4.Terkejut

8.6K 1.3K 64
                                    

Enzi udah siap sama baju santainya. Sekarang dia mau jalan jalan gunain sepeda sore ini. Langkahnya terhenti saat menuruni tangga terakhir.

"Mau kemana lo?" Tanya Reyn yang sedang duduk di sofa.

"Kepo lo" Jawab Enzi ketus. Reyn bangkit dari duduknya lalu menghalangi Enzi.

"Gue Tanya sekali lagi, lo mau kemana" Desis Reyn tajam. Enzi menaikan sebelah alisnya.

"Sapa lo sok perhatian sama gue?" Tanya Enzi enteng. Reyn terdiam sejenak lalu kembali bersuara.

"Gue abang lo" Desis Reyn. Enzi terkekeh mendengarnya.

"Sejak kapan lo anggep gue adik?" Tanya Enzi dengan wajah datarnya.

Goblok! Bener juga! Sejak kapan dia nganggep Enzi adeknya? Pikir Reyn.

"Minggir! Gue mau pergi!" Ucap Enzi menyingkirkan Reyn dari hadapanya.

Baru tiga langkah, Enzi berhenti lalu berucap yang membuat hati Reyn seperti tergores.

"Dan satu lagi, lebih baik lo bersikap kaya dulu, daripada sekarang yang sok peduli sama gue, justru malah ngusik gue tau nggak" Ucap Enzi lalu pergi meninggalkan Reyn yang sedang menatap kosong ke bawah.

.

.

"WOYY! MINGGIR ADA BIDADARI MAO MELUNCURR!" Teriak Enzi yang meluncur turunan jalan dengan sepedanya. Dia teriak karna liat ada orang ditengah jalan. Orang itu menoleh kearah Enzi lalu membulatkan matanya.

"AAAA!" Teriak orang itu dan Enzi bersamaan.

Bruk

Dak

Enzi jatuh dari sepedanya karna nabrak orang tadi. Sekarang sikutnya bedarah. Orang tadi juga jatuh, tapi yang luka lutut nya, karna dia pake kaos panjang.

"Awwsss" Ringis Enzi merasa perih. Darah di sikunya juga ngalir deres.

"Lo gimana sih kalo naik sepeda?!" Bentak orang itu sambil berdiri walau susah.

"Heh! Lo yang gimana! Ngapain bediri disitu?! Lo ga liat apa ini jalanan?!" Bentak Enzi tak terima dengan masih meniup niup luka di sikunya.

"Kok lo malah nyalahin gue?! Lo yang ngebut bawanya!" Balas orang itu melototkan matanya galak.

"Mata lo buta?! Ini jalan turun! Kalo gue rem dadakan ntar gue jungkel dong! Ya kaga adil lah masa gue doang yang jatoh!" Bentak Enzi lalu menoleh kearah orang itu.

Orang itu nampak menegang ditempat melihat Enzi. Sedangkan Enzi tidak bisa melihat wajah orang itu karna tertutup oleh masker. Tapi Enzi merasa familiar dengan orang itu.

"Lo—lah kok pergi?" Ucap Enzi saat orang itu langsung berlari pergi tanpa mementingkan rasa sakit di lutut nya yang terluka tadi.

"Kaya kenal" Gumam Enzi menatap punggung orang itu yang perlahan menghilang.

Enzi menoleh pada sepedanya.

"Yahh rantainya putus, untung bukan hubungan gue ama doi yang putus" Gumam Enzi menatap rantai sepedanya. Dia menuntun sepedanya lalu berjalan menuju rumahnya. Gabisa bohong, lukanya emang perih sih.

Setelah satu jam berjalan dengan wajah ditekuk, Enzi akhirnya sampai di kediaman keluarganya itu. Tanpa ba bi bu dia menaruh sepedanya didepan lalu masuk kedalam.

"Astaga! Itu kenapa dek?!" Teriak Reyhan dari ruang keluarga yang melihat siku Enzi berdarah cukup banyak. Enzi menoleh lalu mulai menangis.

"Hikss, abang sakit" Tangis Enzi dengan pipi yang sudah basah. Reyhan gelagapan lalu menuntun Enzi duduk di sofa.

Transmigration NENEK KECE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang