42

1.3K 189 29
                                    

"Minna, suatu hari nanti aku pasti akan pergi ke desa ksatria Elbaf!" pekik Usopp.

"Ya, oke!" pekik Luffy.

"Kyojin, kyojin! Elbaf, Elbaf, Elbaf!" pekik Usopp dan Luffy bersemangat sambil menari-nari. "Semuanya besar-besar karena memang raksasa! Besar banget, besar banget, besar sekali!"

"Mereka selalu bersemangat ya," ucap Nami yang terduduk lemas di sebelah tiang layar sambil melihat ke arah Usopp dan Luffy. "Entah kenapa, dari tadi aku merasa capek banget. Vivi, bisakah kau mengawasi kompas ini?"

"Ya," ucap Vivi.

Vivi langsung meraih Eternal Pose yang baru saja diberikan oleh Nami dan langsung tertegun ketika menatap kompas tersebut.

"Dengan begini, akhirnya kau bisa kembali ke Alabasta ya," ucap Nami sambil tersenyum. "Yah, itupun kalau kita bisa sampai ke sana dengan selamat."

"Ya, aku pasti akan kembali! Karena yang bisa menyelamatkan kerajaan adalah aku. Aku pasti akan kembali ke Alabasta hidup-hidup, " ucap Vivi dengan yakin membuat kami semua terdiam ketika melihatnya.

"Jangan terlalu memaksakan dirimu, Vivi-chan!" ucap Sanji sambil membawa nampan berisikan beberapa kue. "Ada aku! Bukannya waktunya bersantai dan menikmati petit fours? Kalian ingin minum kopi ataukah teh?"

"Sanji-san..." tanggap Vivi.

Melihat Sanji membawa sepiring berisi kue, membuat Luffy, Usopp, dan Karu menghampiri kami dengan air liur yang menetes di mulut mereka.

"Jatah kalian di dapur!" ucap Sanji kesal ketika melihat mereka bertiga.

Mereka bertiga dengan cepat langsung berlari ke arah dapur untuk menikmati masakan buatan Sanji, membuatku tertawa kecil ketika melihat tingkah mereka.

Aku kemudian mengambil beberapa kue tersebut dan menaruhnya di piring kecil. Setelah itu berjalan menuju Zoro yang sedang berlatih mengangkat barbel dengan keringat yang bercucuran di tubuhnya.

Woah, jadi ini yang namanya cuci mata, pikirku ketika melihat Zoro hanya bertelanjang dada tanpa mengenakan satu pakaian pun.

"2.606! Jika saja aku bisa menebas lilin itu..." ucap Zoro sambil terengah-engah. "Aku tak perlu merepotkan orang lain... Lemah... Aku harus bisa lebih kuat lagi... Sampai bisa menebas besi sekalipun!"

"Kau tak perlu memaksakan diri seperti itu," ucapku sambil menaruh piring berisikan kue di sebelahnya kemudian aku duduk dipagar bagian belakang kapal sambil memandanginya. "Lagi pula kakimu juga belum sembuh."

Zoro menghentikan latihannya dan terdiam memandangiku. 

"Ada apa?" tanyaku terheran.

"Aku harus lebih kuat," ucap Zoro kembali melakukan latihannya.

Aku hanya bisa menghela napas lelah melihatnya. "Haik, haik," ucapku sambil turun dari pagar.

Aku harus lebih kuat, untuk bisa melindungimu, pikir Zoro dalam hati sambil memandangiku yang berjalan kembali menuju ke tempat Vivi dan Nami berada.

"Vivi, maaf, kurasa aku..." ucap Nami sambil memegangi kepalanya. "Ingin pergi ke kamar..." 

"Tak apa, Nami-san! Aku akan mengawasi jalurnya! Jadi kau bisa istirahat di dalam!" ucap Vivi.

Aku yang melihat Nami bangkit berdiri dan akan terjatuh, dengan cepat aku berlari menuju Nami kemudian memegangi tubuhnya. "Nami?" ucapku kemudian menyentuh keningnya.

"Daijoubu?" tanya Vivi.

"Suhunya panas," ucapku. 

"Minna, kemarilah, ini gawat!" teriak Vivi.

One Piece x Reader [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang