2

12 3 0
                                    


EnjoyYourReading





Jangan lupa Follow , Vote, Comment dan Share:)

Oke langsung cekdikdot!

_____

Paginya setelah sholat subuh, dan membersihkan kamarnya Afsana langsung berjalan pagi-pagi sekali sebelum fajar terbit ke sesuatu tempat yang dulu sering ia kunjungi.

Namun, karena ujian-ujian kemarin yang terlah berlalu membuat ia sibuk dan baru menyempatkan diri ke tempat ini.

"Eh,  Afsa mau kemana? pagi-pagi bener." sapa Mbak Yuni-- Tetangga sebelah Afsana yang membuat Afsana tersenyum, "mau jalan-jalan pagi, Mbak Yun."

"Oh gitu ya, kapan nikah Afsa 'kan udah lulus."  ucap Mbak Yuni membuat Afsana menggeleng, " InsyaAllah masih lama, Mbak. Afsa mau kuliah dulu dan cari kerja baru deh mikirin hal itu."

"Eh Afsa kamu tu perempuan harua cepet-cepet nikah, jangan kek kakak kamu yang belum nikah, padahal umur udah cukup untuk  wanita menikah." ucap Mbak Yuni membuat Afsana memandang ke arah jendela kamar kakaknya yang kebetulan melihat dari atas,

Afsana menatap manik mata Kakak perempuannya yang menunduk, dan menutup tirai jendela kamarnya.

"Mbak Yuni, Afsa pamit pergi dulu Assalamualaikum." pamit Afsana membuat Mbak Yuni hanya diam membiarkan Afsaa pergi.

"Eh -- Waalaikumussalam, wr.wb" balas Mbak Yuni

Afsana sudah jauh dari sekitaran rumahnya, sedajgkan Mbak Yuni masih diam berdiri di tempat posisi semulanya, "dasar anggota keluarga , yang gak mau dengerin ucapan orang... semoga saja Afsana gadis itu tidak memiliki takdir seperti kakaknya yang sudah berumur tapi tak menikah-nikah." sambung Mbak Yuni baru melangah pergi.

Di kamar milik Noviana--Kakak Afsana, menampilkan wajah sedihnya. Ia selalu menjadi bahan pembicaraan tetangga karena berumur 24 tahun masih saja belum menikah.

"Apakah menunda takdir indah itu salah Tuhan? aku hanya ingin berpasrah dengan takdir yang Engkau beri namun, mereka? malahw menjadikanku bahan topik dari pembicaraan mereka." batin Noviana sambil memandang dirinya sendiri di cermin.

****














Kini Afsana sudah sampai di tempat tujuannya, gadis cantik yang memakai hijab berwarna abu-abu itu sedang duduk di sebelah gundukan tanah yang sudah lama tak ia datangi.

Emera, tertulis jelas di batu nisan putih ....
Afsana mengelus batu nisan itu, dengan penuh kasih sayang.

"Emera? maaf ya... baru bisa dateng sekarang, " lirih Afsana sambil teesenyum di depan makam Emera--sahabatnya.

"Aku kesepian sekali Mer, kalau gak ada kamu... sekarang udah gak ada lagi yang mau gelud  karena alasan melindungiku ... kamu kenapa pergi cepet banget sih, bikin orang kangen aja." sambung Afsana merubah tangisnya menjadi kekehan.

"Oh ya ... aku mau bilang, kalau aku dapet juara satu lagi loh, aku bahagiiiiiaaaa sekali, tapi ... di sisi lain uang prestasi yang aku dapet gak bisa aku pake buat shopping berdua sama kamu."

"Inget gak kamu saat aku mendapatkan uang prestasi untuk pertama kalinya dulu? kita kan beli ice cream, akan tetapi uang yang d kira 10.000 ternyata 100.000 padahal kita kan udah pesen bakso dan habisin makanannya, akan tetapi sayang sekali kita harus cuci piring sama-sama karena uangnya udah gak ada di saku... lucu ya waktu itu, kita di katain bareng-bareng, hahah."

Masih bercerita tentang masa lalu, Afsana memeluk batu nisaan itu dengan sekuat tenaganya, sambil menahan air matanya yang akan keluar, namun ... sayang seaali, hatinya terlalu lembut sampai-sampai tetesan air mata berhasil terjatuh.

"Aku salah maaf ... harusnya aku yang disini bukan kamu, maafin aku merebut semua rencana impianmu , tapii aku berjanji akan menjadi pengacara untuk dirimu, bukankah itu dulu cita-cita yang ingin kamu tempuh."

"Sepertinya hari sudah akan terbit udah dulu curhatnya ya, aku pergi dulu  ... nanti aku mampir lagi Assalamualaikum." ucaap Afsana sambil berdiri dari posisi duduknya,

Di balik kepergian Afsana, seseorang dengan baju serba hitam sudah memantaunya sejak tadi, tanpa ada pergerakan .... seseorang itu terus memandang pungung gadis berjilbab abu-abu itu dengan tangan kanannya yang sudah mengepal.

Tbc

gimana ceritanya, suka nggak?
Moga suka ya, next chapter;)

Takdir Yang Terpilih (SLOW UP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang