Warning! Kalimat yang bercetak miring adalah Flashback
"jadi? Berapa harga anak ini?"pria tua itu bertanya sembari menatap seorang anak kecil yang berdiri tepat berada dibelakang tubuh sang Ibu, sesekali mengintip untuk menghilangkan rasa penasarannya.
"tidak banyak. Aku hanya minta tiga ratus juta"jawab si wanita sembari tersenyum, lalu menarik tangan si anak kecil hingga berdiri tepat dihadapan mereka semua.
"i-ibu, J-jihoon takut"gadis kecil berambut sebahu dengan pita menghias surai kecoklatannya itu mendelik takut.
"tidak banyak, baiklah. Ambil ini"pria itu melempar koper kehadapan si wanita yang tentunya berisi uang.
"sangat memuaskan. Bawa saja dia, aku tidak butuh anak seperti itu"
"i-ibu? Ibu mau kemana? IBUUUUUUUU!"
"IBUU!!!"
Park Jihoon terbangun dari mimpi buruk yang selalu setia membelenggu jiwanya. Nafasnya memburu, keringat terus membanjiri tubuh mungilnya yang saat ini terikat kuat disebuah kursi kayu tua yang nyaris rapuh, lalu kini, disaat nyawanya sudah terkumpul sempurna, kedua obsidian kembar milik Jihoon bergerak gelisah. Lebih dari sekedar takut, kini ia tidak bisa mengungkapkan perasaan yang kini menderanya.
Takut, cemas dan gugup, sungguh bukanlah suatu perpaduan yang menyenangkan.
Jihoon hendak mengeluarkan suara, namun teriakannya tertahan saat suara pintu berdecit pelan terdengar diseritai dengan langkah kaki seseorang yang tidak diketahui oleh Jihoon.
Namun, Jihoon yakin, orang yang sedang melangkah ke arahnya itu adalah, orang yang sudah menyekapnya ditempat kumuh seperti ini, namun siapapun dia, Jihoon tidak akan melakukan perlawanan. Sebab, semua ini terjadi karena kesalahannya. Tapi, tidak sepenuhnya kesalahan Jihoon.
Ibarat catur, ia hanya anak pion, yang langkahnya diatur oleh si pemain. Ia hanya melakukan sesuai apa yang diperintahkan oleh atasannya. Hanya dengan begitu ia bisa hidup dengan layak.
"o, rupanya kau sudah bangun"suara itu, masih sama seperti yang beberapa waktu lalu Jihoon dengar. Terdengar dingin,tajam dan penuh intimidasi.
Jihoon mengangkat kepalanya, guna menatap pria yang kini berdiri tepat dihadapannya.
Sejenak, Jihoon tertegun oleh visual yang dimiliki orang dihadapannya ini, untuk ukuran manusia biasa dia kelewat tampan. Kedua atensinya berhasil menarik perhatian Jihoon, bulu matanya yang indah, bibirnya yang tidak terlalu tebal, dan juga rahangnya yang kokoh seolah terpahat rapih. Sungguh indah ciptaan Tuhan yang satu ini.
Hei, apa kah dia manusia? Bukan dewa?
"berhenti menatapku gadis muda"pria itu mencondongkan tubuhnya kearah Jihoon dengan senyum—tidak itu bukan senyum melainkan seringaian tajam yang penuh arti namun tidak dapat dibaca Jihoon. Pria ini terlalu rumit untuk dimengerti. "aku tau, aku tampan dan pesonaku juga kuat"
Jihoon ingin berdecih. Namun, ia sadar betul. Ia tidak jauh lebih brengsek dari pria dihadapannya itu.
"kau tau, apa alasanku menyekapmu ditempat ini?"tanya pria itu sembari masih didalam posisi yang sama. Terlalu dekat dan terlalu berbahaya menurut Jihoon.
Hening. Jihoon enggan menjawab meskipun ia tau jelas apa alasan pria dihadapannya itu.
"kau membunuh Ayahku, satu-satunya orang yang aku miliki didunia ini, kau membuatku kehilangan peganganku, satu-satunya kebahagiaan yang aku miliki. Apa kau tau itu?"pemuda itu menggeram tertahan. "ahh, pasti kau tidak tau bukan"ia kemudian menegakkan punggungnya. Lelah juga terus condong seperti itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE CRIMINAL [ ON GOING ]
Mystery / Thrillerbagi mereka, dunia yang selalu dikatakan indah itu bohong! Jauh dari kata indah, bagi mereka dunia bahkan lebih mengerikan dari neraka. Dan seluruh makhluk yang ada didalamnya, sudah tak lagi dapat luput dari satu kata. Yaitu Dosa. Dunia ini keji bu...