2. TWEE

17 3 0
                                    

"Anagi!!! Cucu kakek yang paling disayang" sambut Kakek dengan hangat yang sudah menunggu di depan pintu utama.

"Kakek!!! Kangen banget" Anagi menerima pelukan kakek dan membalas pelukannya tak kalah dengan kasih sayang "kok rasanya kayak udah lama banget gak dateng kesini ya.. hehe padahal baru minggu lalu aku datang" ucap Anagi setelah merenggangkan pelukannya dengan kakek

"Bukan datang, tapi pulang. Kamu mengucapkan itu seolah olah kamu orang asing" ucap seorang wanita

"hehe Tante Rona kan tau aku memang orang asing yang dirawat oleh keluarga yang luar biasa" balasnya dengan bangga. Tante Rona adalah anak pertama dari Kakek ia memiliki dua anak laki-laki. Yang tak lain adalah cucu pertama yang sudah dua tahun belum pulang kerumah karna menjalankan bisnis di Amerika. Sedangkan cucu kedua? Ia pasti akan datang pada saat makan siang sudah siap.

"hohoho, sudah berdebatnya kita lanjutkan didalam ok. Kita masuk dulu kasian Anagi baru terkena kecelakaan" ajak Kakek masuk kedalam rumah karna posisinya kami masih di pintu masuk.

Pada saat diruang tamu mereka langsung duduk sambil bercerita tentang diri mereka masing-masing, entah itu soal bisnis ataupun soal pendidikan kami.

"lihat ini! Mana mungkin aku terlihat menyedihkan di tengah keluarga yang sangat membuat ku bahagia dan nyaman" ucap Anagi di dalam hati yang teringat dengan ucapan makhluk hitam tampan. Anagi mulai mencari-cari keberadaan makhluk tersebut dengan lirikan matanya

Tapi anehnya sosok yang ia cari tidak terlihat keberadaannya. Terakhir ia lihat sosok tersebut ada di kursi belakang bersamanya tadi. Tapi sekarang menghilang, baru kali ini ia kehilangan makhluk tersebut

Lalu tiba-tiba terdengar suara tokek yang membuat seluruh perhatian mengarah ke tokek tersebut. Tokek tersebut berwarna hitam pekat dan mengkilap dengan bola warna merah darah membuat tokek tersebut terlihat elegant sekaligus menakutkan secara bersamaan.

"iya ini aku! Kamu hanya belum tau apa yang sebenarnya terjadi. Bahkan kamu tidak pernah mengenal orang-orang yang ada disekitarmu itu. Pahamilah" Anagi mengerutkan dahi sekaligus alisnya. Karna suara tersebut muncul setelah ia menatap warna mata tokek yang mengagumkan

"wah kalau Ryan melihat ini, dia pasti akan menangkapnya dengan segala cara" ucap Kakek setelah terkagum oleh bentuk tokek yang menempel di dindingnya.

"kalau gitu jangan ada yang memberi tahu" balas Rona yang tak lain adalah ibu dari Ryan

"ngomong-ngomong dimana Bunda mu Dimas?" tanya Rona sambil tersenyum ke arah Dimas

Dimas yang ditanya langsung mengecek jam tangan miliknya

"emm mungkin Bunda dan Ayah akan datang sekitar sepuluh menit lagi. Mereka kesini dari kantor langsung setelah mendengar Anagi terluka" jawab Dimas dengan parah

"oh iya Anagi apa luka m-" belum selesai dengan ucapan Rona yang langsung di potong oleh anaknya sendiri

"YO!!! Anagi! Muka mu masih merah ya... kayak ikan rebus haha" ucap Ryan yang asal nimbrung di pembicaraan kami.

"ini kompres lagi wajahnya biar urat mu makin kaku" walau ucapannya kadang mengesalkan Ryan adalah tipe orang yang peduli dengan sekitarnya, buktinya ia langsung menyiapkan bahan kompres untuk Anagi saat Dimas mengatakan sedang dijalan pulang. Sangat menggemaskan bukan? Wajahnya juga menggemaskan padahal umurnya sudah 26 tahun tapi dia masih berjiwa muda dan gaul untuk orang seusianya, bahkan wajahnya juga ikut mendukung hal tersebut.

"wahh... makasih banyak ya kak"

"ubah dong kebiasaan kamu yang suka motong pembicaraan orang-orang" tegur Dimas dengan kekehan, padahal iya juga terhibur oleh kejadian barusan

"Aku bahkan sudah menyerah dengan dia. Tak usah kau tegur itu hanya membuang air liur mu" balas Rona sambil memijit dahinya

"Ayolah Ibu.... hanya satu anakmu yang bisa bertingkah seperti ini" rayu Ryan dengan bergelayut manja.

Tak lama kemudian orang tua dari Dimas datang sambil  berlari pelan

"Astaga Aniga gimana bisa wajah mu jadi begini" Maya mengelus pipi Anagi dengan lembut "Dimas bunda bilang kan kalau kuliah juga sambil jagain Aniga! Dia satu-satunya cucu perempuan kakek" kini tatapan Maya berpinda kearah Dimas sambil menatap dengan tajam

"e... enggak gitu Tante, tadi emang gak sengaja kena bola basket pas lagi nonton ka Dimas main basket. Dan emang lagi apes aja hehe" Anagi mencoba untuk menenangkan tante maya

"sudah-sudah untuk lain kali Anagi harus lebih hati-hati. Kamu juga sayang udah dong megang pipinya, itu masih merah" ucap om Daniel suami dari tante Maya

"HOHOHO..." kakek tertawa dengan keras "setelah kakek pikir dari ucapan Nak Maya ada benarnya juga. Bagaimana bisa aku menghasilkan semua anak perempuan sedangkan kalian hanya memberikan aku cucu laki-laki" kakek mengatakannya masih dengan tawanya.

"kalian membuat ku repot untuk pembagian saham nanti. Hohoho... untung ada Anagi yang selalu membuat kakek nyaman dan tenang. Berbaik-baiklah dengan dia" ucapan kakek yang penuh arti. Membuat Anagi mengingat ucapan dari sosok hitam yang selalu mengutinya.

"oh iya aku dapat kabar kalau cucu kakek yang nomor tiga sedang pergi liburan dengan cucu nomor lima. Dia gak bisa langsung pulang karna pesawat paling cepat jam lima sore nanti. Mungkin akan sampai rumah sebelum jam makan malam nanti" ucap Dimas sambil membaca pesan yang ada di jhpnya

"Ibu mereka tidak datang?" tanya kakek

"Aku baru dapat pesan lagi. Ternyata kedua tante itu sedang menikmati taman bermain yang baru di buka tante Dinda" Dinda adalah anak Kakek yang paling bungsu yang mengelola taman bermain maupun tempat-tempat hiburan, dan hari ini cabangnya yang yang ke-15 baru dibuka jadi Dinda harus hadir sampai acara berakhir sedangkan Ibu dari cucu ketiga bernama Bella. Bella adalah pemegang ritel-ritel besar dan ternama tak lebih dari satu tapi masih bisa dihitung masih bisa dihitung jari yang sudah tersebar hampir diseluruh dunia. Mereka berhubungan baik bahkan untuk hal-hal yang sepele mereka sangat cocok, cocok dalam menikmati uang.

"Baiklah kalau sudah terlanjur seperti ini, kita akan makan siang duluan" ajak kakek. Lalu kakek berdiri meninggalkan ruang tamu menuju ruang makan.

Dan seperti biasa makanan yang disajikan sengat mewah dan beragam. Dan itu adalah hal yang sangat biasa bagi mereka. Dengan perasaan santai dan tenang kami menikmati makanan kami, obrolan ringan berjalan dengan lancar.

Kini anak mata Anagi mengarah ke samping kakek, disana terdapat sosok tampan yang hanya bisa dilihat olehnya. Lalu tiba-tiba ia mengisyaratkan bahwa akan ada yang meledak dari pola tangan yang dia berikan lalu tersenyum sambil menatap ku dengan sinis. Entah apa yang di maksud itu sungguh tak memberikan petunjuk apapun baghi Anagi, hanya meninggalkan teka-teki

"dan juga kakek punya permohonan kepada Anagi" mendengar namanya dipanggil, Anagi menoleh kearah kakek

"kakek punya permohonan kepada Anagi agar bisa menikah dengan salah satu cucu kakek" kakek menatap Anagi dengan antusias dan penuh semangat. Tak hanya Anagi yang terkejut, cucu kedua dari kakek juga terkejut hingga menjatuhkan sendoknya

"Permohonan ini hampir sama dengan impian kakek. Kakek harap Anagi mau mengabulkannya" lanjut kakek dengan senyuman 

....

....

....

....

....

VERVOLG

jangan lupa pencet bintangnya dan komen ya guysss <3. LOV U

The Last 100 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang