Dua

722 92 0
                                    


Hyunsuk terbangun karena sinar matahari cukup kuat menembus jendela yang persis berada di kiri ranjang. Ia meraba-raba tempat kosong di sebelahnya. Jihoon kemana?

Hyunsuk segera keluar dari kamar dan terkejut dengan keberadaan dua orang manusia duduk santai di sofa.

"Wah, halo! Akhirnya Jihoon punya pacar jugaaaa," katanya dengan wajah yang berseri-seri.

"Bukan pacar."

"Kalo bukan terus ngapain tidur sekamar?"

Jihoon dan Hyunsuk bertukar pandang. Pertanyaan tadi menyadarkannya akan sebuah hal yang seharusnya menjadi rahasia tapi malah dibongkar begitu saja oleh Hyunsuk yang keluar kamar dengan polosnya.

"Mashi, mending sekarang kita pergi deh. Jihoon mau pacaran," kata yang lebih tinggi.

"Okeii. Ayo Junkyu kita pulang."

Dua orang yang bernama Mashi dan Junkyu tadi melenggang keluar dari apartemen kecil Jihoon. Tapi sebelum itu seorang yang tadi dipanggil Junkyu itu datang menghampiri Hyunsuk, membisikan sebuah kalimat ke telinga Hyunsuk.

"Makasih udah bikin Jihoon senyum lagi," katanya. Setelah itu ia menepuk pundak Jihoon pelan baru setelah itu benar-benar pergi.

"Aku gak hilang kan?"

Hyunsuk mengahampiri Jihoon yang tampak sibuk di dapur.

"Lagi bikin mie ya?" tanya Hyunsuk yang dijawab dengan anggukan oleh Jihoon.

"Makasi," katanya lagi. Kali ini sambil memeluk Jihoon dari belakang.

"Ya ampun, kamu kurus banget sih. Kulkasnya isi apa coba?"

Hyunsuk berjalan kearah kulkas yang ada di dapur kemudian membukanya. Begitu ia membuka kulkas tersebut Hyunsuk langsung membelalakan matanya.

"Kok kulkasnya kosong? Jadi selama ini kamu makan apa?"

Ya benar-benar kosong bahkan listriknya pun tidak dinyalakan.

Jihoon menunjuk pada sebuah kantong di atas meja makan.

"Buat makan siang dan makan pagi. Itu Mashi yang masak. Kamu ga dapet jadi aku bikinin mie. Kebetulan ada."

Hyunsuk mengeluarkan kotak makan dari Mashi kemudian membukanya. Nasi tim buatan Mashi tampilannya cantik, pasti rasanya juga enak.

Tapi lagi-lagi ada yang menganggu pikirannya. Jihoon bisa jadi kurang gizi kalau begini terus. Walaupun ia dimasakan makanan oleh Mashi seharusnya kulkasnya tak boleh kosong. Minimal ada susu, yoghurt, es krim, telur. Harusnya Jihoon punya bahan-bahan sederhana untuk makan sehari-hari.

"Kamu punya beras?"

Jihoon menggeleng.

"HAH? Bahkan beras aja ga punyaa???"

Hyunsuk menepok jidatnya. "Ga mau tau pokoknya habis ini kita harus belanja. Masa kamu sama sekali ga punya makanan gini. Kalo kurang makan nanti sakit lho."

"Emang udah sakit."

"Ya udah kalimatnya ganti. Kalo kurang makan nanti jadi tambah sakit lho!"

Jihoon tertawa kecil. Kemudian ia membawa semangkuk mie instan ke meja makan. Mie instan terakhir di lemarinya ia berikan untuk Hyunsuk yang sudah duduk rapi di meja makan.

"Selamat makan Jihoon. Makan yang banyak, jangan kurus-kurus."

"Iyaa," katanya sambil tersenyum.

"Ngomong-ngomong," lanjutnya. "Kamu bukannya udah ga ada, Suk? Maksudnya lima tahun lalu aku nangis-nangis di pemakaman kamu sebenernya aku nangisin siapa?"

To Kill and To Love || sukhoon/hoonsuk ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang