Waiting (3)

1.4K 106 0
                                    

Keesokan paginya, kedua pria yang berada di mansion keluarga Chandra itu sudah bersiap siap menuju rumah sakit. Mattew yang menggunakan pakaian santainya dengan kaos hitam dan celana selutut berwarna hijau army terlihat kelelahan seperti orang yang kurang tidur. Lingkaran hitam di bawah matanya tampak kelihatan jelas. Keadaan Geralt pun tak berbeda jauh darinya, namun setidaknya Geralt masih terlihat lebih segar dibandingkan Mattew karna dia sudah cukup beristirahat dari kemarin sepulang dari rumah sakit setelah di gantikan oleh Mattew.

Mereka berangkat menggunakan mobil yang sama. Tidak ada yang memulai percakapan, keadaan di dalam mobil sangat hening. Mereka berdua sibuk dengan pikirannya masing-masing.

“Perasaan gua dari kemarin ga tenang Ger.” Suara Mattew memecah keheningan yang ada.

Geralt melirik Mattew sekilas, dahinya mengkerut menandakan dia sedang memikirkan sesuatu ditambah dengan ucapan Mattew yang barusan. “Gua juga, Mama sama Papa hari ini bakal balik, kayanya nyampe malem dari US.” Melirik sekilas ke arah kakaknya. “Nanti gua coba mastiin ke Gaby lagi kondisi Rey, semoga aja feeling gua salah.” Geralt mengambil handphone nya dan mengetik sesuatu lalu mengirimkan pesan kepada seseorang disana.

“Hmmm” Guman Mattew.

--------- BVLGARI CAFE--------

“Sya, Rey kemana? Dtelpon ga diangkat, di sms ga dibalas udah kaya bang toyib aja tuh orang” celetuk Alan. “Bikinin gua kopi hitam nem, ga pake gula. Gua mau yang hangat, jangan terlalu panas dan jangan terlalu dingin . Harus pas.” Teriak Alan sambil mengibas-ngibaskan tangannya dengan tampang watadosnya

“ Nem..nem..MUNCUNG KAU INEM!!” Kesal Tasya sambil menjambak rambut Alan sedikit keras kemudian kabur, belum ada lima detik dia kembali lalu memukul kepala Alan hingga si empunya kepala terjerwmbab ke depan.

“Hahahahha mampos kau, berani kau sama orang batak? Hmmm?” Geram tasya sambil berlari kecil ke arah barista untuk meminta dibuatkan kopi hitam.
Alan yang mendapatkan perlakuan kurang ajar dari adik ketemu besarnya itu hanya bisa geleng-geleng kepala. Teman-temannya yang menyaksikan pun sama-sama tidak berahlak. Menertawainya hingga salah satu dari mereka terjungkal terjerembab dilantai sambil memegang perutnya.

Tak berhenti di Alan, kejailan Tasyapun dipraktekkannya kepada Gio, Jeno, Manu, dan Tama yang masih asik menertawai Alan. Diambilnya air mineral kemudian menenggak air itu hingga memenuhi mulutnya. Pipinya tampak menggembung. Berjalan ke arah lima sekawan itu kemudian menyembur.

Pufffffff

Puffffff

Keempat orang itu terdiam. Tasya sudah tertawa terpingkal pingkal

“Bengek gua huahahah” tangannya memukul Alan berkali kali.

“Anjir bau jiogong, napas lu bau naga bangke” Gio mengendus ngendus tangannya yang digunakan untuk membersihkan wajahnya.

“GILA, BANGSAT JIJIK BAT GUA ANJIRR” Manu tak kalah heboh. “Gua balik dulu, ga tahan gua. BANGJE LU SYA, SUMPAH GUA.JIJIK, JIJIK SAMA LU SYAAAAAA” Manu, pria satu-satunya penggila kebersihan diantara mereka langsung pergi dengan wajahjijik dan selalu mengumpat.

Sebelum keluar dari cafe dia mengacungkan jari tengahnya ke pada Tasya. “FUCEK KAU TASYA. SHIT.” Wajahnya memerah menahan marah dan rasa jijik .

Melihat Manu pergi sambil menggerutu membuat mereka kembali tertawa.
“Kalau udah ada kabar dari Rey kabarin gua Sya. Kalau minggu depan dia tetap ga ada kabar, kita cari. Kalau perlu dateng ke rumahnya. Bodo amat sama tuh tua bangka sama si duo triplek.” Ucap Tama setelah menghentikan tawanya.

“Anjay, tumben lu.” Kekeh Alan.

“Gua serius” balas Tama

“Nyenyenye..” sambung Tasya.


----------Rumah Sakit----------

Mattew dan Geralt menatap adiknya yang masih diam dengan mata terpejam. Mengamati wajah pucat adiknya. Tangannya mengelus pipi tirus adiknya dengan lembut seakan akan takut membuat adiknya kesakitan. Ingin menggenggam tangan adiknya, namun mereka bingung bagaimana menggenggam tangan mungil itu jika dikedua sisi tangannya terpasang perlengkapan medis selain infus.

“Cepat bangun ya Rey” ucap Geralt kemudian keluar dari ruang ICU meninggalkan Mattew sendiri.

“Dek, bangun ya. Jangan tidur lama-lama.” Diusapnya pipi adiknya kemudian mengecupnya dengan pelan sambil berdoa. “Sembuhkan dia Tuhanbatinnya kemudian menyusul Geralt keluar.

Geralt menepuk bahu Mattew “Lu balik aja bang, gua mau ke Gaby dulu mau ngerujuk biar Rey bisa pindah ke ruang VVIP aja. Lu istirahat, muka lu hancur banget” tertawa pelan melihat kakaknya yang biasa tampil sempurna kini seperti suami yang ditinggal istri.

“Hmm...Jangan lupa kabarin gua” kemudian pergi untuk kembali beristirahat.

.
.
.
.
.
.
.
.

-Ariani, 11 Juni 2021

PSYCHE: Rey TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang