58

7.7K 853 93
                                    

___

Ini sudah 3 hari sejak aku dirawat, dan bajingan itu harus bersyukur bahwa dia tidak dirawat di rumah sakit yang sama atau aku akan mencarinya dan mencekiknya hingga mati.

Dan 3 hari ini juga para polisi keluar masuk dari kamar inapku, entah sipir atau bahkan sampai ke kepala kepolisian itu sendiri. Aku mengerti, aku selebriti, aku artis, aku paham bahwa mereka hanya mengambil keuntungan dari kesempatan yang mereka punya.

Kabar aku ditusuk sudah terlanjur tersebar, aku tidak sempat memberi larangan karena saat polisi diwawancarai aku sedang dalam tidurku. Dan aku bisa membayangkan bagaimana stress-nya istriku di rumah. Aku tidak bisa apa-apa selain berharap Mommy Kim bisa menenangkannya dan bisa membuatnya berhenti menangis.

"Kau yakin sudah merasa lebih baik?"

Aku mengangguk. Ini hari terakhirku, barang sudah dikemasi, aku tidak bisa dijenguk karena aku dalam masa introgasi, bukan pasien.

Manusia seperti lautan di luar sana, kenapa aku perlu kaget, sejak kabarku disiarkan mereka langsung menunggu di sana sepanjang hari dan berhari-hari sampai waktunya aku keluar tiba.

"Itu dia, itu dia"

Suara gemuruh seperti ombak membanjiri telingaku.

"Baju tahanan? Apa kau ditahan, Lisa-ssi?"

"Kau ditahan? Bagaimana mungkin!"

"Kenapa kau menggunakan baju tahanan?"

Oh yeah, bagus! Istriku jadi tau sekarang.

"Lisa-ssi, bagaimana kronologisnya rumahmu bisa dimasuki?"

"Lisa-ssi, bagaimana keadaanmu?"

"Bagaimana istrimu?"

Para wartawan berlomba-loma mendapatkan informasi, mereka terus bertanya-tanya tentangku yang kini sudah berbusana ala-ala narapidana, dan polisi membentengiku dengan kokoh, membawaku ke dalam mobil, segera mengantarku ke kepolisian Seoul.

...

Kakiku masih diam di tempat setelah aku keluar dari mobil. Memandangi gedung yang isinya penuh dengan kriminal, dan mereka akan kedatangan satu tamu lagi.

"Hei, ini tidak akan semengerikan yang kau bayangkan, hanya formalitas agar keadilan negeri ini tidak tercoreng, ayo jalan"

Pria itu tersenyum, menepuk pundakku. Dari umurnya aku bisa mengatakan bahwa dia seusia dengan ayahku dan aku bisa menebak dia mengantarku tak lain bentuk hormat, karena kuyakin dia memiliki jabatan tinggi alih-alih bertugas mengantar narapidana sepertiku.

Aku diiringi dengan wanita-wanita muda di kanan-kiriku, sipir sepertinya. Mataku menatap kosong lantai, tak berminat menulusuri gedung yang hawanya sudah tidak enak sejak pertama kali aku melangkah ke dalamnya.

"Bawa dia ke VVIP" katanya, menyuruh dua wanita petugas di sisi-sisiku.

Keduanya hampir menuruti, tapi aku bersuara "bawa aku ke bangsal biasa."

Aku tidak tau apa yang salah dari kalimatku tapi itu membuat mereka berwajah bingung, berusaha mencerna apa yang baru saja kukatakan dan mereka seperti memaksa bahwa mereka salah dengar.

"VVIP diadakan memang untuk orang sepertimu, Lisa-ssi. Pelayanan di sana tidak akan membuatmu merasa tertekan, kau perlu mengalihkan pikiranmu. Setidaknya ada TV di sana, dan ada AC juga"

"Bawa aku bangsal biasa" kataku lagi, dengan nada datar yang sama persis tapi itu terdengar lebih dingin. Aku tau, jika aku sudah masuk ke dalam sana itu hanya akan uang, uang, dan uang.

Too Perfect - JenlisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang