7

1.3K 133 9
                                    

Setelah selesai melakukan pengusiran halus pada teman-temannya, Mark bergegas menghampiri kamar daddy-nya lalu membuka pintu kamar tersebut. Pintu pun terbuka menampakan sesosok lelaki manis yang sedang melamun di pinggiran ranjang. Lelaki tampan itu menghela nafasnya sebelum berjalan menghampiri lelaki manis tersebut.

"Mommy?" Panggil Mark.

Haechan yang tersadar dari lamuannya lantas menolehkan kepalanya ke pintu kamar. "Ada apa Mark?"

Lelaki manis itu mengeyutkan kening bingung ketika mendapati tatapan ragu dari lawan bicaranya. "Mark? Kenapa?"

"Apa kau merasa..... cemburu?" Tanya lelaki kelahiran kanada ragu.

Yang ditanya hanya mengulum bibirnya, sebelumnya memberikan senyuman kecil pada lelaki yang saat ini sudah menjadi anak tirinya.

"Tidak kok," jawabnya begitu pelan.

Mark mendengus mendengarnya. Lelaki itu beralih untuk menempatkan tubuhnya di sebelah Haechan. Dengan tatapan yang tidak lepas dari lelaki manis disampingnya.

"Haechan, aku sebenarnya tidak tahu pasti apa yang sedang terjadi di antara kita berdua. Tapi Haechan, aku harap kau bisa mencintai Daddy dengan tulus dan memberikan kasih sayangmu padanya."

"Mengingat sekarang kau sudah menjadi istri Daddy, jadi apa salahnya untuk mencoba?"

"Aku juga ingin minta maaf soal ciuman kita sebelumnya. Karena aku sadar, tidak sepantasnya kita melakukan itu semua. Apalagi jika Daddy tahu, aku tidak bisa membayangjan bagaimana kecewanya dia," sambung Mark. Lelaki itu menunduk, rasa bersalah mulai menggerogoti hatinya.

Sedangkan lelaki manis disampingnya turut menunduk memikirkan perkataan Mark, yang memang ada benarnya. Tidak seharusnya ia seenaknya berciuman dengan anak dari pria yang kini sudah sah menjadi suaminya.

Mark benar, kenapa ia tidak memikirkan sampai sejauh itu.

Jika suaminya mengetahui semua ini, pasti pria itu sangat sedih dan kecewa karena istri dan anaknya sudah berani main dibelakangnya.

Apalagi mendiang Ayahnya yang mungkin sudah melihat kelakuannya dari atas sana.

Astaga!!

Apa yang telah dia lakukan?

Kemana otaknya?

Ayahnya pasti kecewa kepada nya.

Tidak!

Ia tidak boleh mengecewakan mereka semua.

Tak apa ia harus mengorbankan perasaannya.

Menguburkan cintanya pada Mark sendirian.

Walau rasanya sulit dan mungkin cukup menyakitkan.

Tapi....

Ia tidak boleh menjadi istri yang durhaka.

Benar kata Mark, apa salahnya untuk mencoba membuka hatinya untuk suaminya sendiri?

Ya, setidaknya ia harus berusaha!

Tidak apa-apa Haechan. Kamu pasti bisa mencobanya. Dalam batinnya lelaki manis itu menyemangati dirinya sendiri.

Lelaki itu benar-benar akan mengabaikan rasa sakit di hatinya dan mencoba mencintai Jaehyun dengan segenap hatinya.

"Aku akan mencobanya, Mark."

'Maaf Haechan.'

•••••

Waktu berlalu begitu cepatnya. Tidak terasa jika sang bulan mulai menampakan dirinya menggantikan tugas mentari untuk menyinari bumi.

Di dalam rumah megah milik Jung Jaehyun terlihat sesosok lelaki manis yang sedang mondar-mandir sambil membawa makanan di tangannya untuk di letakkan di meja makan.

Setelah selesai menyajikan semua masakan yang ia buat, lelaki manis itu menyerukan memanggil nama suaminya dan anak tirinya untuk makan malam.

Tidak lama kemudian, tampak sesosok lelaki yang menuruni tangga dan diikuti pria lain yang menjabat sebagai kepala rumah tangga keluarga ini. Kedua dominan itu berjalan menghampiri Haechan.

"Malam, dear," sapa si kepala rumah tangga sembari mengecup bibir sang Istri.

"Malam, hyung." Haechan menyapa balik suaminya.

Sedangkan sosok lain hanya memutar bola matanya malas.

"Ayo makan," ajak Haechan.

Tanpa banyak bicara, mereka bertiga segera memakan makanan yang sudah di sajikan di meja makan tersebut.

Seusai makan malam, keluarga tersebut duduk santai di ruang tengah sembari menikmati drama yang sedang di tonton Nyonya Jung alias Jung Haechan.

"Dad?"

Panggilan itu sontak membuat atensi si kepala rumah tangga itu teralihkan pada anak tugggalnya. "Ada apa, Mark?"

"Besok aku akan kembali ke apartemen," ujar anak itu.

"Kenapa cepat sekali, Mark? Padahal belum ada seminggu kamu di rumah Daddy."

"Tidak apa, Dad. Lagian Mark tidak ingin mengganggu waktu kalian berdua. Bukannya kalian itu pengantin baru, jadi...." perkataan Mark menggantung.

"Tidak masalah kan kalo aku balik ke apartemen," tanya Mark.

Jaehyun terkekeh pelan, ia menggeleng-geleng kan kepalanya, menatap tak percaya anak semata wayangnya. "Terserah kamu aja, Mark. Tapi inget, harus sering-sering mampir kesini ya?"

Mark mengangguk tanda mengerti.

"Kalau begitu Mark masuk kamar duluan. Good night Mom, Dad." Selepas itu, Mark bergegas meninggalkan ruang tengah.

"Aku baru tahu jika Mark tinggal di apartemen," tanpa sadar Haechan bergumam. Matanya menatap anak tirinya tanpa berkedip.

"Anak itu tidak memberitahumu? Padahal sudah terbilang lama dia tinggal di apartemen bersama temannya, Jeno," kata Jaehyun. Tangannya mengelus pelan rambut istrinya yang sedang menyandarkan kepalanya di bahunya.

Haechan menyebikkan bibir. "Aku malahan baru tahu. Dia sama sekali tidak pernah menceritakan apapun padaku," gerutunya.

"Sudah ya, tidak usah dipikirkan. Ini ayo makan," kata Jaehyun sambil menyodorkan camilan yang ada ditangan satunya pada istri manisnya.

Haechan membuka mulutnya menyambut camilan itu dengan senang hati. Lalu mengunyahnya hingga tertelan habis dan mengunyah kembali saat sang Suami menyodorkan camilan lagi.

"Hyung."

Suara deheman terdengar sebagai balasan.

"A-aku ... "

"Kenapa, sayang?"

"Besok hyung sibuk tidak?" Tanya Haechan.

Jaehyun menerawang memikirkan jadwalnya apa saja untuk besok.

"Hm, tidak. Besok hyung akan pulang lebih awal karena besok hyung hanya meeting satu kali dan mengecek kinerja karyawan saja," jawab Jaehyun.

"Kalo begitu, besok ayo kita berkencan."

"Berkencan?"

"Iya, kita kan tidak pernah berkencan sebelumnya."

"Baiklah besok kita akan berkencan. Jadi dandan yang cantik ya sayang."

"Eum, tentu!"

'Okay! Mari kita coba besok. Tak apa Haechan! Tak apa, kamu pasti bisa! Jangan hiraukan rasa sakitnya, karena itu tidak akan sebanding dengan rasa kecewa ayahmu di atas sana.'

'Aku pasti bisa belajar mencintaimu kan hyung?'

'Aku harap keputusan yang ku buat tidak akan salah.'

'Maafkan Haechan, Ayah.'

Tbc

Be Your MommyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang