What if...

1.4K 115 1
                                    


Tidak ada yang menyadari apa yang akan terjadi selanjutnya. Mereka hanya benar benar berharap semuanya akan baik baik saja. Sedangkan di ruang ICU VVIP, ruangan steril pasca operasi yang hanya bisa dihuni oleh orang orang kelas atas tersebut kini diisi oleh dua orang gadis yang masih tenang memejamkan mata mereka dengan hampir seluruh tubuh mereka melekat beberapa peralatan medis. Alunan detak jantung mereka bergerak seirama, namun di menit berikutnya....

Tit....tit.....tit.....

-----------------------------------------------------------------

Rey mengalami kejang kejang, perawat yang sedang berjaga kemudian menekan tombol darurat. Tak lama kemudian dokter Gaby masuk dengan beberapa orang asisten serta perawat lainnya. Mereka memeriksa kondisi vital Rey lalu menyuntikkan obat antikejang. Setelah selesai Gaby keluar dari ruangan tersebut.

"Lakukan pemeriksaan MRI siang ini pada nona Rey" ucapnya sambil berjalan tanpa menatap asisten maupun perawat yang setia mengikutinya kemana pun dia melangkah.

"Baik dok" serempak mereka menjawab.

Tidak lama setelah kehebohan yang terjadi diruang ICU akibat kejang kejang yang terjadi pada Rey, Gia juga tiba tiba mengalami hal yang sama. Kayanya dia ga mau kalah sama Rey.

Perawat yang berjaga kembali menekan tombol darurat. Beberapa dokter masuk kedalam ruangan itu dengan tergesa gera. Takut melewatkan satu detik yang berharga untuk menyelamatkan nona muda Luxeberg ini.

Setelah lima belas menit mereka keluar dari ruangan itu.
"Lakukan MRI kepada nona muda, sekarang pukul sembilan pagi, lakukan pukul dua belas. Setelah hasilnya keluar langsung antarkan ke ruangan saya" ucap salah satu dokter yang merupakan ketua dari tim medis dikelompok mereka.

"Baik dok" tujuh orang yang berada di belakangnya menjawab serempak. Kemudian mereka keluar dan terbagi menjadi dua tim, satu tim mengikuti ketua tim mereka dan satunya lagi pergi menjadwalkan Gia untuk melakukan MRI.

Tepat pukul dua siang, hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada Gia dan Rey sudah berada di tangan kedua dokter itu. Di ruangan dokter Gaby, terlihat gadis itu tampak kelelahan. Berkali kali ia menghela napasnya kemudian meraih berkas yang diterimanya siang ini. Di bacanya kembali berkas itu, ini sudah keempat kalinya.

Gaby keluar dari ruangannya menuu salah satu kamar vvip di LIH. Dia membuka pintu ruangan itu kemuadian mengenakan stetoskopnya. Memeriksa keadaan Rey yang masih betah memejamkan matanya, napasnya yang masih teratur meskipun dibantu oleh selang oksigen dan jantungnya masih berdetak menandakan masih ada kehidupan dalam tubuh gadis ini.

Bagaimana bisa Rey ada disana? Yah, setelah selesai menjalani pemeriksaan dokter Gaby memutuskan memindahkannya keruangan itu, ini juga karena desakan dari kedua orang tuanya dan kedua saudaranya. Yah, Kedua orang tuanya sudah berada di Indonesia dan langsung menuju LIH setelah mengetahui kondisi anak gadisnya.

"Gimana Gab hasilnya?" Tanya Geralt pada Gaby tanpa menggunakan embel embel dokter. Wajar saja, mereka adalah rekan sesama dokter di rumah sakit ini meskipun Geralt memiliki jabatan lebih tinggi dibandingkan dengan Gaby.

Gaby memberikan dokumen hasil pemeriksaan yang sudah dilakukan, kemudian menjelaskanny dengan teliti kepada pasang mata yang menatapnya menuntut penjelasan. "Berdasarkan tes yang dilakukan, Rey mengalami mati otak atau bisa dikatakan koma. Ini disebabkan oleh benturan yang mengenai kepala Rey bisa di bilang cukup keras." Gaby menunjukkan salah satu hasil tes yang berada dalam genggamannya. "Disini menunjukkan bahwa terdapat gejala gejala yang menunjukkan bahwa pasien mengalami koma."

Gilbert mengambil berkas itu dan membacanya tanpa melewatkan satu katapun. "Lalu bagaimana? Apa ada kemungkinan dia akan bangun? Saya ingin perawatan intensif diberikan pada anak saya sampai dia sadar." Tangannya meremas kertas yang berada dalam tangannya. Cassy istrinya yang mendengar penjelasan Gaby terdiam dengan air mata yang terus saja turun membasahi pipinya. Dia teringat setiap perlakuan yang dilakukannya pad anak gadisnya itu. Menghancurkan masa kecil anaknya, menuntutnya untuk selalu tampil sempurna sesuai ekspektasi mereka, tidak memberikan perhatian layaknya orang tua pada anaknya. Dia sangat menyesal, kenapa baru sekarang dia menyadarinya setelah kondisi anaknya seperti ini.

"Mengenai kapan Rey akan sadar saya tidak bisa memberi kepastiannya. Namun, saya dan pihak rumah sakit akan memberikan perawatan yang intensif. Untuk nutrisinya akan diberikan melalui selang infus, pernapasan akan dibantu respiratory. Kami juga akan konsisten untuk menggerakkan badan Rey untuk menghindari bedsores." Jelas Gaby.

"Ok, saya paham. Thanks Gab" ucap Geralt.

"Sama-sama, kalau begitu saya permisi dulu." Ucapnya yang dibalas dengan anggukan kepala oleh keluarga Chandra.

Setelah kepergian Gaby, keheningan menyelimuti ruangan itu. Tak ada sepatah katapun yang keluar. Mereka sibuk dengan pikirannya masing masing tentang bagaimana mereka akan melewati hari ini karena semuanya mulai terasa berbeda sedikit demi sedikit.

"Maaf" guman Gilbert peoan yang masih dapat di dengar ketiga orang disebelahnya.

Cassy menggenggam tangan suaminya, Mattew hanya melirik ke arah ayahnya sedangkan Gerald mengangkat sebelah alisnya. For what? batinnya.

"Maaf tidak menjadi orang tua yang baik untuk kalian. Maaf tidak pernah mendengarkan apa yang kalian mau." Lirihnya dengan kepala tertunduk.

Mattew dan Geralt menatap ayahnya yang biasanya bersikap tegas, angkuh, dan tak ingin dibantah itu kini terlihat menyedihkan dan rapuh seolah olah sebagian jiwanya hilang ntah kemana. Tidak ada lagi wajah angkuh dan tatapan tajamnya, kini hanya tersisa tatapan kosong dan wajah sayunya

Geralt bersimpuh didepan ayahnya duduk. "Its okai pah, never mind. Kita fokus aja buat kesembuhan Rey. Kita bareng-bareng, Geralt juga bakal terus pantau. Papah sama mamah jangan merasa bersalah lagi. Life must go on." Ucapnya menenangkan kedua orangtuanya.

"Hmmm, dia bakal bangun. Mattew ga bakal biarin dia enak enakan tidur kita disini dibikin sedih gini. Mattew juga pengen liat gimana cara papah minta maaf hahahha..." Kekeh Mattew mencoba mencairkan suasana.

Mereka hanya bisa tersenyum menanggapi ocehan Mattew yang jarang jarang mereka dengar.

"Im waiting for it." Ucap Cassy kemudian mengecup pipi suaminya.

Perlahan lahan ruangan itu sedikit terlihat hidup. Memang pada dasarnya penyesalan selalu terjadi ketika sesuatu yang tidak kita ingin terjadi pada kita.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


-Ariani, 17 Juni 2021

PSYCHE: Rey TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang