17. You should be here

3 3 3
                                    

Author mewek saat nulis. Tapi gatau kalau kalian yg baca. Apa mungkin perasaan Author sedang sensitif? Ntahlah.




"Kalau kamu percaya Takdir. Kamu harus percaya bahwa apa yg terjadi memang sudah Tuhan gariskan"

"Terus... apa yg bisa dilakukan jika itu Takdir?"

"Jadi, ikhlaskan. Semua cerita yg pernah membuatmu bahagia"

"Kalau tidak bisa mengikhlaskannya bagaimana?"

"Semakin cepat mengikhlaskan, semakin cepat Tuhan gariskan rasa sakit dengan bahagia"

"Lalu setelah itu bagaimana?"

"Lalu, semakin cepat kamu menerima ketetapannya, semakin cepat Tuhan hadirkan seseorang baru dalam hidupmu" Irene terus memberikan nasehat kepada Nadia, agar dia tidak larut dalam kesedihannya.

Ini bukan mimpi. Ini bukan halusinasi. Ini kenyataan. Kenyataan bahwa Jaehyun bener-bener udah gak ada.

Hati gue sakit. Perasaan gue gak karuan. Otak gue berasa stres memikirkan bahwa ini semua salah. Hidup gue gak tahu lagi kaya gimana tanpa adanya Jaehyun.

Gue terus berdiam diri didalam kamar selama satu minggu ini. Gue gak masuk kuliah. Bahkan, untuk beranjak bangkit tubuh guepun menolak. Sudah seperti orang gila rasanya hidup gue.

"Sayang. Ada temen-temen kamu dibawah mau ketemu" Irene membangunkan Nadia yg setiap hari dia liat terus mengurung didalam kamarnya.

"Nadia gak mau ketemu siapa-siapa" bantah Nadia yg seluruh tubuhnya ditutupin selimut.

"Kamu jangan gitu. Bunda gak mau liat kamu terus kaya gini. Hati Bunda sakit liat anaknya seperti ini. Bunda tau, kamu masih belum melepaskan kepergian Jaehyun. Tapi Bunda mohon, jangan sakitin diri kamu sendiri nak" Irene menangis. Selalu menangis, melihat anaknya yg kini buruk sekali keadaannya.

"Nadia gatau lagi harus gimana Bunda. Nadia juga gamau Bunda jadi beban Nadia. Maafin Nadia Bunda" Nadia memeluk Irene dengan isakan tangis dipundaknya.

"Bunda ingin liat kamu bahagia. Bukan seperti ini. Jaehyun pasti sedih kalau melihat kamu kaya gini terus. Dia akan berat jika kamu terus berlarut dalam kesedihan ini. Dia gak bakal tenang untuk pergi, karna kamu terus menangisinya" diusapnya air mata Nadia oleh Irene.

"Maafin Nadia Bunda. Nadia bakal belajar ikhlas seperti yg Bunda katakan. Nadia minta maaf" ujar Nadia.

"Yasudah. Sekarang kamu temuin temen-temen kamu, kasian mereka udah dateng buat jenguk kamu" Irene mengusap bahu Nadia, untuk menyemangatinya.

"Nanti Nadia turun kebawah temuin mereka" senyuman Nadia kini kembali setelah satu minggu lamanya.

Apa yg dikatakan Bunda bener. Gue gak mungkin terus-terusan seperti ini. Berlarut dalam kesedihan, dan jika seseorang telah meninggalkan kita, lalu kita tidak bisa menerimanya dan terus bersedih. Maka, orang tersebut akan berat dialam sanah untuk kepergiannya.

Sekarang gue mau nemuin temen-temen gue yg Bunda katakan, bahwa mereka ada disini.

"NADIA" teriak Yeri.

"Nadia..... gue kangen banget sama lu" Joy. Mengahampiri Nadia dan memeluknya.

"Gue juga" kompak semua orang.

Kini tubuh gue dipeluk sama semua temen gue, bahwan temen Jaehyun pun.

"Gue engap guys" pekik Nadia.

"Hehehe maaf. Kita semua rindu lu" ujar Joy yg dianggukkan semua orang.

"Gue juga rindu kalian" ujar Nadia.

Musim Semi✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang