Chapter 10

19 3 0
                                    

Jam pelajaran terakhir selalu saja seperti ini, membosankan. Rasanya detik jam seperti bergerak sepuluh menit sekali.

Venus mengucek matanya yang memerah karena kantuk berat. Mulutnya tidak henti-hentinya menguap. Dia tampak gusar, berdiri sejenak, kemudian duduk lagi, begitu seterusnya. Bokongnya terasa panas karena terlalu lama duduk, matanya juga sudah tidak bisa diajak kompromi.

Venus sadar diri, dirinya memang pelor, kalau saja ini bukan jam terakhir bisa dipastikan dia sudah tidur pulas dari tadi.

Venus berusaha melihat sekelilingnya, memastikan apakah hanya dia yang sudah sempoyongan seperti orang mabuk berat, atau temannya juga merasakan hal yang sama. Pandangannya beralih ke kiri, ada Fano yang sudah menutup mata dengan mulut terbuka. Venus kemudian beralih ke kiri, Venya sedang asik mengambil foto dengan bibir di manyun-manyunkan. Dasar manusia hiperaktif. Sementara murid yang lain sudah tepar di lantai seperti orang kesurupan massal.

Venus bersyukur dalam hati, ternyata tidak hanya dirinya yang terserang virus kantuk berlebihan. Virus berbahaya yang bisa membuat anak bangsa menjadi bodoh bin primitif.

Venus mendekat ke manusia yang menghuni bangku di depannya, tiba-tiba mulutnya mengucapkan sesuatu yang otak nya bahkan tidak kepikiran untuk bertanya seperti itu. Hati, otak dan mulut Venus memang tidak pernah sinkron. "Mas'e apa ndak capek nulis terus? Nanti jarinya bisa keriting loh." Venus mendekatkan mulutnya ke kuping Jupiter, berharap sang pemilik akan tersulut emosi. Kelakuannya persis seperti setan pengganggu.

"Hus setan, jangan ganggu." Jupiter menjawab dengan nada lirih, tangannya di kibas-kibaskan berusaha mengusir setan menyesatkan berwujud manusia yang bernama Venus.

"Capek loh nulis terus, liat temen-temen lo, semuanya tidur. Siang-siang begini memang enaknya tidur." Venus terus menghasut cowok di depannya.

"Bisa ngga sih sehari aja jangan ganggu gue, jauh-jauh sana, bau jigong." Lagi-lagi Jupiter menghempaskan kepala Venus, bedanya kali ini tidak sekeras yang kemarin.

"Ngga bisa, bukan Venus namanya kalo ngga ganggu orang."

Kringg......

Yang di tunggu-tunggu akhirnya datang juga, suara nyaring pembawa kebahagiaan,  penyelamat siswa yang kelaparan, vaksin terampuh untuk mengobati virus kantuk.

Begitu mendengar bel berbunyi anak-anak yang tadinya lebih terlihat seperti zombie kelaparan langsung berhamburan keluar dari kelas. Kemana virus yang menyerang mereka tadi. Mereka berlari lincah seperti anak gorila yang bertemu dengan induknya.

Langkah Venus terhenti ketika hendak berlari keluar kelas. Seseorang menarik tasnya kencang sampai rasanya Venus akan terhuyung ke belakang.

Venya menarik tas Venus berniat mengajaknya jalan-jalan sepulang sekolah nanti. "Ehh tunggu, cepet banget kaburnya, udah kayak copet aja."

"Mau tidur, gue ngantuk, lepasin gih." Venus meronta meminta Venya melepaskan cekalannya di tas yang dia pakai.

"Abis ini jalan-jalan yuk, gue mau ke salon, cuci rambut." Seperti biasa Venya menyibakkan rambutnya bagaikan bintang iklan shampo pentil.

"Ngga bisa, gue mau tidur. Udah ngantuk banget ini."

"Yahh, yaudah deh sana pulang. Kita ke salon besok aja." Venya memanyunkan bibirnya ke bawah tanda tidak ikhlas dengan perkataannya sendiri.

"Makasih pengertiannya, Sister. Gue pulang dulu." Venus melambaikan tangan, dalam hitungan detik tubuhnya sudah menghilang dari pandangan, berbaur menjadi satu dengan siswa lain.

Sementara itu Venya berjalan lemas, ingin rasanya menarik Venus kembali, tapi merepotkan juga kalo sedang jalan-jalan Venus terus mengeluh ngantuk. Bukannya asik malah merepotkan.

PlanetWhere stories live. Discover now