Delapan

402 66 4
                                    

Hyunsuk dulunya adalah seorang anak biasa yang tak ada spesial-spesialnya. Bahkan ia selalu menganggap dirinya sendiri tak berguna. Hidupnya selalu penuh penderitaan. Kata bahagia tak pernah ada dalam kamusnya. Yang ada hanya derita, derita, derita.

Hyunsuk lahir dari sepasang orang tua yang tak pernah ia rasakan kasih sayangnya. Ia bahkan tak pernah tahu wajah orang tuanya. Yang ia tahu hanya ibu asuhnya di panti asuhan. Suatu hari ia bertengkar hebat dengan ibu asuhnya. Ia dulu anaknya pemberontak tapi cengeng. Maka kalau dia nakal ibu asuhnya sering bilang gini, "main bola sama anak-anak komplek sampe lecet-lecet berani, tapi kalo berantem kalah nangis, cengeng banget sih."

Malam itu Hyunsuk yang berumur sebelas tahun kalah waktu berantem sama anak panti lain. Pokoknya ibu asuhnya hanya peduli sama anak yang lain sedangkan Hyunsuk disalah-salahin. (Walaupun sebenarnya kalau dipikir-pikir lagi sekarang memang Hyunsuk yang salah sih. Iseng banget ngerjain temennya walau dulu temennya isengin dia terus.) Jadi Hyunsuk lari dari panti asuhan tanpa banyak pikir.

Payah dia. Baru jalan kaki 500 meter udah nangis sendirian di taman. Kebetulan waktu itu ada yang lewat. Wanita itu datang duduk di sebelah Hyunsuk, menghibur Hyunsuk yang kala itu nangis sesegukan. Malam jam sebelas, ibu itu ga punya apa-apa tapi dia bilang kalau dia ikut ibunya pulang ke rumah, di rumah ada roti. Hyunsuk yang kala itu dikuasai emosi ikut aja. Dulu dia sama sekali ga nyangka kalau wanita itu bakal dia panggil 'Mama' dan merawatnya sampai usia 18 tahun.

Kirain hidupnya bakal lepas dari penderitaan, ga taunya sama aja. Di sekolah di bully terus karena ada gossip bahwa mamanya tuh sebenarnya simpenannya om-om. Hyunsuk SMP dibully terus gara-gara itu. Pernah sekali dia ngamuk ke mamanya soal ini. Katanya mamanya bukan simpenan om-om, tapi jadi pembantu disana. Hyunsuk teriak gitu ke orang-orang yang ngebully dia eh malah tambah dibully. Dasar kampret!

Masuk SMA Hyunsuk pindah sekolah. Motonya selama SMA dia mau jadi anak gaul ga mau dibully lagi. Akibatnya dia suka ngelunjak sama mamanya. Suka pergi malem pulang pagi dengan keadaan setengah mabok. Sampai suatu hari dia berantem sama mamanya.

"Kamu nih ya udah saya rawat baik-baik ga tau terima kasih malah jadi nakal gini. Bisa ga sih ga nyusahin saya sekali aja?"

"Loh? Kalo waktu itu ga mau ngerawat aku ya ga usah. Emangnya aku bahagia disini?"

"Dasar anak ga tahu terima kasih!"

Dan blablabla. Banyak banget, hampir tiap hari berantem sampe tetangga pada hafal. Tetangga yang ga tau apa-apa selalu memandang rendah Hyunsuk. Hyunsuk selalu dikatain anak ga tau terima kasih karena selalu ngelawan orang tua. Apalagi tetangga-tetangga pada tau kalau Hyunsuk cuma anak pungut di rumah itu. Harusnya Hyunsuk ga nakal gini, nurut dan jadi anak baik-baik.

Tapi mereka ga tau apa-apa. Emangnya mereka tahu selama ini Hyunsuk di bully di sekolahnya? Emangnya orang-orang itu tahu kalau memar di wajahnya bukan gara-gara tawuran tapi gara-gara dikeroyok anak-anak lain? Emangnya orang-orang tahu kalau mamanya tuh sama aja jahatnya. Tiap hari kerja terus ga ada waktu buat Hyunsuk. Emang uang penting tapi kalo Hyunsuk ga pernah menerima kasih sayang di rumah itu, Hyunsuk juga kesepian. Teman ngobrol yang bisa dijadiin tempat curhat ga punya. Mamanya sibuk kerja, pikirannya cuma duit, duit, duit. Hyunsuk juga pengen dipeluk cium kayak ibu-anak yang lain.

Di tahun ketiga SMA Hyunsuk punya pacar. Dia pikir dengan pacaran dia bisa dapet cinta yang cukup. Eh ternyata dia cuma bahan taruhan. Kemanapun Hyunsuk pergi pacarnya selalu ikutin, bareng sama anak-anak setan yang lainnya. Hyunsuk pernah disekap di sebuah ruang kosong. Tadinya dia pergi sama pacarnya sekarang malah berakhir disekap. Didepannya ada tiga laki-laki termasuk pacarnya sendiri. Malam itu harga dirinya habis. Tiga laki-laki itu beneran 'menggunakan' Hyunsuk secara bergantian.

To Kill and To Love || sukhoon/hoonsuk ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang