12. Mata-mata

1 0 0
                                    

"Ini daerah musuh Guntur, mereka ngga akan macem-macem kalo ngga ada yang mancing. Tapi bukan berarti mereka bisa damai kesiapa pun." Arsa memberi kejelasan kepada Dara. Pasalnya Arsa sudah teledor, tidak seharusnya ia melewati jalan ini untuk pulang walaupun ini adalah jalan terdekat. Apa lagi dengan menungganggi mobilnya yang iconic dengan gadis cantik di kursi sebelahnya. Tentu saja itu dapat membahayakan Dara. 'bodoh' itu lah yang diucapkan Arsa di dalam hatinya, tentu saja ditujukan untuk dirinya sendiri.

Kedamaian Arsa menyetir tidak berlangsung lama, suara knalpot modifikasi dengan suara menggelegar segera mendekati mobilnya. Gawat, sepertinya orang-orang itu sedang mencoba melihat wajah Dara. Lebih gawat lagi Dara malah melihat kearah mereka yang membuat wajahnya terekspos jelas.

"Dara nunduk!" segera Arsa melaju lebih kencang. Matanya yang tajam tak ia alihkan dari jalan. Semakin kencang mobil itu melaju, semakin kuat kenceramannya pada stir. Hal itu malah membuat rasa sakit muncul kembali.

"Arsa awas!"

Hampir saja mereka menabrak mobil lain. Untungnya Arsa sedang dalam konsentrasi penuh. Ia pun membanting stir ke kiri dan masuk ke semak-semak. Arsa tersadar bahwa ia sudah memasuki kawasan pemukiman warga yang lumayan ramai. Mereka pun berhasil lolos dari kejaran musuh.

Dara masih memegangi kepalanya yang terbentur dashboard mobil. Untungnya ia memakai sabuk pengaman jadi ia tidak terbentur terlalu keras. Namun Arsa masih memegangi tangannya yang terluka. Lukanya belum sembuh dan sekarang ia kesakitan. Dara tidak bisa melakukan apa-apa, Dara tidak paham tentang pertolongan pertama.

"yampun Arsa tangan lo kenapa? Gue harus ngapain? Kita ke rumah sakit aja ya"

"lo nggapapa?"

"kok malah balik nanya sih!"

"lo yang nyetir, tapi pulang ke rumah lo."

"enggak! Kita kerumah sakit dulu atau gue bawa lo pulang."

"jangan kayak anak kecil Dar! Orang tadi itu bahaya dan mereka udah tau muka lo. Turutin gue!"

"terus lo pulangnya gimana? "

" gue minta tolong Eka."

"oke kita jalan ke rumah gue."

Di sepanjang perjalanan hanya ada hening diantara Arsa dan Dara. Sedangkan di markas Guntur, Eka dengan Wildan bersiap menuju rumah Dara. Lalu dimana Aska? Tentunya tinggal di markas untuk mengayomi yang lain. Malam ini Arsa memutuskan untuk tidak langsung pulang, setelah kejadian tadi ia harus berkoordinasi dengan anggota Guntur untuk penjagaan.

"kok lo ceroboh banget bang? Udah pake mobil itu, ngebut ditempat yang salah pula." ucap Wildan yang memarahi sang ketua. Ada benarnya juga yang ia katakan. Arsa sangat bodoh tadi, pasti suara mobilnya yang melaju dengan kecepatan u tinggi itulah yang mengundang kemarahan mereka.

"oke, gini aja. Besok pulang sekolah ikut sama gue. Biar gue sama Arsa yang dateng ke markas mereka. Sisanya tunggu di perbatasan." ujar Julian yang menjabat sebagai humas di geng itu.

***
Keesokan harinya, Arsa tidak datang ke sekolah. Ya memang hari ini tidak ada latihan soal. Hanya materi saja. Padahal ia sudah membawa topi dan kacamata milik Arsa yang hendak ia kembalikan.

"Aska, gue nitip ini ya. Kemarin ngga sengaja kebawa" pinta Dara.

"punya Arsa?"

"iya."

"kasih aja sendiri, lo pikir gue nyokapnya Arsa yang bisa ketemu sama Arsa tiap hari." Aska berbohong.  Hari ini dia memang akan bertemu dengan Arsa untuk menyelesaikan kejadian tadi malam yang melibatkan Dara. Tapi ia menolak, karena hatinya merasa tidak enak. Apakah Aska cemburu? Tidak tahu, ia hanya merasa tidak enak.

Dara berpikir sejenak dan menanggapi, "oh iya, ya udah deh. Makasih" Dara segera pergi dari sana menuju gerbang untuk pulang ke rumahnya.

***
"Kita pake jalan keluarga aja bang, damai bang."

"budhek lo ya. Gua udah bilang, geng gua ga ada nyari masalah ame lu pada!"

"terus yang tadi malem itu apa bang?"

"gua kagak tau, gua kagak ngurusin"

"bang?" Eka mencengkeram lengan laki-laki itu dengan tatapan serius.

"itu bukan divisi gua, iye gua koordinasiin dulu sama yang lain. Ini nomor hp gua, lo simpen yak. Besok kalo udeh ketemu gua kabarin elu."

"bang, saya butuh sekarang." ucap Aska tegas.

"apa elu pada kagak ngarti?! Itu bukan tugas gua. Gua beda divisi," ia melanjutkan  kalimatnya setelah menghela napas kesal, "orang yang ngikutin ketua lo ini bisa aja orang suruhan. Kita bisa dipake buat jasa mbobol identitas orang sampe pembunuhan. Gua mohon sampe disini ngarti dah. Gua nyari info ini juga bakal dapet masalah. Kasih gua waktu. Apapun info yang gua dapetin nanti, bakal gua bagi ke elu. Apa lagi si Arsa dulu pernah nyelametin bini gua. Gua ngarti apa itu balas budi. Ya?  Udah lu pada pulang sebelum markas ini rame. "

Begitu saja, pembahasan mereka selesai.

Namun tetap saja mereka tidak puas. Mereka tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk terhadap Arsa dan juga Dara.

***

Hari-hari berikutnya, Dara tidak berhenti menghubungi Arsa walaupun ia juga tidak mendapatkan respon balik. Dara merasakan keanehan. Setelah malam itu, tidak hanya Arsa yang aneh mendadak menghilang darinya. Namun juga anggota geng Guntur yang memandangnya lekat-lekat. Dimanapun Dara berada, ia seperti diawasi.

SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang