Sembilan

414 62 0
                                    

Kira-kira dua ratus tahun lalu Yoshi hidup di era dinasti Joseon. Yoshi dari keluarga terpelajar. Ayahnya penjabat desa walau Yoshi kurang tahu ayahnya kerjanya ngapain. Suatu malam dia diajak ke pesta pengangkatan kepala desa baru. Karena itu pesta dan makan gratis Yoshi yang baru berusia delapan belas tahun kala itu semangat banget dateng ke pesta itu. Makanannya enak dan yang paling penting... semuanya gratis!

Yoshi bertemu Jimin atau yang kalian kenal Bu Bos tadi di pesta itu. Waktu itu Jimin adalah seorang Gisaeng cantik yang datang sebagai pengisi acara di pesta itu. Ga pakai waktu lama Yoshi naksir sama Jimin. Habisnya Jimin cantiknya luar biasa sih kayak bidadari yang baru turun dari khayangan. Jadi Yoshi langsung nyamperin Jimin ngajak kenalan. Tanpa basa-basi.

Besoknya mereka janji ketemu di sebuah jembatan jam lima sore. Jam lima sore dipilih karena Yoshi dan Jimin sudah selesai kelas hari itu.

Sering-sering mereka ketemu, rasa suka berubah jadi cinta. Pelukan berubah jadi ciuman. Status temenan berubah jadi suami istri. Waktu itu mereka sama-sama berumur sembilan belas. Yoshi dan Jimin dikaruniai seorang anak perempuan. Manis dan cantik, seperti Jimin.

Namun di usia Yoshi yang ke duapuluh satu, balai desa tempatnya bekerja diserang orang tak dikenal. Sasarannya si kepala desa namun Yoshi dan yang lainnya kena imbasnya. Yang selamat hanya dua orang, Yoshi dan satu orang asing berpakaian hitam-hitam.

Yoshi dan malaikat yang seharusnya mencabut nyawanya.

Yoshi pingsan lama. Bangun-bangun ia langsung terdampar di pelukan Jimin. Semuanya baik-baik saja sampai saat umurnya menginjak tigapuluh tahunan, orang-orang terus mengatakan bahwa wajahnya terlihat seperti pemuda berumur duapuluh satu tahun.

Kini Yoshi yang sudah memiliki dua anak jadi ikut bingung. Wajahnya tak pernah menua. Bahkan sekarang istrinya lebih terlihat seperti sedang membesarkan tiga anak.

Yoshi lebih bingung lagi ketika ia tiba-tiba didatangi dukun desa. Wanita tua itu bilang padanya kalau umurnya hanya sampai dua puluh satu tahun. Umur-umur berikutnya mestinya tidak ada karena harusnya ia sudah mati. Lalu Yoshi ditanya-tanyai mengenai laki-laki berbaju hitam-hitam. Yoshi memang melihatnya. Laki-laki itu sempat ingin menusuknya. Maka setelah ia bangun dari pingsannya waktu itu ia bilang pada penjaga setempat kalau pelakunya menggunakan baju hitam-hitam. Orang dengan baju hitam-hitam itu tak ada kabarnya lagi.

Dukun itu menepuk jidatnya. Yoshi, Yoshi... Bisa dibilang Yoshi sendiri yang membuat dirinya menjadi makhluk abadi. Tapi ia juga tidak sepenuhnya salah. Yoshi kan tidak tahu apa-apa.

Jimin meninggal di usianya yang ke empat puluh lima. Anak-anaknya sudah dewasa, jadi Yoshi yang kesepian karena ditinggal Jimin memutuskan tinggal menyendiri di sebuah hutan. Di mana kematian orang yang ia sayangi tak akan datang lagi.

Yoshi kesepian. Hidupnya hanya sendiri karena setiap kali ia menjalin pertemanan, cepat atau lambat ia pasti ditinggalkan. Lalu jadi kesepian lagi.

Sampai Jeongwoo, Junghwan dan Haruto datang ke kehidupannya.







"Aku membunuh malaikat maut yang hendak membunuh mereka."

"Kau melakukannya?" Yoshi membelalakan matanya kaget.

Jimin atau Bu Bos, bebas kau ingin menyebutnya apa mengangguk mengiyakan.

"Kupikir waktunya tepat. Kau pasti akan kendengar beritanya di radio atau televisi. Lagipula kejadiannya dekat dengan rumahmu. Kau pasti akan menyadarinya."

"Kenapa kau melakukan itu? Jeongwoo, Junghwan dan Haruto jadi ikut menderita gini."

Yoshi mengelus-elus pundak Haruto yang kebetulan sekarang ada di sebelahnya. Ia merasa kasihan pada tiga anak ini, harusnya mereka bisa hidup normal seperti anak-anak lainnya. Tidak perlu hidup abadi di dunia yang penuh penderitaan ini.

To Kill and To Love || sukhoon/hoonsuk ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang