20. Knowing the Truth

240 53 21
                                    

Tok tok tok.

Kriet.

"Sowon-a, ayo makan dulu. Eomma membawakanmu makanan." Suara wanita paruh baya terdengar. Ia berjalan dengan nampan di tangannya, berjalan menghampiri putrinya yang duduk termenung menatapi butiran salju yang turun.

"Memikirkan apa, hm? Ayo makan."

Sowon tidak menyahut.

"Eomma..." panggilnya lirih.

Ibu Sowon mendatanginya dan mengelus-elus rambutnya. "Ada apa, sayang? Ayo katakan."

Sowon menunduk.

"Aku rindu Dowoon."

Gerakan ibunya terhenti. Ia menatap putrinya dengan tatapan yang bercampur aduk.

"Ayo makan. Eomma akan menyuapimu." Ibu Sowon menyendokkan satu sendok bubur, namun ditolak Sowon mentah-mentah.

"Aku tidak ingin makan." Sowon kembali melamun menatap dunia luar. Wajahnya sungguh pucat.

Ia menghela nafas panjang. "Kamu harus makan, Kim Sowon. Anak yang kamu kandung butuh asupan. Sedih boleh, tapi jangan lupakan anakmu."

"Sekarang ayo makan." Ibunya kembali menyuapinya. Namun Sowon tetap tidak membuka mulutnya.

Tatapan Sowon masih menerawang.

"Apakah kalau aku makan, Dowoon akan kembali saat ini juga?"

Ibunya menaruh sendoknya kembali dengan kasar. Ia menatap anaknya penuh amarah.

"Kim Sowon! Hentikan! Sudah habis kesabaran eomma!"

Sowon terlonjak mendengar ibunya yang menyentaknya. "Eomma..."

"Jika kamu tidak makan, kamu ingin menyelakai anakmu? Berhenti membuat masalah baru! Eomma sudah lelah harus menyelesaikan setiap masalah yang kamu buat. Sudah cukup eomma mencoreng harga diri di depan keluarga Yoon!

Jangan memposisikan dirimu sebagai korban disini! Sejujurnya lah kamu biang masalah dari semua ini. Andai saja kamu bisa menjaga dirimu, kamu masih bisa melanjutkan pernikahanmu dengan Dowoon! Eomma juga tidak perlu membuat drama dengan Jennie dan sebagainya! Dan tentu kamu bisa melanjutkan karirmu sebagai dokter!"

"Kamu adalah putri kebanggaanku di banding Jennie. Eomma berharap banyak padamu untuk bisa menjadi dokter. Tetapi kamu mengecewakan eomma seperti ini! Eomma tidak bisa terus mem-back up mu."

Nafas ibunya menggebu-gebu. Ia menatap tajam putrinya yang selalu ia elok-elokkan.

"Bersikap dewasa. Kamu adalah orang yang berpendidikan! Jangan bersikap seperti anak kecil! Eomma muak."

Sowon menunduk.

"Makan makanan itu sekarang! Jangan manja!"

Ibu Sowon pergi meninggalkan anaknya yang mulai bergelimang air mata. Ia menutup pintunya dengan sedikit membanting.

Nafasnya tidak karuan. Jujur saja, ia juga sedikit tidak tega telah membentak putri kesayangannya itu.

Sekelibat rencana hadir menghampiri pikirannya.

"Mungkin ini yang harus kulakukan."

Dan disinilah mereka sekarang. Kediaman rumah Jennie dan Dowoon secara tiba-tiba, tanpa memberi kabar atau sebuah peringatan.

Sowon tersenyum. Ia melangkah maju mendekati Dowoon. Lelaki itu masih bergeming ditempatnya. Tidak membalas senyum atau bahkan sapaan.

Bagaimana ia harus berekspresi? Mantan kekasihnya secara mengejutkan kini berada di hadapannya, dengan kondisi yang—eh?

Supernumerary | YDW • KJN [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang