Chapter 8 • Rubah Planning

19.4K 2.4K 54
                                    

Playlist: Great Good Fine Ok Ft. Emily Burns - Could Be Us

• • •

              Aku melihat pantulan diriku di cermin yang menempel di lemari baju, setelah beberapa kali aku berganti baju

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku melihat pantulan diriku di cermin yang menempel di lemari baju, setelah beberapa kali aku berganti baju. Bukannya aku gugup karena akan diajak oleh pak Ezra, tapi masalahnya manusia jadi-jadian yang satu itu mulutnya pedes banget dan selalu ngomenin apa yang kupakai. Pernah aku ke kantor pakai lipstik merah yang sedikit gelap seperti yang biasa Taylor Swift pakai gitu. Eh, pak Ezra ngeliatin aku terus sebelum dia masuk ke dalam ruangannya, mending kalau bilang lipstiknya bagus, walau aku tahu itu nggak mungkin. Dia malah ngatain aku menor dan bibirku sama sekali nggak cocok pakai lipstik terang. Kan, sialan banget tuh orang. Padahal, pas aku kirimin fotoku ke ibu, ibu bilang bagus dan cocok karena kulitku terang, jadi cocok pakai warna merah, bikin wajahku makin terlihat glowing gitu.

Aku memutuskan memakai jins overall dan sweater yang bahannya nggak terlalu tebal, karena Surabaya panasnya damn hot as hell. Beda banget sama udara di rumahku yang sejuk dan dingin, apalagi kalau malam hari. Setelah memakai bedak tipis-tipis dan pelembap bibir, aku memasukkan barang-barang yang kuperlukan ke dalam tas selempang yang akan kubawa.

Jam tujuh pagi kurang lima menit lagi, aku harus bergegas ke minimarket dekat gang kosan. Pasalnya, pak Ezra itu orang yang selalu on time, bisa-bisa aku diomelin lagi kalau telat sampai sana. Males aja denger omelannya yang kadang absurd itu. Selama berjalan sampai minimarket, aku nggak henti-hentinya merapalkan doa, udah kayak mau uji nyali di tempat angker. Ya, menghadapi pak Ezra memang horor, apalagi aku nggak tahu dia mau bawa aku ke mana.

Aku duduk di bangku depan minimarket setelah membeli lemon water kemasan. Sudah hampir lima belas menit, kok belum datang ya dia? Kalau aku yang telat aja diomel-omelin tapi dianya sendiri? Hm, aku bolak-balik melihat jam di ponselku. Apa jangan-jangan pak Ezra nge-prank aku? Kalau sampai dia melakukan itu, sumpah deh, aku mogok kerja seminggu biar dia kelimpungan di kantor.

Aku memutuskan untuk menelepon pak Ezra. Tapi sial nggak diangkat-angkat. Sampai aku melakukan panggilan kedua dan...

"Kamu ngapain sih telepon saya pagi-pagi?"

Hah? Dia ini lupa apa gimana sih?

"Lho, kok Bapak malah tanya? saya nungguin bapak di minimarket dekat gang kosan saya lho, ini Pak. Kata Bapak suruh nunggu di sini, udah mulai panas tahu pak!" Kan, jadi emosi aja pagi-pagi.

"Ngapain kamu di sana sekarang? Kan saya bilangnya hari minggu."

What the hell!

"Apa?! Pak jangan bercanda dong, kemarin bapak bilang di telepon itu besok pak, yang berarti hari ini, jam tujuh pagi!" aku memekik kesal.

The Love You Left Behind [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang