17. A Night

288 46 1
                                    

Bagaikan orang yang lagi kasmaran, Dowoon dan Jennie sama sekali tidak melepaskan kaitan tangan mereka sedari tadi. Dowoon yang sibuk memegang kemudi, menyisakan tangan kanannya untuk menggenggam tangan Jennie. Tak lupa ia mengelus lembut tangan perempuan itu.

Sungguh berbeda dengan tadi siang.

Dowoon berulang kali mencuri pandang ke arah Jennie, yang membuat perempuan itu harus memalingkan wajah menahan malu. Saking berdegub kencang hatinya, Jennie berulang kali membuang nafas.

Jennie ingin teriak saat ini juga. Momen yang sudah ia tunggu lama-lama, terjadi saat ini juga. Melihat Dowoon yang menyetir sembari memegang tangannya, membuat aura boyfriend-able lelaki itu keluar.

"Jangan memperhatikanku terus. Aku malu. Fokuslah pada jalanan," ucap Jennie pelan. Semburat kemerahan muncul di pipi gembulnya.

Dowoon tertawa kecil mendengar Jennie yang blak-blakan bilang kalau dirinya malu.

Lelaki itu menghentikan mobilnya di perkarangan rumah. Namun, karena sibuk mengatur degub jantungnya, Jennie tidak menyadari.

Lagi-lagi Dowoon menahan senyumnya melihat Jennie.

"Kenapa tidak turun? Ah, kamu mengodeku untuk turun dan membukakanmu pintu? Baiklah. Biar aku bukakan." Baru saja hendak turun, Jennie langsung menahannya.

"Ti---tidak usah. Aku bisa sendiri."

Jennie segera turun. Ia berjalan cepat agar bisa menghindari lelaki itu. Sayangnya, ia kalah cepat. Dowoon langsung melingkarkan tangannya di pinggang Jennie.

Tunggu sebentar. Jennie ingin melebur rasanya.

Tiba-tiba pintu rumah terbuka dan menampakkan Seulgi disana. Perempuan itu menatap pasangan itu dengan tatapan kagum dan menggoda.

"Wah, apa-apaan ini? Kalian sudah dekat?" tanyanya usil.

Keduanya membisu malu.

Seulgi menggeleng-geleng melihat tingkah mereka seperti anak muda yang baru pertama kali berpacaran.

Ia menatap Dowoon dan menepuk-nepuk bahunya pelan. "Kerja yang bagus, adikku."

Namun, Dowoon reflek menghindar. Ah iya, jangan lupakan kalau hubungan Dowoon dan Seulgi masih memburuk. Sejujurnya, lelaki itu masih sedikit tak suka dan terganggu dengan kehadiran Seulgi.

Seulgi hanya tersenyum.

"Aku lupa bilang, kalau malam ini aku akan menginap disini."

Jennie menatap Seulgi terkejut. Tiba-tiba sekali? Bagaimana ini? Rumah mereka hanya memiliki dua kamar, kamar utama dan kamar tamu. Tetapi, kamar tamu kan Jennie yang tempati sekarang. Mereka kekurangan kamar. Lalu, Seulgi akan tidur dimana?

Ia menggaruk kepalanya.

"Um, eonni tidur di kamarku saja. Nanti akan ku bersihkan. Biar aku akan tidur disini." ucap Jennie sembari menunjuk sofa ruang tamu.

Kakak beradik itu langsung menengok ke arah Jennie bingung.

Seulgi menggeleng tidak setuju. "Kenapa kamu harus tidur di sofa? Tidurlah dengan Dowoon."

Jennie mematung. Aduh, ia bisa mati kalau lama-lama begini. Berduaan dengan Dowoon sangat tidak baik untuk kesehatan jantungnya.

Dowoon menatap Jennie gemas.

"Tidurlah denganku. Jangan membantah." Lelaki itu menoel hidung Jennie dan melenggang pergi.

🥀🥀🥀

Supernumerary | YDW • KJN [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang