05. Ikan Dalam Botol

620 70 25
                                    

"Nasi sudah menjadi bubur, kaca sudah pecah berhamburan, tidak ada yang bisa diperbaiki lagi. "

- Catatan Gema -

Kesalahan fatal, kata yang pantas untuk disematkan dalam lisan Gema untuk dirinya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kesalahan fatal, kata yang pantas untuk disematkan dalam lisan Gema untuk dirinya sendiri. Tak paham mengapa begitu sulit untuknya lepas dari jerat candu asap tembakau yang dia kira nikmat kala itu. Tak berpikir sejauh mana ia menjadi begitu bertanggung jawab akan keadaan satu diantara tiga buah hatinya. Jika saja dulu ia bukan seorang perokok berat. Jika saja ia indahkan ucapan sang istri yang memintanya untuk berhenti.

Namun ya, Gema hanya bisa merutuk pada diri sendiri, menyalahkan mengapa ia tak sadar bahwa penyebab utama Loei lebih sakit adalah dirinya.

Gema paling tahu Loei rapuh, tapi dia menjadi satu-satunya pihak yang membuat anaknya sendiri menjadi semakin rapuh. Setidaknya itu yang ia rasakan. Gema perokok, dulu ia pecandu tembakau berat walau ia tak melakukannya secara gamblang. Saat lelah atau penat dengan pekerjaan, rokok akan menjadi pelampiasan. Memang banyak hal yang bisa menjadi faktor penyakit itu menyapa putranya, tapi tak bisa dipungkiri perannya memperberat efek yang dirasakan.

Gema duduk termenung di kursi taman yang sedikit lembab lantaran terkena hujan tadi malam. Menghirup dan membuang udara berkali-kali meresapi senikmat apa oksigen yang sesungguhnya. Sesuatu yang mungkin tak akan dapat dirasakan Loei lagi.

Dini hari tadi, saat semua orang terlelap, hal yang paling tidak diinginkan terjadi. Ruby dan Arin tidur di ruangan milik Laksa, sementara pemiliknya memilih terjaga. Gema dan Aksara memutuskan untuk menemani Loei yang kondisinya belum menentu. Hingga suara batuk yang terdengar menyakitkan mulai menyambangi telinga keduanya menjadi awal mimpi buruk untuk mereka.

Fungsi paru-paru Loei semakin menurun, anak itu berkali-kali mengalami kesulitan hanya untuk meraih udara. Hingga keputusan harus diambil dengan cepat, jika pun kondisinya stabil, tetap tak memungkinkan untuk Loei bernapas secara bebas. Ia terpaksa harus bergantung pada oksigen buatan mulai sekarang. Di saat semua terpukul, Loei justru tersenyum, anak itu menunjukan seberapa kuat dirinya, walau pada kenyataannya senyuman itu semakin melukai hati semua orang.

"Ayah lagi apa?"

Gema mengusap wajah kusutnya sebelum menyambut Aksara. Anak itu menyerahkan secangkir teh hangat lalu duduk di sampingnya.

"Yang lain mana, Bang?"

"Bunda lagi beresin barang, Yah. Kakak sama Adek jalan-jalan deket kolam." Aksara menyangga tubuh ke belakang, wajahnya menengadah ke arah langit yang terlihat biru cerah.

"Bang?"

"Hmh?"

"Gimana di sekolah?" Aksara terkekeh mendengarnya, mencoba maklum akan perasaan sang ayah. Mungkin Gema sedang merasa bersalah karena terlalu fokus dengan kondisi adiknya belakangan, hingga jarang sekali membuka obrolan kecil dengannya ataupun Ruby.

Kakak 🌻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang