•11°

2.6K 279 18
                                    

"Jun, semoga kamu masih disana," ucap Jeno berkali-kali dengan tampang khawatirnya, bahkan ketika Jeno turun dari mobil, berlari sambil membawa payung, dia tetap mengecoh sendiri bahkan tak lupa sesekali menelfon Renjun.

Dengan cepat, Jeno berlari menyusuri taman, sepi memang, bodohnya Jeno. Tapi entahlah, Jeno takut akan terjadi perang baru jika tidak segera bertemu dengan Renjun saat ini.

"Kursi putih dekat bunga, kursi putih dekat bunga," gumam Jeno terus menerus sambil berjalan dan berdiri tepat di depan kursi taman berwarna putih dengan bunga dibelakangnya.

"Renjun," kata Jeno pelan, didepan kursi kosong didepannya, kosong, tak ada siapapun.

"Lu pulang?" Kata Jeno lagi, Jeno mendekati kursi itu dan duduk dengan kepala yang menunduk.

"Maafin gue Jun, gue gak tau kalau ini bakal terjadi, maaf, jangan marah sama gue, maaf," dialog Jeno.

Hujan turun semakin deras, Jeno masih terdiam pada tempatnya.

"Renjun, maafin gue," kembali, Jeno kembali berdialog sendiri.

Jeno kembali menatap kotak di sampingnya.

"Ni kotak kagak bisa pergi apa, gue kepo anjir pengen buka ni kotak," kesal Jeno sedikit bergeser mendekati kotak itu.

"Bodo amat anjir, gue kepo ni kotak apaan," kesal Jeno lagi, dirinya dengan cepat mengambil kotak itu, melihat kotak itu dengan teliti, kuning dengan pita emas diatasnya.

"Yok bisa yok dibuka," Jeno sudah seperti orang gila yang berdialog sendiri.

Dengan hati-hati Renjun membuka kotak tersebut.

Dengan hati-hati Renjun membuka kotak tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ehh kue, kue siapa nih? Kok ada disini?"

Jeno melirik kekanan dan ke kiri, gak ada seorang pun disana, hanya ada hujan dan dirinya saja. Jeno menatap kue tersebut lama.

"Kasian banget udah kena hujan kuenya."

Jeno merogoh sakunya, mengambil ponselnya dan melihat jam berapa sekarang. Sudah cukup malam, Renjun belum ketemu, udah pulang atau belum?
Sialnya Jeno gak tau rumah Renjun. Ah, pacar macam apa ini yang gak tau rumah pacarnya sendiri.

"Udahlah, telfon mami, kali aja mami tau rumah Renjun," dengan cepat, Jeno berlari kearah minimarket dekat taman, masih dengan kotak dan kue tersebut di tangannya.

"Hallo,"

"Hallo, mi."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Hallo,mi"

"Kenapa, Jen?" Tanya Taeyong yang kini sedang berada di dapur mengaduk teh.

"Jeno mau nanya soal rumah Tante Winwin, dimana ya?"

Taeyong menghela napasnya, anaknya ini nanya aneh-aneh, heran Taeyong, Untung ganteng anaknya satu itu, tapi sama bucinnya kayak anak sulungnya, semoga anak bungsunya gak kayak Abang sama kakaknya yang nurun sifat bucin bapaknya.

✔️ Just mine||•Noren🍀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang