahkan raganya didanau ini.


TBC

Follow tiktok @punyabobrok
Jangan lupa vote komen
Bantu promosi ya!

Gimana gimana? Wkwk🥲

RUMIT!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang