Ayah ku itu pendiam.namun diam nya mengawasiku.tidak banyak berucap tapi banyak bertindak.
Ayah merawat ku dengan begitu baik.memasakkan ku masakan enak di setiap hari.meskipun hanya sebatas masakan sederhana ataupun lauk tahu tempe.berulang kali menyiapkan bekal untuk ku lalu mengantarku di masa sekolah dasar.
Setelah nya ia akan berangkat kerja dan pulang untuk menjemput ku dari sekolah yang jarak nya tidak terlalu jauh dari rumah sederhana kami.
Mau tahu hal yang paling ku sukai waktu pulang sekolah di saat terik matahari begitu menyengat?melihat ayahku.
Lelaki berseragam kurir yang sudah tak rapi itu akan berdiri di samping gerbang dengan badan tegap bersandar di tepian pagar.atau mungkin jika aku melihat nya turun dari angkot dengan langkah tergesa-gesa karena takut terlambat.peluh nya tak terhiraukan.fokus nya hanya pada gadis berkuncir kuda dengan tas merah muda yang sedang berjongkok karena terlalu lama menunggu sang ayah untuk menjemput.
Aku ingat saat aku menunjukkan tulisan berbaris acak dan jauh dari kata rapi,buku kusut karena sering ku gosok dengan penghapus,atau juga saat aku menunjukkan nilai sekolah berwarna merah.
Ia akan berkata,"tak apa,belajar lah lebih rajin."
Bahkan saat aku bercerita tentang bagaimana aku menghadapi hari.dan aku tidak pernah melupakan tangan kasar itu mengusap lembut rambut hitam ku.menggenggam erat tangan kecil ku.ah,bukan kah itu sangat manis?
Mungkin juga saat aku menangis ketika menghadapi masalah,Ayah hanya akan memelukku tanpa mengucap kata.meraih tangan ku dan menyatukan jempol kami.ia menghibur ku dengan berucap, "lihat lah,bukan kah putri ayah sangat kecil?"
Dan saat itu,aku hanya akan memeluk ayah semakin erat.menyuarakan sesak dalam tangis.sulit membayangkan rasa kehilangan sosok di dekapan ku ini.seluruh dunia ku seakan terpusat hanya pada nya.
Namun waktu tak akan dapat ku hentikan.jika saja aku bisa menjadi seorang penghenti waktu,aku pastikan untuk tidak membiarkan ayah ku menua.dan aku hanya ingin tetap menjadi gadis kecil yang selalu di ejek ayah dalam gendongan nya karena berat badan ku sama seperti kapas katanya.
Apakah aku bisa membayangkan kehilangan sosok nya?atau justru nanti aku yang pergi dari nya?aku benar-benar tidak tahu.semua nya masih terasa abu.namun saat ini,dunia ku masih satu.dan masih dipimpin oleh ayahku.
----
Revisi 061221
KAMU SEDANG MEMBACA
Bravo Papà (Short Story)✓
NouvellesRasanya baru kemarin masa kecil ku dimulai.saat aku bermain hujan dan berakhir kejar-kejaran dengan ayah karena tak mau segera mandi padahal hujan telah berhenti.atau saat aku berlari dari gerbang sekolah dasar dengan langkah kecil ku dan berhambur...