flowers (ft. banginho)

381 44 14
                                    

Bangunan klasik  berdiri kokoh di pinggir sudut District 8. Sudut kota yang sepi dari keramaian kendaraan namun sangat terkenal dengan segala hal yang dijual di sana. Hwang’s Florist, toko bunga dengan nuansa kuno dan dinding kayu itu terlihat sedikit ramai, mengingat bulan ini adalah bulan di mana banyak festival dan perayaan terjadi di kota. Membuat dagangan bunga sangat laris sebagai pelengkap kemeriahan.

“Terimakasih, selamat hari libur!” Seseorang membungkuk pada pelanggan yang terlihat sangat puas dengan bunga yang baru saja dia beli

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Terimakasih, selamat hari libur!” Seseorang membungkuk pada pelanggan yang terlihat sangat puas dengan bunga yang baru saja dia beli. Dengan mata yang mengekor pada satu persatu pelanggan yang keluar dengan membawa berbagai macam ikatan bunga warna-warni dari flower shop mendiang Ayahnya.

“Jeongin, apakah kita masih punya stock mawar putih?” Sosok itu melepas ikatan celemek hitam, menaruhnya di dekat meja kasir dan menghampiri anjingnya dan menatap sang adik yang terlihat sedang menata bunga di teras toko. Hari libur begini adiknya akan membantu setelah tugas sekolah selesai.

 Hari libur begini adiknya akan membantu setelah tugas sekolah selesai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Habis, Tuan Bangchan memborongnya lagi. Untuk acara perusahaan … katanya.” Jeongin menjawab dengan santai, walau yang sedang mendengar jawabannya terlihat menjadi aneh sendiri saat mendengar nama itu.

“Dia? Ke sini? Kapan?” tanyanya, membuat Jeongin menggelengkan kepala pelan. Kakaknya terlalu terus terang saat jatuh cinta.

“Tadi, saat kau pergi ke kebun Seungmin mengambil stock bunga. Dia membayar dua kali lipat untuk ikatan sempurna dari tangan ajaibku. Haha.” Jeongin memainkan jemarinya ke arah Sang Kakak. Terlalu narsis jika sudah menyangkut hal merangkai bunga.

“Lupakan! Sebentar lagi tutup. Kau mau makan apa?” Sosok itu memalingkan tubuhnya dari pintu depan, merogoh kunci rumah dan naik ke lantai dua.

“Apa saja Kak Hyunjin sayang, Ah Kak Jisung akan ke sini ‘kan? Jangan kunci pintu belakang ya!”

“Ya, ya.... ”

***

Hujan turun sangat deras malam itu. Hyunjin bergegas menutup jendela lantai dua karna angin yang sangat kencang, menghiraukan handuk yang sudah terlempar sempurna ke muka adiknya yang baru saja ingin bertanya di mana dia menyetok persediaan shampoo.

Hello, HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang