____
'Mrs. Kim ?'
Ada baiknya yang dimaksud Jisoo, Jennie bukan satu-satunya 'Kim' di sini.
Ajakannya tak mengusik ketenangan di wajahku. Mimikku masih sama seolah sudah tau apa yang dipikirkan pria itu, triknya begitu murahan dan terlalu mudah ditebak, lalu dia sebut itu keren ? Haha, adakah sesuatu yang lebih lucu dari ini.
Kenapa melirikku lagi ? Hanya katakan apa yang kau pikirkan, girl.
"Harry, maaf. Aku memiliki sesuatu untuk dikerjakan"
Aku tertawa puas dalam hati, tiba-tiba sama merasa menang. Sikap sok kerennya itu sungguh tak berguna.
"Ah, tidak apa-apa. Kita masih bisa melakukannya lain waktu"
Lain waktu ? In your dream !
Harry memeluknya dan berpamitan pulang, sementara pada kami dia hanya berdada. Lagi-lagi dia menyeringai lebar, sepertinya dia berusaha keras untuk menjadi tipe Jennie. Astaga, ini lucu, dan akan lebih lucu jika ada cabe di giginya.
Kuraih waistbagku dan mengalungkannya di tubuhku. Tanpa diduga tangannya melingkar di lenganku, seolah mengklaimku miliknya meski dia baru saja digoda pria tepat di depan mataku, aku hanya berjalan lurus untuk segera kemobil.
"Jadi, kan ?" Tanyanya dengan binar di matanya.
"Mwo ?"
"Aku ke apartemenmu"
"Ah ya. Jisoo eonnie, Chaengi ayo menginap di rumahku dan ayo berbelanja, sebagai tuan rumah yang baik aku akan menjamu kalian"
Aku menanyai dua gadis yang di belakangku dan keduanya mengangguk setuju, kuulur tangan pada Tina meminta kunci. Beberapa saat kemudian aku baru menyadari tatapan kucingnya berubah, binar matanya sirna, ada apa ? Apa aku salah, lagi ? Kalaupun jika memang ada yang diharuskan untuk menjadi kesal bukankah aku yang lebih pantas atas itu ?
Aku membukakan pintu membiarkan kekasihku duduk di depan, dia nyonya Manoban tidak mungkin untuknya duduk di belakang. Oh gosh ! Dia bersilang dada, aku menarik napas dan hanya menjalankan mobil berusaha tidak terpengaruh.
"Aku akan menelpon manager untuk memintanya membawakan kami pakaian ganti, bisakah kirimi alamat apartemenmu, Lisa-ya ?"
"Tidak perlu eonnie, ayo beli yang baru"
"Eih, kau yang bayar !"
"Siap !" Aku memberi gestur hormat dan jawabanku memuaskannya.
Ini giliranku untukku menjamu mereka sebagaimana mereka menjamuku di Korea, terlebih istriku yang sejak tadi menatap lurus jalan tanpa menatapku, kurasa dia perlu shopping untuk menyegarkan moodnya. Aku bertanya-tanya, dimana lagi salahku kali ini ? Astaga, aku bahkan tidak memiliki celah untuk berbuat salah.
___
"Yeppo"
"Kau suka ? Ambillah"
"Tidak, ini terlalu mahal"
"Aku akan membayarnya, ini jamuanku, nona"
"Tidak"
Dia berkata tidak tapi ketika aku mengambilnya dan menyuruh pegawai untuk segera membungkusnya binar matanya mulai kembali. Mahal memang, tapi biarkan saja, aku akan membelikannya apapun, dia bahkan hanya perlu menunjuk apa yang diinginkannya, kesenangannya adalah kepuasanku dan uang bisa dicari atau bahkan justru uang yang mencariku.
Sepertinya gadis ini justru lebih terbiasa hidup mewah, bahkan lebih dariku, atau kurasa sejak lahir dia memang bergelimangan harta. Itu terlihat jelas dari foto masa kecilnya, juga ibunya yang modis dan rumahnya yang tidak bisa dibilang sederhana. Aku juga mengintip garasinya. Dan yeah, ada 2 mobil porche di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Perfect - Jenlisa
Fiksi Penggemar"Hidupku.. sempurna!" - L Hanya cerita biasa, kehidupan manusia. No deskripsi-deskripsian. Too perfect, that's it! Rate 21+ Pure gxg - Jenlisa story Seorang pemula dalam menulis, jangan berharap banyak! Started: 30 Mei 2021 Completed: 23 Desember 2...