Chapter 9

23 3 0
                                    

Senin pagi, seharusnya hari ini jadwal kelas Xl Bahasa 1 untuk olahraga di lapangan. Tapi di karenakan Pak Marwan tidak datang, akhirnya kelas ini jam kosong.

Ya, Venus dan Jupiter bukanlah anak dari kelas IPA maupun IPS, melainkan dari kelas bahasa.

Sekarang kan jamannya multilingual. Bisa bicara satu bahasa mana cukup. Setidaknya tahu dasarnya lah, supaya tidak ketinggalan jaman.

Venus sendiri mengambil jurusan ini karena ingin bisa berbicara dengan orang asing saat keliling dunia nanti.

Supaya tidak bingung macam orang hilang. Ngayal saja dulu, soal bisa keliling dunia atau tidak urusan belakangan.

Sebenarnya sekarang bukan jam kosong, melainkan di beri tugas untuk mengerjakan soal. Tapi, karena tidak ada yang memberi perintah untuk di kumpulkan saat jam pelajaran olahraga selesai, maka anggap saja jam kosong.

Berbagai kegiatan mereka lakukan untuk mengisi jam kosong. Ada yang tidur di meja, tidur di kursi, mabar, tidur di lantai, main tik tok, ngomong sama buku, sampai ada yang seperti tukang salon dadakan.

Sementara sang ketua kelas sedang asyik sendiri dengan handphone nya. Cih, ketua kelas macam apa yang membiarkan anggota kelasnya urak-urakan.

Sementara Venus malah sibuk mengamati Venya yang sedang asyik dengan dunianya sendiri, joget tiktok.

"Lo ngga malu apa joget-joget begitu, Ven?" Tanya Venus dengan mengerutkan keningnya.

"Ngapain malu, ini itu kehidupan kaum muda jaman sekarang, kaum milenial brader."

"Heleh, apa kau cakap tu? Kaum milenial kaya Lo mah cuma jadi beban keluarga."

"Biarin, keluarga gue aja ngga banyak cincong, ko malah Lo yang sewot." Ucap Venya sambil melengos ke arah layar hp nya kembali.

"Ck, pada ngga asik banget sih, jamkos gini aturan mah ngegosip kek, cerita apa gitu." Ucap Venus lirih sembari menatap tajam laki-laki berkacamata di depannya."

Apa benar dia Jupiter yang kemarin Venus temui di pasar?

Kalo bukan Jupiter berarti siapa?

Pluto?

Venus yang sudah terlanjur penasaran akhirnya memilih bertanya saja langsung ke orangnya. Pelan-pelan Venus mengetuk punggung Jupiter. "Punten." Ucap venus lirih, malu juga tiba-tiba sok akrab begini, biasanya kan seperti anjing dan kucing.

Jupiter diam tak menyahut, dia masih sibuk dengan handphone nya. Entah karena tidak dengar atau pura-pura tidak dengar Venus juga tidak tahu.

Merasa kesal karena terus dicampakan, Venus akhirnya bangkit dari duduknya, dan berjongkok di depan meja Jupiter. Jupiter yang terkejut akhirnya mendongakan kepalanya nya ke arah Venus.

Sekarang keduanya sudah berhadap-hadapan. Jupiter hanya menatap acuh, berbeda dengan Venus, dia seolah-olah sedang meneliti setiap inci wajah Jupiter. Mulai dari rambut, mata, hidung, bibir, dagu, hingga akhirnya berhenti di leher laki-laki yang sedang memandangnya aneh.

Venus yakin Jupiter memakai kalung rantai ukuran sedang di lehernya kemarin.

Rambutnya juga sudah berubah ke warna semula, hitam. Bahkan tidak ada sisa warna ungu sedikitpun.

Mata Venus kembali menatap mata Jupiter, ia menatap heran kacamata yang Jupiter pakai, batinnya bertanya ini kacama minus atau kacamat hiasan.

"Jupiter mata lo minus?"

"Bukan urusan lo, mending lo minggir sana, ngganggu pemandangan!" Ujar Jupiter mendorong kepala Venus kasar sampai Venus terjungkal ke samping karena belum siap dengan serangan dadakan Jupiter.

PlanetWhere stories live. Discover now