Perlahan aku melangkah mendekati pria yang selama 16 tahun ini ku sebut Ayah.tersenyum manis dan berlari kecil memeluk nya erat.mengabaikan baju kerjanya yang basah karna keringat.padahal baru tadi pagi kita berpisah,namun rasanya sangat nyaman ketika telah berada di dekapannya.
Ayah ku bukan lah orang besar dengan deretan mobil terparkir di depan rumah.ayah hanya seorang kurir perusahaan swasta di pinggiran kota.pria nomor satu ku itu berkerja disana sejak aku masih kecil hingga sekarang.tak memperdulikan saat orang-orang maupun tetangga ku sendiri seringkali mengatakan padanya untuk mencari pekerjaan lain agar hidup kami lebih terjamin.
Meskipun nominal gaji yang setiap bulan nya ia dapatkan membuat orang lain menjadikan itu sebagai acuan mereka dalam memandang rendah Ayah.
Terkadang stratifikasi sosial membuat ku muak.namun sial nya itu telah menjadi hal lumrah di kehidupan masyarakat.hingga kami terbiasa di pandang rendah dan berbeda hanya karena perbedaan finansial.
Dulu,tidak jarang aku mendapat rundungan dari teman karena perbedaan status kami.tapi aku memilih acuh, lagipula mereka tidak tahu sejauh mana aku mensyukuri hidup ku sendiri.Ayah seringkali mengajariku cara bersyukur dan melewati hidup sederhana kami.
Selagi ayah bersama ku,hidup ku akan terasa benar.hadir nya selalu berharga untuk setiap detikku didunia ini.
Terima kasih untuk Ayah ku yang begitu menawan dengan seragam kebanggaan nya itu.pahlawan dan pelindung kala aku menghadap kesulitan dalam menjalani pilihan.tempat ku menggantungkan segalanya setelah kepergian ibu 14 tahun yang lalu.
Lelaki pertama yang mendekapku.lelaki nomor satu yang akan menjaga ku.
----
Revisi 140222
KAMU SEDANG MEMBACA
Bravo Papà (Short Story)✓
Short StoryRasanya baru kemarin masa kecil ku dimulai.saat aku bermain hujan dan berakhir kejar-kejaran dengan ayah karena tak mau segera mandi padahal hujan telah berhenti.atau saat aku berlari dari gerbang sekolah dasar dengan langkah kecil ku dan berhambur...