Chapter 3 • Sapu Tangan Berinisial G

25.8K 3.1K 51
                                    

Playlist: SHY Martin - Slow

• • •

Dari semua hari sabtu yang kujalani dikantor, hari sabtu ini yang paling sial

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dari semua hari sabtu yang kujalani dikantor, hari sabtu ini yang paling sial. Sudah pukul delapan malam, dan kami masih berada di kantor—berdua, duduk bersisian di mejaku. Setelah selesai mengecek shelf life beberapa produk baru yang dibeli dari estimasi container periode sebelumnya, kami kembali ke ruangan kantor untuk menyelesaikan angka final estimasi yang akan disetorkan ke JFC pusat.

Tadi aku sempat protes, kenapa nggak dari dulu-dulu aja bikin rumus dengan detail shelf life, yang bisa meminimalisasi waste product karena expired. Pak Ezra menjawab karena memang seharusnya itu inisiatif inventory control untuk memberikan list data umur simpan semua produk ke divisi IT, jadi nanti IT yang akan menyeting di sistem secara global, bukan input satu persatu. Tapi masalahnya mba Ochie itu orangnya nggak punya inisiatif, terlalu selow, kerjaannya kulihat nyantai banget, malah aku pernah mergokin dia lagi nonton drama korea di jam-jam kerja. Aku, ya, nggak berani ngadu-ngadu, aku orangnya paling males untuk mencampuri urusan pekerjaan orang lain, males dikira cari muka, biarlah Tuhan dan CCTV yang berbicara.

Jadi sekarang ceritanya pak Ezra mau memperbaiki sistem inventory gudang. Memaksimalkan pembelian tapi meminimalisasi waste product. Tapi tahu nggak sih, memperbaiki versi dia itu sama saja dengan menambah kerjaanku berkali-kali lipat. Aku ingin sekali berteriak begitu, tapi masalahnya apa yang diperintahkan olehnya tak bisa disanggah, karena memang harus dilakukan.

"Gila, saya baru sadar ternyata banyak new items," pak Ezra geleng-geleng kepala, melihat daftar produk di layar datar komputerku. "Kode F174 ini apa, ya Glo?"

"Itu Shimadaya udon, pak. Kemasannya langsung satu porsi per pack. Satu karton isi 20. Yang biasa pake Hachi-Hachi resto."

Kepala pak Ezra langsung menoleh cepat, "Detail sekali, kamu memang sudah hapal banyak produk ya sekarang? Tadi di gudang kamu sudah bisa tahu kode-kode dan namanya walau nggak dibaca dulu."

Sebenarnya itu semua karena dia, sih. Awal-awal aku bekerja aku benar-benar buta pada ribuan produk yang ada di gudang, tapi pak Ezra mengajariku, dia juga menyuruhku untuk sering datang ke gudang tiap kali ada barang masuk, aku disuruh melihat fisik barangnya, membaca kode dan nama produknya, perlahan tapi pasti, lama-lama aku jadi hafal dengan sendirinya.

"Permisi, Pak," Pak Seger datang tersenyum dengan sedikit menundukkan kepala. Jangan kaget pada namanya, nama staff gudang dry yang sudah bekerja puluhan tahun di perusahaan ini memang itu, bahkan nggak ada kepanjangannya, hanya SEGER.

"Ada apa pak Seger?" tanya pak Ezra. Just so you know, meskipun menyebalkan begitu setidaknya pak Ezra masih sopan sama orang yang lebih tua, dia selalu menyebut kata Pak atau Bu jika orang itu terlihat lebih tua darinya.

The Love You Left Behind [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang