17. Lory

25 9 0
                                    

Keadaan sekolah yang kacau karena pertempuran kecil kemarin membuat sekolah diliburkan dan untuk pengumuman kelulusan akan disampaikan secara daring.

Emma yang mengetahui informasi tersebut dari website sekolah pada ponselnya mendengus kesal, entah mengapa ia merasa sangat ingin datang ke sekolah.

"Kalaupun aku memaksa datang ke sana, itu hanya sia-sia." gumamnya.

Emma menatap sebuah pena dalam genggamannya, kado Naren dari Leo,

"Pena apa ini?"

Pena berwarna perak dengan ukiran yang indah, Emma mencoba menulis dengan pena tersebut dan tinta nya berwarna biru terang.

"Pena dari Negeri Es? Pena apa ya namanya?" monolog Emma.

karang, Emma berada di kamarnya, duduk di kursi dekat perapian karena suhu dingin akibat hujan yang mengguyur deras dari semalam. Naren? Dia bersama Helena di kamar tengah.

Emma terus menerawang pena dalam genggamannya, merasa familiar namun asing.

"Perak? Biru? Apakah ini pena Icesaber?Ah, benar! Ini Icesaber! Mengapa Leo memberikannya pada Naren?"

"Kata Charles itu akan berguna untuk anakmu 17 tahun yang akan datang."

Emma menoleh dan langsung melayangkan tatapan malasnya pada sosok di belakangnya.

"Kenapa kau selalu datang tiba-tiba? Kau penguntit?"

"Mana ada penguntit setampan aku?"

Emma memilih diam, percuma berbicara dengan makhluk keras kepala sepertinya.

"Apa maumu?" tanya Emma dengan nada jengah.

"Mauku? Kamu." ucap Leo dan duduk di kursi depan Emma.

"Sebenarnya apa maumu?! Kau menuliskan dalam suratmu agar aku berusaha untuk mendapatkanmu!" geram Emma.

"Tenanglah. Aku sedang tidak ingin membahas itu."

"Lalu?"

"Angela."

"Kenapa dengannya?"

"Berikan aku segelas wine."

Emma berdecak, lalu berdiri dan berjalan menuju lemari kaca di kamarnya, mengambil dua buah gelas dan sebotol wine.

Emma kembali duduk di tempatnya, menuangkan wine pada dua gelasnya dan menyodorkan salah satunya pada Leo.

Leo menenggak wine miliknya, "Aku ingin bertanya mengenai Angela."

"Apa?"

"Setahuku, Siren adalah makhluk yang begitu kejam dan mengerikan, siapapun yang mendengar nyanyiannya akan berakhir dengan kematian. Dan, bukankah Siren akan berubah menjadi wujud yang menyeramkan?"

"Ya, aku tahu hal itu. Tapi... Ayah dari Angela adalah Raja Mermaid, karena itulah Angela berbeda dari Siren kebanyakan. Tapi walaupun begitu, Angela masih memiliki sisi kejamnya." jelas Emma datar.

"Tidak masuk akal."

"Sekarang aku tanya?! Apa yang tidak mungkin terjadi di dunia ini?! Semuanya mungkin terjadi tanpa terkecuali!"

Leo menatap Emma bingung, pasalnya makhluk cantik itu baru saja berbicara dengan nada tinggi.

"Apa kau mengalami menstruasi seperti manusia? Dan itu mempengaruhi emosimu?"

"Tidak!"

"Jangan berbohong, cantik."

Emma menatap tajam Leo, "Tidak. Dan aku bingung dengan dirimu." ucapnya penuh penekanan.

Lord, Love, and War [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang