Chapter 3 - Meet

13 1 0
                                    

“Jika beriringan, setidaknya pada setiap kematian, kau harus sadar bahwa menunggu adalah hal yang terbaik.”

-Arthur

•°•°•


 “Saya belum siap untuk kembali ke bumi.” Arthur dewa kematian yang sedari tadi menolak untuk di tempatkan di bumi lagi.

“Tapi kau harus kembali!” ucap pemimpin kematian serta kehancuran, Hades.

“Jika Arthur menolak, biar saya saja yang naik ke atas” timpal Baron yang juga dewa kematian sekaligus saudara Arthur, yang dikenal sebagai dewa kematian yang paling menakutkan.

“Kau yakin?” tanya Hades yang sedikit ragu dengan Baron.

“Saya yakin, dan sepertinya Arthur menolak naik karena akan bertemu dengan dewi kehidupan disana.” Sarkas Baron dengan nada menyinggung.

“Sudah, keputusan ada ditanganku. Jika Baron yang naik, maka Arthur juga harus naik.” Perkataan Hades membuat Arthur tidak bisa menyela lagi, ini sudah tugas mereka.

“Selamat datang kembali di dunia yang penuh cinta, Arthur.” Baron dengan nada menyinggung pergi begitu saja meninggalkan Arthur dan Hades.

“Tenang saja, William sudah memastikan bahwa putrinya itu sudah melupakanmu” tutur Hades.

“Sepertinya terlalu banyak cinta yang datang padanya, hingga berhasil melupakan saya.” Ucap Arthur.

“Kau juga berhasil membuatnya melupakanmu, tugasmu sekarang fokus pada garis takdirmu, menjadi perantara Tuhan untuk sebuah kematian!” Arthur mengangguk, ia harus fokus pada apa yang digariskan Tuhan, menjadi perantara Tuhan sebagai dewa kematian, sekaligus dewa yang paling dibenci oleh dewa-dewa lainnya.

•°•°•


Hari ini kampus ramai dengan berita Zoey yang melakukan bunuh diri, ini sudah berselang satu minggu setelah kejadian itu, tetapi hal itu masih dibicarakan dimana-mana. Dan sampai sekarang Zoey masih terbaring di rumah sakit, Julia bersama Sean rutin mengunjungi  Zoey, tapi pihak keluarga dari Zoey tidak mengizinkan orang-orang menemuinya. Terlebih lagi Ibu Zoey yang bersikeras tidak mengizinkan siapa pun.

“Menurutmu apa alasan keluarga Zoey tidak mengizinkan kita mengunjunginya?” tanya Sean.

“Mental Zoey sedang tidak stabil sekarang, ia mengalami gangguan kecemasan. Hal seperti itu membuat penderita akan sulit berinteraksi, Zoey akan merasa takut jika kita menemuinya secara tiba-tiba” jawab Julia.

“Kau tahu dari mana? Kau membaca pikirannya lagi?” tebak Sean.

Julia menggeleng. “Tidak, aku membaca artikel yang dikirim oleh Maggie.”

“Maggie pacar laki-laki Korea itu?”

Julia mengangguk membenarkan.

“Para perempuan dikelasku sering membicarakannya. Menurutmu, setampan apa dia?” bukannya menjawab, Julia tertawa mendengar pertanyaan Sean yang terdengar iri dan kekanak-kanakan, bukankah Sean jauh setahun dari Gavin juniornya.

“Aku tidak bisa menilai setampan apa Gavin, tapi yang jelas dia lebih lucu darimu yang kaku.”

“Jadi maksudmu aku tidak lucu, begitu?”

“Barusan kau lucu, tapi terlalu kaku” Julia tertawa lagi, Sean hanya menghela napas melihat Julia.

“Diamlah, kembali ke topik” dapat dilihat dari wajah Sean yang mulai kesal dengan Julia yang mengejeknya.

You Are My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang