Part 11 - Cenat-cenut

234 31 17
                                    

Dhirta dan seorang temannya bernama Ardi, membantu guru Bahasa Indonesia mengumpulkan buku tugas dan menaruhnya di meja guru mereka.

"Tolong kalian urutkan berdasarkan absen ya? Ini absennya."

Mereka membagi tugas, Dhirta mencari buku dan mengurutkan sedangkan Ardi menyebutkan nama dan nomor absen. Ketika mereka sudah setengah jalan, pintu ruang guru terbuka. Pintu itu memang sudah tua dan seret, antara engselnya harus diganti atau harus selalu dibasahi oli. Untuk membukanya dibutuhkan tenaga dorong yang lumayan besar dan disana Olivia membukanya menggunakan satu lengan saja.

Cewek itu berdiri di pintu masuk sambil menahan benda itu dengan sebelah lengan, memindai ruangan di dalam sebelum menutup pintu di belakangnya—dengan satu kali dorongan lengan.

Gila, kuat juga dia.

Olivia berjalan pelan menuju guru Fisika yang jaraknya hanya 2 meja di sebelah kanan dari meja Guru Bahasa Indonesia.

"Olivia, telat ya?" tanya Guru Bahasa Indonesia sambil membuka laptop.

Cewek itu tersenyum masam sambil mengangguk.

"Kok tumben?"

"Begadang main PS, Bu Asih."

Bu Asih tertawa. "Kirain Cuma anak cowok yang main gituan."

Olivia menyapa guru Fisika, Pak Yawan, pria manula bertubuh tinggi namun kurus dan memiliki aura intimidasi yang kental. Pak Yawan memang terkenal killer, beliau akan memanggil anak murid yang telat memasuki kelasnya ke ruang guru setelah pelajaran usai dan memberikan mereka hukuman. Semacam tes dadakan.

"Saya belum selesai nyari soal untuk kamu."

Olivia tidak menjawab, hanya berdiri di depan meja dengan kedua tangan terkepal lemah di sisi tubuh. Semenit kemudian Pak Yawan berhenti di satu halaman buku bank soal dan menatap siswinya.

"Level soalnya saya naikkan sedikit ya? Kamu kan anak Olimpiade," ucap guru itu. "Kalau terlalu mudah, gak seru, ya kan?"

"Kita mulai ya? Ada 3 soal saja," Pak Yawan berdehem dua kali dan memulai mendikte pertanyaan. "Diperlukan untuk menemukan volume balok persegi panjang. Jangka sorong digunakan untuk mengukur panjang, lebar dan tinggi balok. Nilai yang diukur masing-masing adalah 1,37 cm, 4,11 cm, dan 2,56 cm."

Soal Analisis Dimensional dan dia gak dikasih kertas buram?, batin Dhirta. Dia benar-benar menatap Olivia sekarang. Ardi melotot hingga seluruh matanya nyaris meloncat karena gadis itu masih terlihat biasa saja.

Olivia mengedip beberapa kali sebelum akhirnya menjawab. "Rumus Volume balok persegi panjang adalah V=PLT. Jadi, V= 4.11×2.56×1.37 = 14.41 cm3. Untuk Vernier Calipers, hitungan terkecil adalah 0,01 cm. Jika semua pengukuran lebih rendah 0,01 cm, volumenya adalah V= 4.10×2.55×1.36 = 14.21 cm3. Jika semua pengukuran lebih tinggi 0,01 cm, volumenya adalah V= 4.12×2.57×1.37 = 14.61 cm3. Nilai maksimum 0,20 lebih tinggi dari nilai yang dihitung. Jadi, jawabannya adalah (14.41±0.20) cm3."

Dhirta bisa mendengar suara Ardi yang tersedak.

Pak Yawan mengangguk puas. "Benar. Soal selanjutnya adalah: Elektron dalam atom hidrogen mula-mula dalam keadaan tereksitasi ketiga. Berapa jumlah maksimum garis spektrum yang dapat dipancarkan ketika akhirnya bergerak ke keadaan dasar?"

Olivia mengambil nafas dan menghembuskannya, dia melakukan itu sebanyak dua kali sebelum menjawab. "Disini n=4. Jadi jumlah garis spectrum adalah n(n-1) dibagi 2, hasilnya 6."

Pak Yawan masih terlihat puas. "Dengan meningkatnya bilangan kuantum, perbedaan energi antara tingkat yang berdekatan akan ..."

Dan kali ini, tanpa perlu mengedip Olivia menjawab. "... Berkurang."

Rewrite The Stars [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang