Satu

1.3K 116 3
                                    


a/n mungkin agak beda dari mitologi grim reapernya sendiri soalnya ini ngikutin imajinasi ku aja.

selamat membaca!


Hujan deras pukul satu pagi tampaknya begitu menguntungkan. Selain karena jalanan jadi lebih sepi dan mencekam, kencangnya deru suara hujan membuat manusia tidur lebih nyenyak. Kecuali nanti ada petir yang membuat mereka terbangun sejenak, lalu tidur lagi. Pasti begitu.

Hari yang baik untuk mencabut nyawa seseorang?

Hyunsuk menyusuri trotoar kecil dengan jalan raya di kiri dan toko-toko yang tutup di kanan. Gelap, sumber cahayanya hanya dari lampu jalan yang remang-remang.

Bagi Hyunsuk berjalan di tengah hujan sama saja dengan berjalan di tengah panas. Air hujan hanya akan menembus dirinya dan jatuh ke tanah. Begitu juga panas matahari yang hanya akan jatuh ke tanah. Hyunsuk ini makhluk tak kasat mata yang berkelana mencari jiwa-jiwa manusia. Orang-orang biasa mengenalnya dengan sebutan 'malaikat pencabut nyawa'.

Dari sisi mananya ia bisa dibilang malaikat?

Hahaha. Iya, Hyunsuk sendiri sering berpikir seperti itu. Dari sisi mana malaikat pencabut nyawa disebut sebagai malaikat? Bukankah kriteria menjadi malaikat adalah seseorang yang baik dari hati dan pikirannya? Bukankah seorang malaikat seharusnya membantu manusia melalui sepak terjang kehidupannya?

Dan lain-lain.

Bulan-bulan awal menjadi malaikat pencabut nyawa adalah bulan-bulan terberat. Apalagi kata seniornya menjadi seorang malaikat pencabut nyawa bukan sebuah keuntungan, melainkan sebuah hukuman. Hukuman atas perbuatannya semasa hidup.

Bulan-bulan awal sulit karena banyak pertanyaan tak terjawab di kepalanya. Ia sudah berupaya menanyakan semuanya pada seniornya dan hanya dijawab dengan 'nanti kamu juga tahu'. Ya oke, baiklah.

Sekarang lima tahun lebih sedikit sejak ia menjadi malaikat pencabut nyawa. Agaknya Hyunsuk sudah paham alasannya. Malaikat pencabut nyawa hanya ditugaskan untuk menyudahi penderitaan manusia, menyudahi perjalanan panjang penuh perjuangan mereka.

Pertunjukan selesai, tirai tertutup. Terima kasih atas perjuangannya.

Sekarang Hyunsuk menekan tombol lift di angka 14. Ia sebenarnya bisa langsung naik tanpa lift. Tapi agaknya hari ini ia mau bersantai sejenak sebelum menikam belati di jantung korbannya nanti.

Mati dalam tidur, Hyunsuk juga menginginkannya. Damai dan tanpa siksaan.

Lorong apartemen yang gelap menyambutnya. Udaranya pengap dan panas, sungguh berbeda dari keadaan di luar. Cahaya kemerahan berbaris rapi di lorong. Cahayanya lebih terang daripada yang dilihatnya tadi. Tanda bahwa korbannya sudah dekat.

Cahaya kemerahan itu belok ke kanan, ke unit D1445. Siapapun yang ada di dalam, terima kasih sudah bertahan.

Hyunsuk melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Ringan dan tanpa beban. Korbannya ada di kamar utama dengan pintu kayu cokelat. Kokoh namun tak ada artinya bagi Hyunsuk karena pintu itu hanya sebuah bayangan yang dapat ditembus.

Satu langkah lagi menuju sang korban yang sedang tertidur nyenyak. Korbannya tampak tenang, menggulung tubuhnya dengan selimut.

Hyunsuk naik ke ranjang. Kemudian tangannya meraih belati yang ada di pinganggnya. Menit berikutnya ia mengayunkan tangannya, bersiap menikam korbannya. Hingga sebuah petir menganggu prosesnya.

"Sialan," bisiknya.

Sang korban menngeliat sambil menutup telingannya.

"Hyunsuk... Tolong aku..." lirihnya.

To Kill and To Love || sukhoon/hoonsuk ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang