Skripsi

1.9K 138 0
                                    

CINTA SATU MALAM OH INDAHNYA~
CINTA SATU MALAM BUAT KU~~~ MELAYANG~~
ASEK ASEK~~
JOSSSS~~

Suara alarm menggelegar hingga mengusik Rey yang sedang asik dalam dunia mimpinya. Tangannya berusaha meraih handphonenya yang sedang bernyanyi diatas nakas dan menghentikan alarm sialan yang sudah mengganggu hibernasinya. Matanya yang sayu mulai terbuka perlahan-lahan. Sudah pukul 6 ternyata. Perlahan dia dia meregangkan otot-ototnya diatas tempat tidur, masih dengan posisi terlentang. Mengangkat tangannya keatas, memiringkan badannya kesebelah kanan dan....

" Engggggggggg... Eenggggggggggggg..hiakkkkkkkkkk.....ciattttt.... Anjirrr encok encokkk" Rey meringis karena saking semangatnya mereganggkan badannya kekiri hingga memelintir pinggangnya. Memang benar kata orang, bangun tidur itu gampang, ngumpulin niatnya buat beranjak dari kasur itu bisa sampe sejam-an lebih.

Tak ingin membuang waktu lagi, Rey beranjak ke kamar mandi untuk memulai ritualnya.
" Males banget ya lord, bisa ga sih gausah skripsian langsung lulus aja gitu?" Keluhnya.

.
.
.

Setelah membersihkan dirinya, Rey kembali mengecek segala keperluan yang akan dibawanya ke Lab nanti, setelah itu dia beranjak ke ruang makan. Setelah perdebatan panas kemarin bersama orangtuanya, dia tidak melihat mereka pagi ini apalagi kedua kakaknya. Selalu seperti ini, kalau tidak ada yang ingin dibicarakan rumah ini akan tampak seperti kuburan. Bahkan kuburan saja tidak sesunyi ini, masih ada suara jangkrik, burung hantu, dan mbak kunti. Eh.... Kedua kakaknya pun sama, selalu sibuk dengan urusannya masing-masing. Hubungan kakak adik diantara mereka bahkan terlihat seperti orang asing padahal serumah, untuk sekedar tegur sapa hallo hai apakabar aja bisa dihitung jari selama seminggu. Miris memang. Untung saja dia disibukkan dengan aktifitas dikampus dan cafe sehingga tidak ada waktu untuk bergalau ria, tapi tetap saja saat malam tiba ada rasa hampa yang dirasakannya.

Memasuki ruang makan, Rey mengambil sandwich dan memakannya tak lupa dengan segelas teh manis hangat. Memakan sarapannya dengan tenang seraya membaca berita di layar tab nya. Setelah menghabiskan sarapannya, Rey mengambil tasnya,laptop, dan kunci mobilnya, berjalan menuju garasi. Dia mengemudikan mobilnya dengan santai sambil ditemani oleh alunan musik dari radio dan sekali sekali ikut bersenandung mengikuti alunan musik. Padatnya jalanan Jakarta tak luput dari gerutuannya.
"Jalanan aja yang rame, hati gua kapan? Sepi mulu perasaan. Cantik doang, tapi jomblo" kemudian tertawa geli, ntahlah mungkin dia sudah gila atau memang sedang terlalu semangat untuk menemui dosen tercintanya.

Hanya butuh waktu 30 menit untuk sampai di parkiran kampusnya. Sebelum mematikan mesin mobilnya, dia terlebih dahulu mengikat rambutnya, memakai masker, mengambil sarung tangan, dan memakai jas Lab, yah seperti itulah aturan Lab yang mengharuskan siapapun yang memasuki lab harus rapi, bersih, dan steril kalau tidak siap-siap aja di suruh keluar sama laboran yang galaknya ngalahin ibu tiri bawang putih. Setelah dirasa sudah rapi dan pas, kemudian dia keluar dari mobilnya dan berjalan menuju laboratorium. Memasukkan tasnya keloker dan mengambil catatan serta logbook penelitiannya.

Rey mulai melakukan kegiatannya, dimulai dari mengambil sampel penelitian yang disimpan di tempat penyimpanan khusus, mempersiapkan alat-alat pendukung yang akan digunakannya. Mengambil sampel bakteri dan memulai penelitiannya sesuai dengan prosedur penelitiannya kemudian tak lupa untuk mendokumentasikan kegiatannya saat ini. Setelah bergelut cukup lama akhirnya hasil hari ini cukup memuaskan baginya. Setelah selesai Rey merapikan kembali peralatan yng digunakannya dan menyimpan sampel serta hasil ujinya keruangan khusus yang disediakan oleh pihak Lab. Setelah ini dia akan melaporkan perkemvangan penelitian hari ini kepada dosen pembimbingnya.

Matanya menilisik ruangan Lab tersebut dan menemukan sosok yang dicarinya kemudian berjalan menuju tiga orang manusia yang sedang berdiskusi. Rey berjalan menuju mereka, menyapa sebentar lalu duduk dibelakang mahasiswa yang sedang berdiskusi dengan dosen tersebut menunggu gilirannya. Selang 45 menit berlalu, akhirnya tiba gilirannya. Tak tau saja dosennya dia sudah menggerutu setengah mati akibat menunggu terlalu lama. Menunggu dosen aja bisa masa menunggu doi ga tahan, andai aja dia ga dijodohin.

" Pagi Rey, gimana progres penelitian kamu?" Tanya pak Gilang, dosen pembimbing Rey yang sudah paruh baya itu sembari mencoret-coret proposal mahasiswa yang ntah kenapa ditatap miris oleh Rey karena saking banyaknya revisi dengan tinta berwarna merah. Segitu perfeksionisnya tuh dosen.

"Sejauh ini hasilnya sudah saya dapatkan pak meskipun baru setengah, kalau tidak ada kendala besok siang akan selesai Pak. Untuk sampel dan hasil uji dari bakterinya juga sudah saya kalkulasikan sebagiannya, tinggal dibawa ke Lab Central untuk tahapan akhirnya Pak" jelas Rey kepada dosennya dengan semangat 45. Bagaimana tidak semangat jika penelitiannya akan berakhir besok siang jika tidak ada kendala, jadi dia bisa fokus menyusun skripsinya saja nanti dan thanks God dia ga perlu lagi bangun pagi hanya untuk pergi ke laboratorium.

"Bagus kalau begitu, besok temui saya pukul empat sore setelah kamu selesai. Jangan lupa bawa sampel dan hasil ujinya nanti, kita berangkat bareng ke Lab Central bersama teman kamu Arga dan Grace. Saya harap tidak ada kendala agar kamu cepat menyelesaikan skripsi dan segera mengikuti COAS nantinya."
Ucap Pak Gilang dengan penuh penekanan.

"Baik Pak, terima kasih untuk bantuannya"

"Baik, besok jangan lupa, kabarin Arga dan juga Grace. Saya permisi dulu kalau begitu, saya ada jadwal seminar lagi hari ini" Kemudian Pak Gilang keluar dari ruangannya diikuti oleh Rey dibelakangnya.

" Terima kasih Pak, saya permisi dulu" ucap Rey seraya berlalu menjauh dari ruangan dosennya itu.

Dia mengambil handphone nya dari dalam tasnya damn mengechat temannya untuk mengabarkan besok mereka harus  bertemu dengan dosennya. Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul tiga sore dia memutuskan untuk pulang kerumah. Sebelum kembali kerumah ada baiknya melihat keadaan cafenya terlebih dahulu, mengecek bahan makanan, kebersihan cafe, melihat bagaimana karyawannya bekerja, dan mengecek keuangan cafe nya. Berat memang, tapi bagaimanapun dia juga harus bisa mandiri, punya tabungan untuk masa depannya nanti. Karena hidup kedepannya tidak ada yang tau, apakah selalu berada diatas atau dibawah. Setelah selesai diapun pamit kepada manager cafenya, Tasya. Sahabat sekaligus partnernya dalam berbisnis.

" Sya, gua balik dulu ya, sorry ga bisa fulltime bantuin lo." Menatap sendu Tasya, bagaimanapun Rey sedikit merasa bersalah sudah mengabaikan tugasnya dicafe ini.

"Santai Rey, kaya ke siapa aja lo. Gua juga tau kok gimana beratnya skripsi. Selama gua masih bisa handle lo tenang aja, kalau kita berdua kagak bisa ntar tinggal cari orang aja, jangan dibikin ribet. Hidup kita berdua udah cukup ribet. Kwkwkkw" kekeh Tasya menyemangati sahabatnya sejak orok itu.

" Yaudah gua balik dulu, lov u cong" pamitnya seraya meninggalkan Cafe dan kembali kerumahnya.

Suasana didalam rumah tetap saja sama, sunyi. Meskipun memiliki orang tua yang otoriter tetap saja dia juga tidak mendapatkan perhatian dari kedua orangtua dan kakaknya. Belum lagi masalah perjodohan dengan orang yang bernama Sean itupun kembali mengusiknya. Bertemu saja tidak pernah bagaimana bisa mereka dijodohkan, sungguh dia ingin marah.

Rey pergi menuju kamarnya dan membaringkan diri ditempat tidur, tak butuh banyak waktu matanya sudah tertutup dengan suara dengkuran yang sedikit ngegas menandakan bahwa dia sudah terlelap. Dari dengkurannya saja orang orang bakalan tau kalau hari ini cukup berat untuknya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Maaf kalau pembukaannya kepanjangan

-Ariani, 5 Juni 2021

PSYCHE: Rey TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang