Prolog.

224 98 377
                                    

Selamat datang di cerita keduaku, aku juga berharap cerita ini ramai seperti first storyku. Lagi dan lagi aku harus mempublish cerita yang bergenre Fantasy Romance, tapi enggak berat kok ceritanya, aku terinspirasi dari drama Korea (Doom at your Service) dan cerita sejarah mitologi (Persephone & Hades).

Spam comment please!!!

•°•°•

Busan, Korea selatan, 1985.

Di tengah derasnya hujan, dua manusia berdiri saling berhadapan dan basah kuyup. Dalam jarak beberapa meter keduanya saling memandang, mengabaikan gemuruh guntur dan kilatan kilat yang sesekali muncul. Dengan cara seperti ini lah mereka menyampaikan perasaan dalam diam, pada takdir mereka yang enggan untuk berkata.

"Aku minta maaf untuk itu," ucap Julia sedikit berteriak.

"Kau tidak perlu meminta maaf, kita berdua salah di sini. Seharusnya kita tahu bahwa takdir kita tidak akan pernah bisa bersatu, kau dan aku di ciptakan hanya sebagai perantara Tuhan saja" balas Arthur.

"Apa karena itu kau akan pergi?"

"Ya, tapi aku pergi bukan karenamu. Ini karena panggilan duniaku," kata Arthur mencoba meluruskan.

Julia terlihat gusar. "Tidak! Kau berbohong. Kau pergi karena tahu bahwa aku menyukaimu" bantah Julia.

Arthur hanya diam memandangi Julia yang tengah menangis, pada kenyataannya Arthur tahu ini akan terjadi. Tetapi, ia sadar bahwa Julia adalah dewi kehidupan yang tidak bisa mencintainya sang dewa kematian.

"Aku akan menghilangkan rasa suka ku padamu, asal kau tetap di sini," pinta Julia.

Arthur menghela napas. "Pada kehidupan selanjutnya mari sama-sama saling melupakan, dan tetap fokus pada tugas kita." Ucap Arthur tenang.

"Bagaimana jika perasaanku belum juga hilang?"

"Maka di setiap kematian yang terjadi, kau akan merasakan sakit yang begitu dalam. Jadi cobalah untuk mencintai takdirmu sendiri, hidup lah sebagai manusia di bumi yang di cintai banyak orang." Arthur melangkah mendekat pada Julia dan meletakkan tangannya di atas kepala Julia.

Julia bergeming sambil menatap Arthur di bawah derasnya hujan, dan membiarkan Arthur memegangi kepalanya.

"Berjanjilah untuk melupakan semuanya," Arthur kembali berucap.

Julia terlihat tersenyum miris. "Di pertemuan kita berikutnya, jadilah orang asing yang tidak pernah bertemu, sama persis dengan garis takdir kita yang tidak akan pernah menemui titik temu." Jelas Julia dengan segala kekuatannya menahan tangis.

Arthur mengangguk mengiyakan. "Aku akan melakukannya."

Dan setelahnya mereka saling diam memandang, tidak ada lagi yang perlu di bicarakan. Keduanya sadar jika takdir mereka memang tidak pernah bisa bersatu. Dunia dan kehidupan keduanya juga berbeda, Arthur sang dewa kematian yang berasal dari dunia bawah, sangat tidak mungkin membawa Julia ke dalam dunianya.

"Arthur!" Sahut Julia ketika Arthur menghilang dari hadapannya.

Tangisnya pecah, ia terjatuh dan mendekap diri sendiri. Tanpa kata perpisahan, Arthur meninggalkan Julia begitu saja. Tetapi Julia sempat bergeming ketika suara Arthur terdengar, hanya suara, tidak ada wujud Arthur sama sekali.

"Aku pergi, Julia. Maaf tidak mengatakannya langsung."

"Tidak! Kenapa kau harus pergi, kenapa?" Julia menangis histeris.

Ia menangis sejadi-jadinya di ikuti hujan yang semakin deras dan petir menyambar sebuah tiang listrik tepat di belakang Julia. Seperti tidak ada yang terjadi, Julia mengabaikan apa yang terjadi sekarang, kota Busan menjadi gelap akibat sambaran petir tadi pada tiang listrik.

▪▪

Pada akhirnya sebuah garis takdir antara dua perantara Tuhan tidak akan pernah bersatu jika takdir mereka sendiri berbeda haluan. Bukan karena aku tidak tahu diri akan hal itu, tapi begitulah kehidupan asli manusia yang telah kurasakan, ditinggalkan, dan dikecewakan. Dan akhirnya aku pun sadar, bahwa kedua garis takdir yang bertentangan tidak akan pernah bisa bersama.

-Julia

•°•°•

Gak ada usaha yang mengkhianati hasil'

Dengan segala keberanianku untuk menulis cerita yang berbau-bau sejarah. Tentang yang sudah kujelasin di atas bahwa aku terinspirasi dari cerita Persephone & Hades, but disini ceritanya ringan.



•Cast

Na Jaemin as Arthur Dominique

"Tidak bersyukur atas segala yang diberi tuhan menjadi alasan mengapa kehancuran lebih baik menimpa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tidak bersyukur atas segala yang diberi tuhan menjadi alasan mengapa kehancuran lebih baik menimpa. Datang sebagai manusia yang penuh kebahagiaan lalu pergi sebagai manusia yang menyedihkan." - Arthur

Arthur Dominique, hidup tanpa belas kasih dan kebaikan. Sebagai perantara maut manusia yang menjadikannya dipenuhi kebencian. Sebagai makhluk abadi yang telah hidup ribuan tahun, kegelapan dan kehancuran adalah gambaran dirinya, bukan tak menghargai kehidupan, tapi manusialah yang kadang kala ingin dimusnahkan, mengeluh dan selalu merutuki Tuhan, dan itulah fakta yang sering terjadi. Arthur, berperan sebagai manusia abadi yang memegang kendali atas kematian dan kehancuran.

Choi Jisu as Beatrice Julia Eleanor

"Ketika kau lebih senang melihat banyaknya kehidupan di antara ribuan kehancuran, bahkan kebahagiaan adalah patokan setiap orang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ketika kau lebih senang melihat banyaknya kehidupan di antara ribuan kehancuran, bahkan kebahagiaan adalah patokan setiap orang. Dan perihal kematian, kesendirian, juga penderitaan, kau hanya bisa menunggu dan menerima." -Julia


Baetrice Julia Eleanor, adalah perempuan berparas cantik, anggun, dan baik hati. Julia, begitu sapaannya! sangat menyukai segala sesuatu yang hidup, baik manusia, ataupun ciptaan tuhan yang lainnya. Julia seorang dewi kehidupan, yang turun di bumi sebagai anak remaja yang telah hidup ribuan tahun lamanya. Bak penentu setiap kehidupan itulah mengapa Julia sangat mencintai kehidupan manusia, dan alam semesta.

You Are My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang