47

1.2K 193 7
                                    

"Tidak salah lagi, kapal ini mengarah ke Alabasta," ucap Nami sambil melihat peta yang di pegangnya.

"Dengan begini kita akan segera sampai," ucapku.

"Ya," ucap Vivi sambil memandang hamparan laut yang sangat luas.

"Luffy, jangan berbohong!" 

Suara tersebut membuat kami bertiga menoleh dan melihat Luffy sedang terduduk berlutut di hadapan Sanji dengan keringat bercucuran di wajahnya.

"Kalau kau tau sesuatu, bilang!" ucap Sanji kemudian mendekati Luffy dan menarik pipinya. "Hei, kenapa kau memalingkan wajahmu? Lihat aku baik-baik!"

"Yah, yah... Aku tidak tau apa-apa!" sangkal Luffy.

Jelas sekali dia berbohong, pikirku sambil memandangi Luffy datar.

"Kalau begitu, aku ingin tanya. Bagaimana mungkin makanan yang dengan hati-hati kubagi-bagi agar cukup sampai kita tiba di Alabasta bisa hilang begitu saja? Berhenti mengelak! Wajah pura-puramu itu nggak akan mempan!" ucap Sanji namun Luffy tak kunjung mengakui kesalahannya. "Hei, ada sesuatu di dekat mulutmu."

"Ah, shimatta! Ada makanan sisa yang menempel!" pekik Luffy dengan paniknya sambil menutup mulutnya sendiri.

"Jadi memang kau rupanya!" teriak Sanji garang sambil menendang Luffy dengan kencang hingga Luffy terbentur dinding kapal. "Ttaku. Ah, Nami-san, kau lihat sendiri, kan? Jebakan besar untuk tikusnya udah nggak mempan. Tolong belikan kulkas yang ada kuncinya."

"Benar juga, ya... Akan kupertimbangkan karena hal itu juga menyangkut nyawa kita," ucap Nami sambil memandang ke arah Usopp, Chopper, dan Karu yang sedang berpura-pura memancing. Ya, mereka juga ikut menghabiskan stok makanan yang kami punya.

"Baiklah, kita tangkap sesuatu demi Sanji," ucap Usopp.

"Yo, sudah dapat belum?" tanya Sanji sambil berjalan mendekati mereka bertiga membuat mereka berjengit takut.

"Y-yah..." ucap Usopp gugup.

Sanji langsung memegangi kepala Usopp dan Karu kemudian membenturkan kepala mereka bertiga dengan kerasnya.

"Mattaku, aku tak boleh lengah dari mereka," ucap Sanji kesal.

Aku hanya bisa menghela napas melihatnya, kemudian aku dan Nami masuk ke dalam kabin dan mulai membicarakan beberapa hal seputar arah menuju Alabasta.

Tiba-tiba saja pintu kabin terbuka, membuatku dan Sanji menoleh. "Nami-san, gawat!" ucap Vivi.

"Ada apa?" tanyaku dan Vivi menyuruh kami semua keluar dari kabin untuk melihat apa yang terjadi.

Setelah kami keluar dari kabin, kami melihat di depan kapal kami terdapat gumpalan asap yang berwarna-warni.

"Ah, tenanglah. Itu bukan apa-apa, hanya uap," ucap Nami.

"Uap muncul di atas laut?" tanya Vivi heran.

"Ya, itu titik panas," ucap Nami.

"Apa itu?" tanya Luffy.

"Itu tempat penghasil magma dan di bawah area itu ada gunung berapi," ucapku menjawab pertanyaan Luffy.

"Benar sekali," ucap Nami.

"Di bawah laut pun juga ada gunung berapi?" tanya Chopper.

"Iya, di bawah laut jumlah gunung berapi lebih banyak daripada di daratan," ucapku.

"Aku tidak peduli selama bukan makanan," tanggap Luffy.

"Dan dengan gunung berapi itu, akan terbentuk pulau baru ribuan atau puluhan ribu tahun lagi di tempat ini," jelas Nami.

One Piece x Reader [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang