Elly menyusuri jalanan komplek asrama menuju kampus, rapat diadakan sebelum pukul sepuluh―kebetulan jam dua belas ada bimbingan akhir sebelum sidang―sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui.
Rapat inti berlangsung hanya empat orang―manusia penting yang menduduki posisi krusial di organisasi, Irsyad―ketua, Keisyah―wakil, Elly―sekertaris, Desi―bendahara. Ketua duduk di kursi pemimpin―tengah, Keisyah dan Desi di baris kiri, Elly baris kanan.
Irsyad memimpin dengan posisi berdiri di samping kanan kursi, "Keisyah, bagaimana dengan persiapan lokasi dan tenda? Koordinasi lancar?"
"Sejauh ini lancar, Ir."
"Desi, keuangan? Kemarin saya dengar ada minus untuk dana yang dianggarkan sebagai vakasi? Apakah sudah mendapat penutup?" Irsayd sesekali duduk, juga berdiri. Pandangan beredar pada ketiga anggota yang sedang memastikan kelancaran acara.
Elly masih diam, tugas utamanya belum ditanyakan. Dia berkesempatan untuk menyegarkan teggorokan dengan meneguk air yang tersedia di meja. Berkali-kali Elly mencoba memutar tutup kemasan, tapi yang didapat masih nihil.
"Untuk keuangan belum ada penutup, Ir. Hanya kemarin pembina menyarankan untuk mengurangi pengeluaran di beberapa sarana yang sekiranya tidak terlalu urgent,"ucap Desi sesekali membolak-balik catatannya.
"Contoh sarana yang akan dikurangi apa, Si? Jangan sampai sarana yang kurang memadai mengakibatkan bencana, seperti kecelakaan atau apa pun. Saya tidak mau terima laporan itu. Kecuali, kita sudah menyediakan yang terbaik, tetapi masih terjadi. Itu baru diluar kuasa kita," Irsyad berdiri, mengambil botol air di tangan Elly sambil tetap berbicara. Saat tutup berhasil terbuka, dikembalikan botol beserta tutupnya dihadapan pemilik. "Bisa dipahami?" tegas Irsyad, Desi mengangguk―mencatat beberapa perubahan di buku, "kalau kamu El, ada yang dikendalakan? Proposal, perizinan dan semua hal secara teknis sudah terpenuhi?"
"Sudah beres, hanya mungkin jika masih ada waktu kita butuh tanda tangan tambahan dari rektorat untuk validasi arsip yang kemarin kurang tepat,"
"Segera menghadap beliau, kalau butuh bantuan, hubungi siapa saja yang bisa. Baik, dari sini ada yang perlu dibahas lagi? Jika tidak, rapat saya akhiri. Wassalamualaikum. Selesaikan tugas dengan baik!" Irsyad meninggalkan ruang rapat―menyisakan Desi, Keisyah dan Elly yang saling pandang.
"By the way si Irsyad sweet juga tadi ke lu, El," tegur Desi yang sempat menyaksikan pertunjukan kilat.
Elly tersenyum hambar, "Suka kali si Irsyad sama lu," tambah Keisyah dengan senyum usil―menyadari Elly tidak bergeming sama sekali.
"Apaan sih, kalian! Irsyad cuma kasihan liat gue kesulitan buka tutup botol, udah gitu aja. Enggak usah ditambah-tambahin!" jelas Elly―tidak mau terlibat gosip dengan pangeran Universitas yang dikagumi semua kalangan. Karena kalau tidak berakhir berantem sama fans fanatiknya, pasti jadi nyinyiran mereka. Hal yang paling membosankan bagi Elly. Sebab gosip itu bagaikan api―siap menyebar dengan luas hanya karena sedikit tiupan.
"Eh serius loh, Irsyad tu bener baik. Cuma, dia enggak sebaik kayak yang dilakuin ke lu tadi, El," Desi memajukan kepala―berjaga-jaga, "Buktinya, gue. Waktu makan bakso bareng di kantin―gue kesedak sampai mau mati tau, tapi dia cuma nyodorin air botol ke meja. Padahal, duduk kita bersebelahan. Gue ngarapnya bakal dia bukain, eh, taunya cuma disodorin, terus dia cabut. Enggak romantis!" orasi Desi mempromosikan sekaligus membuka aib Irsyad.
Sebenarnya, tanpa dipromosiin pun, dia tetap menduduki posisi pertama dihati penduduk kampus―terutama kaum hawa. Karena dia bukan hanya tampan, tinggi dan keren, tapi juga tajir plus pinter enggak ketulungan. Sekeren apa pun Irsyad, tidak mempan bagi muslimah sejati bernama Elly.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kalam Cinta untuk Elly
EspiritualCompleted ✅ Cinta dan perjuangan adalah satu kesatuan utuh yang harus dimiliki kedua insan saat memutuskan untuk melangkah bersama.