"Jika dibandingkan, dunia memang tak pernah terlihat adil bagi siapa pun. Mengapa mereka begini, mengapa mereka begitu. Mengapa kita seperti ini tapi mereka seperti itu, ya, tidak akan pernah habis dipertanyakan. Seharusnya Loei melakukan hal yang sama, mempertanyakan mengapa dia berbeda, menuntut dan menyalahkan keadaan yang selalu membatasi dunianya.
Namun tidak, bagi Loei dunia bukan hanya tentang menuntut hak, apalagi menyalahi takdir. Dunia juga tempat dimana dia harus melakukan kewajibannya, kewajiban untuk menerima takaran takdir yang sudah digariskan Allah untuk hidupnya."
- Catatan Gema -
"Kak?"
"Hmmh?eh? ngapain tiba-tiba manggil Kakak?"
"Hehe, imut aja, boleh gak Lu aku ikutan manggil kayak gitu?"
"Ngga ah, ga ada imut-imutnya kalau kamu yang pake."
"Yaah, hehe yaudah deh, mau ikut ke lapangan ngga?"
Loei kembali mengarahkan pandangannya yang semula menikmati kegaduhan di lapang sekolah. Pepohonan nampak menggoda dari luar, melambaikan jutaan keping daun yang ia miliki, tak jarang mereka jatuh lantaran sudah tua dan tak sanggup lagi berpegang pada ranting. Kasihan.
"Luu? Malah bengong."
"Ngga ah, kamu aja sana, aku mau tidur," Jawab Loei masih di tempatnya.
"Ya udah ...."
Naren selaku teman sebangku yang baik hanya bisa membiarkan anak itu yang kini menyimpan kepalanya di atas lipatan tangan.
"Jangan lupa obatnya, nanti kita makan bareng, aku bawa bekal juga, jangan ngilang, ja...."
Loei bangkit dari rebahnya dan otomatis memotong kata-kata yang hendak keluar dari mulut super bawel milik sahabatnya, Narren.
"Iya, bawel banget deh kaya Ayah sama Uby."
"Hihii, untung kamu sabar punya temen kaya aku." Naren cekikikan, memilih pergi dan tak lupa meninggalkan sekotak susu stroberi di samping teman sebangkunya itu.
Setelah suara derit kursi terdengar, barulah Loei membuka mata, membuang napas sedikit banyak mengurangi rasa tak nyaman yang lagi-lagi menyerang area dadanya. Belakangan memang terasa ada yang salah, lengah sedikit saja tubuhnya akan langsung bereaksi. Rasa sesak kerap muncul ditambah nyeri yang tak bisa dijabarkan.
Keringat mengalir di sekitar anak rambut Loei yang mulai terlihat lepek. Tubuhnya lemas dalam waktu yang tak seberapa lama. Memang dari tadi malam Loei merasakan sakit di area yang sama, biasanya ini hanya akan terjadi jika ia melakukan hal yang sedikit berat atau lebih dari biasanya. Tapi kemarin bahkan dia tak melakukan apa-apa selain menonton dan sedikit belajar bersama adiknya. Setelah itu mereka tidur di waktu yang sama seperti biasa, tapi ia harus terbangun di tengah malam saat udara terasa sangat jauh dan sukar. Jika boleh jujur, malam itu Loei ketakutan, bagaimana jika ia pergi tanpa ada yang tahu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak 🌻
General FictionTentang Gema yang dipaksa belajar ikhlas saat kebahagiannya direnggut secara tiba-tiba. Semesta runtuh tepat di pertengahan malam satu hari terakhir bulan Desember dua tahun lalu. Gema tak pernah mengira, hidup dalam baluran kebohongan akan lebih me...