Hai mentari,masih kah kau mengikutiku?
Mengamati cerita masa kecilku dan menikmati kilauan permata beserta pemiliknya?
Bukan nya aku sombong ya,hanya saja ayah ku yang mengatakan putri kecil nya ini adalah permata.
Kau tau?mungkin aku tak seberuntung teman-teman ku yang naik turun pegunungan everest-tidak,hanya bercanda.sedangkan aku merasakan dingin nya ac pasar modern saja sudah merasa seperti di surga.hahaha
Angan ku kembali di tahun lalu.saat musim gugur tiba,ayah mengajak ku pergi ke taman di pinggiran kota.udara nya sangat nyaman.ditambah syal rajut yang di berikan nya pagi itu.aku tau,ayah membuat nya sendiri walaupun ia tak memberitahuku sejak kapan ia bisa merajut.tak masalah,syal nya sangat nyaman meski terlihat ada beberapa benang kusut di pinggiran nya.ini sangat berharga.
Lagi-lagi ia membuatku membanggakan nya.
Ayah mungkin memang bukan orang yang ramah.wajah nya teramat datar pada orang lain.entah lah,tapi kurasa itu bermula sejak kematian ibu.ayah benar-benar menutup diri dan seakan hanya ingin membidik satu titik tujuan hidup.
Tapi di balik sikap diam nya,ayah orang yang hangat.meski orang-orang hanya memandangnya sebagai sosok pria 42 tahun berseragam kurir perusahaan pinggiran kota dengan satu orang putri yang baru menginjak bangku kuliah.ia tidak perduli.benar-benar tidak peduli.
Entah aku yang terlalu menikmati atau memang waktu berlalu begitu cepat.
Rasanya baru kemarin masa kecil ku dimulai.saat aku bermain hujan dan berakhir kejar-kejaran dengan ayah karena tak mau segera mandi padahal hujan telah berhenti.atau saat aku berlari dari gerbang sekolah dasar dengan langkah kecil ku dan berhambur di dekapan nya.mengadu tentang bagaimana aku melalui hari dengan teman-teman ku setiap hari.
Bukan kah sangat kejam jika aku melupakan masa-masa itu?
Ayah sudah semakin tua.beberapa helai rambut nya terlihat memutih.tapi tak apa.ia tetap tampan di mata ku.
Semakin beranjak dewasa,aku semakin menyadari,bahwa hal yang paling ku takuti bukan lah hantu ataupun serangga lagi.tapi waktu yang terus berjalan tanpa henti.
Mimpi ku masih begitu tinggi.
begitupun hayalan-hayalan kecil kami masih sering tersemat dalam obrolan di setiap hari.
Ayah tunggulah hingga putri mu beranjak lebih jauh lagi.dan hampir bisa berlari sendiri.menggapai mimpi-mimpi kecil yang ku ciptakan sendiri.
----
Revisi 140222
KAMU SEDANG MEMBACA
Bravo Papà (Short Story)✓
Short StoryRasanya baru kemarin masa kecil ku dimulai.saat aku bermain hujan dan berakhir kejar-kejaran dengan ayah karena tak mau segera mandi padahal hujan telah berhenti.atau saat aku berlari dari gerbang sekolah dasar dengan langkah kecil ku dan berhambur...