“Ayah,apa kau tak ingin pergi memancing di laut?”
Aku sedang memasak saat ini.jangan salah,di umur 17 ini aku sudah bisa memasak.walaupun saat belajar aku benar-benar menyusahkan ayah.
Wajan gosong,panci penyok,sampai mematahkan cobek pun sudah pernah.tapi tak apa,untuk saat ini aku akan berbangga diri karena bisa memasak nasi di magic-com dan menghidangkan beberapa macam masakan.
Sekelibat ingatan,ayah dulu mengatakan bahwa ia pernah akan pergi memancing dilaut bersama teman-teman nya sewaktu SMA.tapi waktu itu,ia harus membantu ayahnya-kakek ku,bekerja di ladang.sehingga ia harus menelan keinginan nya memancing di perairan biru itu.kota ku lumayan jauh dari laut.aku bahkan tidak pernah melihat bagaimana bentuk laut secara nyata.hanya sering mendengar atau melihat dari foto-foto di warnet maupun ponsel pintar yang di belikan ayah beberapa waktu lalu.
“tidak.”
Sudah kuduga.jawaban nya masih sama seperti sebelumnya.
“Benar-benar tidak ingin?”tanya ku pada nya setelah acara makan malam selesai.ayah memandang ku bingung entah karena pertanyaan ku atau karena aku yang menggelendoti lengan nya.tidak biasanya aku seperti ini.mungkin sudah lama sejak menginjak sekolah menengah pertama.aku bahkan baru menyadarinya.
“Tentu saja ingin.”ujar lelaki berkumis itu dengan menyomot toples kacang di meja ruang tamu.mendengar nya,hati kecil ku bersorak gembira.besok hari sabtu yang berarti sekolah ku akan libur selama dua hari.aku berpikir untuk membujuk ayah agar membawa ku ke laut.
“bagaimana jika besok kita pergi kelaut?aku ingin memancing ikan-”belum selesai aku berkata namun ayah menyelanya.
“Tidak.”ucapnya.
“Kenapa?besok aku libur.ayah juga libur di hari sabtu.” aku masih bersikeras untuk membuat nya setuju jika besok kita akan pergi kelaut.apa gunanya tabungan yang beberapa minggu ini rajin ku isi jika ayah tetap tidak mau pergi.
Ayah masih tetap pada pendirian nya.aku bahkan heran kenapa ia bersikukuh seperti itu.tapi karena keras kepala nya yang sedikit ia turun kan pada ku itu,kami saling beradu pendapat.tidak,lebih tepat nya aku berusaha meyakinkannya dengan berjanji lebih giat belajar lagi atau rayuan kekanakan yang biasa seorang putri utarakan pada ayah nya untuk dibelikan mainan.
Debat itu berakhir dengan aku yang berjalan lesu kedalam kamar ku.ayah menolak semua tawaran ku.
Tak apa-kan jika aku ingin membuat nya merasa senang?aku hanya ingin membuat mimpi kecil nya menjadi nyata.mimpi yang dulu pernah ia lepaskan demi orang tua nya.aku juga ingin seperti dirinya.setidak nya untuk saat ini aku ingin membuat nya bahagia.
Hufttt kenapa ayah sangat menyebalkan???
KAMU SEDANG MEMBACA
Bravo Papà (Short Story)✓
Historia CortaRasanya baru kemarin masa kecil ku dimulai.saat aku bermain hujan dan berakhir kejar-kejaran dengan ayah karena tak mau segera mandi padahal hujan telah berhenti.atau saat aku berlari dari gerbang sekolah dasar dengan langkah kecil ku dan berhambur...