__"Lisa-ssi, biar aku saja"
Lisa sibuk memasang kamera di seluruh penjuru dorm bersama kru, dan kami sibuk mengemas barang-barang kami.
Dorm akan sedikit dirombak, kami semua akan dijadikan satu kamar selama proses syuting dengan dua kasur King size di dalamnya. Kami akan tidur di lantai bawah yang langsung memperlihatkan TV dan sofa yang biasa Lisa tiduri jika kau membuka pintunya. Ruangan ini sebelumnya hanya kami jadikan tempat menaruh hadiah-hadiah dari para penggemar. Dan Lisa meminta sofa minimalis itu segera diganti menjadi yang lebih besar, dia akan bisa tidur dengan nyaman jika sedang bertengkar denganku.
Aku suka bagaimana dia benar-benar tenggelam dalam pekerjaannya, terlihat begitu bekerja keras meskipun bayarannya tidak akan berubah jika dia melakukannya lebih. Dan yang kudengar dari manajerku kemarin bahwa Lisa dengan murah hatinya menurunkan harganya dan menyerahkan sisanya untuk kami. Kenapa dia melakukannya ? Dan kabar itu berhasil membuat gagasan dia crazy rich yang pelit luntur dari pikiranku.
"Eonnie, biarkan barang-barangmu, aku yang akan membawanya ke bawah"
"Aniyo, aku bisa melakukannya sendiri"
Aku bisa melihat titisan peluhnya, itu terlalu jelas karena bahkan pinggiran kerahnya sudah sangat basah. Kenapa dia ingin sekali repot-repot bekerja seperti kru juga sampai membantu kru memindahkan kasurku dan Chaeng ke kamar bawah. Dia tidak bermaksud pamer kekuatan, kan ?
"Ini juga milikku, biarkan aku membawanya"
Dia meraih keranjang yang penuh dengan baju. Dia tidak salah, barang kami memang sudah tercampur menjadi satu, selama tinggal di sini. Baju-bajunya tersusun rapi di lemariku, bahkan dalaman yang sama tanpa sadar tertukar dan kami hanya akan memakai apapun yang ada di lemari, tidak lagi peduli memakai milik siapa. Meskipun style kami sangat berbeda tapi ini sedikit memberiku kesan apa yang menjadi milikku adalah miliknya dan apa yang dimilikinya adalah milikku.
Para kru sudah pulang, rumah kami sudah persis tampak seperti lokasi syuting. Banyak kamera di setiap sudutnya dan kabel-kabel yang entah untuk menghubungkan apa.
"Kau saja yang belum makan sejak tadi Lisa-ya, tak perlu menjadi begitu sibuk, kita masih punya waktu berkemas hingga besok"
Aku menegur, kesal dengan dirinya yang sejak tadi hanya asik duduk di depan lemari memgabsen baju-bajunya
"Aku hanya malas menyendok nasi ke mulutku"
Aku datang dan kembali ke kamar dengan nampan yang berisi hidangan serta segelas air.
"Aaa-"
Perintahku sambil menyodorkan sesendok kimchi jjigae pada Lisa. Dia hanya malas, kan ?
Lisa membuka mulut dan melahapnya. Makannya sungguh banyak, sangat banyak. Aku sudah tau, sejak awal dia memang kuat makan, dia bahkan makan dua kali porsiku, tapi kadang dia melewatkan makan siang, katanya masih kenyang. Bagaimana tidak jika dia sudah memakan dua porsi di pagi hari.
"Gomawo, yeobo" dia mengedipkan mata kanannya dan mulai menegak air.
"Kupikir hubungan kalian hanya sebatas ibu dan anak, ternyata kalian bahkan suami dan istri"
Aku dan Lisa serempak menoleh ke arah Chaeng yang juga sedang mengemas. Aku tak menemui maksudnya, kupikir dia baru saja menyindirku yang memanjakan dan menyuapi Lisa di hadapannya.
"Apakah kau tertarik bergabung, Chaengi? kurasa memiliki anak sepertimu tidak begitu buruk"
Lisa menyelipkan tawa di akhir tawarannya.
"Aniyo, aku tidak ingin memiliki ayah merepotkan sepertimu"
"Siapa yang mengatakan aku yang akan menjadi ayahnya ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Perfect - Jenlisa
Fanfiction"Hidupku.. sempurna!" - L Hanya cerita biasa, kehidupan manusia. No deskripsi-deskripsian. Too perfect, that's it! Rate 21+ Pure gxg - Jenlisa story Seorang pemula dalam menulis, jangan berharap banyak! Started: 30 Mei 2021 Completed: 23 Desember 2...