Hari Jumat, hari ketiga ia di SMA Merah Putih. Setelah mengetahui Arsa berangkat sangat pagi, Dara memutuskan untuk berangkat lebih awal. Ia masih ingin memastikan kebenaran tentang kak Lala yang menyukai Arsa.
Benar saja, setelah sampai di lorong kelas ia melihat Kak Lala yang baru saja keluar dari kelasnya. Namun kali ini berbeda, dia terlihat menutupi wajahnya. Saat berpapasan dengannya, ia mengetahui bahwa seniornya itu menangis. Dengan cepat Kak Lala berlari melewatinya. Dara sedikit terkejut, entah apa yang terjadi di sana.
Dara sedikit ragu untuk melangkahkan kakinya ke dalam kelas. Ia takut jika terjadi kekacauan yang disebabkan oleh Arsa dan Kak Lala, karena ia yakin ia tidak akan mampu jika mengatasinya sendiri.
Akhirnya Dara memberanikan diri untuk masuk kelas. Saat memasuki kelas ia mendapati Aska yang menghapus papan tulis dan Arsa yang duduk di kursi paling belakang. Terlihat normal-normal saja. Untung lah tidak terjadi apa-apa dikelas. Namun aneh, kursi yang diduduki Arsa bukanlah tempat yang benar.
"Arsa, duduknya harusnya disini kan, kok lo disitu." Dara sedikit kesal karena Arsa tidak menanggapi pertanyaannya. Dara pun duduk sendiri di kursi yang seharusnya ia duduki.
Aneh rasanya, Arsa sangat dingin kali ini. Merasa penasaran, Dara memberanikan bertanya kepada Aska yang sedang sibuk membersihkan meja guru. Ia menghampiri pemuda itu perlahan dan bertanya dengan sangat hati-hati.
"Ka, gimana kabar lo? Udah sehat?"
"iya Dar, gue udah sehat. Eka yang belum."
"oh iya, semoga dia cepet sembuh."
"ada apa, lo mau tanya sesuatu?" sambil menaikan alisnya.
"iya, tadi gue liat Kak Lala keluar dari kelas. Tapi dia nangis. Emangnya tadi ada apa?"
"oh tadi, kayaknya lo udah tau tentang Lala sama Arsa. Ada baiknya lo ngga perlu nyari tau. Itu urusan Arsa sama Lala, lo ngga perlu ikut campur."
Mendengar jawaban Aska yang seperti itu, ia kehilangan mood nya. Apa mungkin memang Dara terlalu berharap untuk ikut tahu menahu tentang Arsa.
"oh, oke klo gitu. Sorry ya." setelah mendengar permintamaafan Dara, Aska membalasnya dengan sunggingan bibir singkat.
Sebenarnya Aska dan Arsa itu sama-sama dingin. Bedanya Aska masih bisa diajak berbicara, namun kalimatnya sungguh menyakitkan.
***
Dari awal pembelajaran sampai bel pulang Dara duduk sendiri. Ia pun juga menetap dikelas walaupun waktu istirahat tiba. Ia terus menunggu Arsa berharap ia akan duduk kembali bersamanya.Namun sampai waktunya pulang Arsa tetap duduk ditempat. Saat pulang pun ia hanya berjalan keluar kelas dengan dirangkul sabahatnya, Aska. Berjalan melewati Dara dan mengabaikannya. Seakan-akan Dara tak pernah ada.
Hari ini benar-benar membuat Dara lesu. Entah apa yang terjadi pada Arsa. Pikiran aneh terus berkecamuk di otaknya. Berharap besok pagi semua kembali normal. Akhirnya Dara memutuskan untuk menelepon supir untuk menjemputnya pulang.
Dara melangkah keluar dengan gontai, wajahnya terlihat murung. Sampai ia terjekut saat seseorang menarik lengannya dan membawanya pergi ke halaman belakang sekolah. Orang itu adalah Kak Lala.
"ikut gue, gue perlu ngomong sama lo."
Tak menjawab, Dara hanya mengikuti arah langkah seniornya itu. Sesampainya di tempat yang dituju, mereka berdua duduk berhadapan dan mulai pembicaraan yang serius.
"Lo apain Arsa gue?"
Mendengar pertanyaan senior yang bertanya tanpa aba-aba, Dara terlonjak."m-maksud kakak? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Sama
Teen FictionMereka adalah Arsa, Aska, dan Eka. Sama-sama orang yang membuatku kagum sekaligus orang yang membuatku kesal. Mereka sebenarnya goodboy tapi urakan. Mereka sama-sama pintar, tajir, ketus, dan dingin kayak kulkas Nama gue Dara Rosalina Putri, gue pi...