Dipaksa dewasa oleh keadaan itu susah. Harus berpura-pura bahagia dan mengunakan topeng yang tebal agar semua orang tidak tau akan kesedihan ini. Semua terasa sakit. Hatiku terasa teriris. Ketika melihat teman sebayaku yang sangat dimanja oleh kedua orang tua nya sedangkan diriku , harus mengikuti ego orang tuaku.~ *ARRYN*~
Pukul 3 pagi Arryn terbangun dari tidurnya. Suara bising dari ruang tamu membuat Arryn terkejut. Dimana suara seorang perempuan dan lelaki yang sedang beradu mulut disana. Arryn keluar kamarnya dan melihat mama dan papanya sedang berantem disana.
Ya, orang tua Arryn baru semalam tiba. Pertengkaran orang tua nya adalah hal yang biasa. Entah apa yang menjadi alasan mereka bertengkar, Arryn pun tak paham. Orang tua nya memang selalu sibuk mengurus bisnis di luar negeri dan jarang berada di rumah bersama mereka. Arryn sungguh iri pada teman-temannya yang selalu diperhatikan orang tua mereka. Orang tua Arryn bahkan tak pernah bertanya bagaimana hari-hari yang Arryn dan kakaknya lalui. Mungkin karena itu juga kakaknya Denara menjadi sangat terpuruk.
"Lu tuh ya jadi istri gak berguna banget,"
"Apa-apaan lu tu yang jadi kepala keluarga gak ada tanggung jawab nya,"
Air mata arryn jatuh sangat deras. Dia hanya bisa menangis menahan sesak di dada.
Miris banget ya hidup gue, gumam Arryn perlahan sambil tersenyum kecut.
Pagi ini Arryn sengaja keluar rumah sangat awal dibanding biasanya. Arryn tidak mau menjadi sasaran mama dan papanya ketika berantem.
"Ryn,"
Suara itu tidak asing bagi arryn. Arryn melihat kebelakang ternyata Gavril yang memanggil nya.
Arryn sedang malas untuk beradu argumen sama si ketua OSIS itu,dia melanjutkan jalan kearah yang ia tidak ketahui.
☘️☘️☘️
"Boo",
"Anj-"
"Hayoloh mau ngomong apa"
"Eh Maven, kok ada di sini"
"Ohh tadi gue mau ke toilet cuma sengaja aja lewat sini terus liat lu duduk sendiri makanya gue samperin"
"Oalahh"
"Lah terus lu sendiri ngapain disini?"
"Oh gak papa, pengen aja nyantai disini"
"Serius lu gak papa?"
"Iyaa maven", sambil tersenyum tulus.
"Oh yaudah, btw lu udah sarapan?"
"Udah kok"
Arryn berniat untuk berbohong, karna jujur Arryn sungguh tidak berselera makan. Tapi sayangnya dewi fortuna tidak berpihak padanya, saat ia menjawab pertanyaan Maven perutnya tiba-tiba berbunyi menandakan sebenarnya ia sedang lapar.
"Hahaha lu lucu banget Ryn, ngapain sih pake boong"
"Eh anu...", Arryn bingung menjawabnya.
"Makan bareng yuk, gue yang teraktir"
"Eh gak usah"
"Gue gak terima penolakkan"
"Hilih sok kayak badboy wp aja lu"
"Bisa lah gue kayak mereka",
Arryn hanya tertawa menanggapi Maven dan mengikutinya.
☘️☘️☘️
"Ryn, kamu udah kerjain tugas kemaren?"
"Anjir gue lupa"
"Mau liat punyaku?", tawar Bella.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Different Side Of Arryn
Mystery / Thriller"Ekhem" seseorang berdehem mengagetkan Arryn. Arryn menoleh ke belakang, "Lu pasti anak baru kan gue gak pernah liat lu sebelumnya, dan gue saranin lu pelajarin tatib yang ada di sekolah ini" Arryn merasa familiar pada wajah orang ini. "Lu belum tau...