Sepuluh

689 86 14
                                    

Langit makin gelap, Hyunsuk dan Jihoon keluar untuk makan malam. Ruang makan ramai orang, ada Dokter Yoshi, Jeongwoo, Junghwan, Haruto, bahkan Junkyu dan Mashiho juga hadir. Semuanya menatap Jihoon begitu ia duduk di meja makan.

"Kenapa pada liatin aku gini?" tanyanya bingung.

Yang lainnya tiba-tiba langsung bergerak mengambil lauk dan menaruhnya di piring. Pokoknya sebisa mungkin melakukan kegiatan supaya Jihoon tak merasa dilihatin. Tapi keadannya malah jadi makin canggung. Semuanya makan sendiri-sendiri tanpa suara. Tanpa renyahnya suara tawa seperti waktu Hyunsuk makan malam dengan empat dari mereka waktu itu. Bahkan Jeongwoo yang biasanya tak bakal kehabisan topik sekarang malah diam tanpa kata.

Hyunsuk mau tak mau mengikuti alurnya. Diam tanpa kata sambil melahap makanannya yang enak.

"Mau minum wine?" tanya Dokter Yoshi memecah keheningan.

"Boleh."

"Oke sebentar aku ambilkan." Dokter Yoshi beranjak dari tempatnya kemudian mengambil anggur dari kabinet yang ada di dapur.

Kini giliran Junkyu yang berdiri. Dia mengambil gelas wine lalu dibagikan ke masing-masing orang yang ada disitu. Dokter Yoshi menuangkan wine ke gelas masing-masing. Ia berhenti di Hyunsuk.

"Hyunsuk jangan minum wine," katanya.

Kalimatnya barusan lebih terdengar seperti, "jangan minum wine, nanti masih harus kerja."

Lalu Dokter Yoshi kembali duduk. Ia mengangkat wine nya sejajar kepalanya.

"Untuk Jihoon," katanya.

"Untuk Jihoon!" sambut yang lain.

Gelas-gelas berdentingan. Jihoon sebenarnya bingung tapi dia tetap meneguk wine-nya untuk yang pertana dan terakhir. Wine rasanya enak, manis dan menghangatkan. Setelah itu mereka menyantap makanan yang ada. Lagi-lagi keadaan jadi canggung karena tak ada yang bicara sampai Dokter Yoshi memulai.

"Jihoon, makasi udah jadi pasien saya. Kamu pasien saya yang paling nurut. Obat diminum, saran diterima. Makasi ya," katanya setelah itu Dokter Yoshi tersenyum lembut.

Jihoon balas tersenyum. "Sama-sama Dokter, terima kasih sudah jadi dokter saya."

Haha. Jihoon ingat pertemuan pertamanya dengan Dokter Yoshi. Mereka bertemu di universitas tempat Jihoon kuliah. Waktu itu Jihoon kucel ga karuan, nangis sendirian di taman. Dokter Yoshi yang lihat langsung menghampiri Jihoon. Katanya kalau ada masalah cerita aja sama dia. Jihoon awalnya hanya cerita lewat telpon sampai akhirnya Dokter Yoshi menyuruhnya datang ke rumah sakit. Bilangnya sih cuma perlu ngobrol tapi ternyata Jihoon butuh obat. Sejak itu keadaannya membaik. Walau hatinya masih kosong.

Jihoon berdiri. "Kalau begitu saya pamit dulu. Terima kasih untuk bantuannya selama ini."

Jihoon menatap mata masing-masing orang yang ada di situ. Sudah jelas matanya memburam. Air matanya menggenang, tapi Jihoon bersikeras menyembunyikannya hingga Mashiho dan Junkyu mendadak menabrakkan diri mereka pada Jihoon.

"Makasi udah makan makanan aku sampai habis. Gitu aja aku udah seneng," kata Mashiho agak kumur-kumur karena sambil menangis.

Sedangkan Junkyu kehabisan kata-kata. Jeongwoo, Junghwan dan Haruto juga hanya memberi anggukan kecil. Wajar, karena ini pertama kalinya mereka bertemu.

"Aku pergi dulu." Jihoon memberi anggukan kecil kemudian menarik tangan Hyunsuk masuk ke dalam kamar.

Choi Hyunsuk, malaikat mautnya.

"Jihoon, kamu takut?" tanya Hyunsuk yang kini tengah berbaring di sebelah Jihoon.

"Sedikit," jawabnya.

To Kill and To Love || sukhoon/hoonsuk ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang